06 February 2015

Berhemat, sebuah pilihan atau...?

Kata orang hidup adalah sebuah pilihan. Mulai dari bangun tidur sampai akan tidur kita seharian dihadapkan pada pilihan-pilihan. Apakah  bangun terus mandi? atau bangun terus olahraga? atau bangun terus tidur lagi? Seiring rutinitas maka pilihan-pilihan itu tidak terlalu memusingkan. Lain ceritanya bila diminta memilih antara berhemat atau pilih meningkatkan pendapatan? 
Pilih yang mana?
Saat ngobral bareng ma temen (status memang ibu RT tapi profesinya buanyaaak) Mulai dari pengamat politik, pengamat ekonomi, pengamat hukum sampai yang paling serem pengamat militer, kita pernah melakoninya (ketahuan ibu-ibu kalau ngobrol suka alih profesi whew..) Nah saat membahas masalah ekonomi domestik (maksudnya pengeluaran rumah tangga) seorang teman nyeletuk (dengan nada setengah-setengah, setengah hati atau setengah sadar gitu). "Daripada disuruh berhemat-berhemat, mending meningkatkan pendapatan" Katanya sambil menghembuskan napas dalam-dalam seperti habis lari 10 K.
Aha....!!! Aku sssetuju banget. Satu aliran nih...(punya guilty feelingnya yang sama, senyum kecut)
Kalau diminta baik-baik memilih, pilih hemat atau meningkatkan pendapatan, pilih yang mana? Mana yang lebih mudah? Hmm...Ada gak yang lebih bagus dari dua pilihan tadi Ya? Jawabannya: meniru iklan Hit: Yang lebih mahal banyaaakk#gak bisa jawab#ngeles ;)
Sepertinya mudah... 
 Pengin save atau spend ?
 
Berhemat itu memang susah-susah gampang. Sementara meningkatkan pendapatan (sebelumnya memang sudah ada bidang usahanya) juga gampang-gampang susah, alhasil keduanya memang ganteng-ganteng srigala#gak gampang.
Seorang teman yang lain menimpali, "Ibu RT yang pandai berhemat dan memasak setiap hari sepertinya dia akan masuk surga tanpa dihisab" Hehe kalau ini sih guilty feeling karena gak bisa berhemat Cc gak sempat masak.
Ibu RT yang hanya mengandalkan satu pendapatan (gaji suami) sering dihinggapi rasa bersalah kalau merasa tidak pandai berhemat. Coba deh diamati kalau suami lagi tidur, kelihatan capek bangetttt ya. Melasss lihat suami banting-tulang & sendi (kayak OTC aja, klinik tulang &sendi :) dan hasilnya dipakai untuk keinginan tersier. Nah kalau kita bisa bantu#nyumbang dikit-dikit pasti suami senang n bangga n lebih disayang, yeeeyy..Contoh yang sederhana: beli satu set sofa untuk mengisi  ruangan baru. Budget sudah ditentukan Rp sekian...Pas survey keliling, harga sofa idaman diatas budget, apakah perlu minta tambahan uang ke suami? Boleh-boleh saja seperti ituuhhh...Tapi an cinnntaaa & sayangggg (demi nama baik pula biar gak dicap boros ;) boleh dong ngebantu suami dengan duit sendiri. Lalu duitnya darimana?
Mengutip pendapat yang sederhana, kalau gampang mengeluarkan uang harus pintar cari uang (dengan catatan: bukan uang panas#uang dingin # uang halal). Jadi kalau gak bisa atau capek berhemat, Lets be smart. Be an Entrepreneur alias mulai berwiraswasta. 
Keluar dari comfort zone
work with passion
Sarannya alih profesi, berwirausaha. Syaratnya keluar dari comfort zone. Yang tadinya nyaman di rumah, nyaman dengan lingkungan sosial yang sudah dikenal dll. Sekarang harus mulai mencoba internet explorer#eksplore anything. 
Apa saja keuntungan jadi ibu RT Plus, baca disini ya.
Alih profesi mungkin butuh modal, mungkin besar, mungkin juga tidak. Untuk mensiasatinya, mulai aja dari hobi jadi bisa dibilang sambil menyelam minum air. Yang hobinya tulis-menulis bisa aja buat artikel, kalau kreatif, bisa buat selebaran, brosur dll. Yang hobinya belanja bisa memulai online shopping, yang hobinya fotografi, bisa memulai jeprat-jeprit anything kemudian dicetak dan dibingkai lalu dijual. 
Kayaknya gampang ya...Gak juga karenanya Karen# everybody harus & mau keluar dari comfort zone. Lika-liku laki-laki#perempuan memulai bisnis merupakan seni tersendiri, harus melalui trial n error. Jadi jangan takut salah atau rugi, itu mah sudah satu paket. Yang patut diusahakan, meminimalisasi potensi kesalahan atau kerugian. Caranya dengan harus meng-upgrade diri#belajar#belajar lagi.  
Awalnya: Berusaha kreatif...

Akhirnya...Not bad khan :)
 
Believe or not...! Setelah punya duit sendiri kita jadi reaktif hemat lho. Kondisi ini sama saat kita window shopping n gak punya duit. Rasanya semua barang koq bagus-bagus, bikin migrain..): Begitu kita punya duit, tuh barang yang tadinya kelihatan bagus jadi biasa-biasa saja n kita jadi selektif mau beli barangnya. Betul-gak? Dengan meningkatkan pendapatan seperti buy one get one, dapat duitnya dapat hematnya. Dengan begini,  hemat merupakan sebuah pilihan bukan suatu keharusan. Terasa lebih wise khan :)
Oke selamat berwirausaha. Sukses selalu..!

No comments:

Post a Comment