22 January 2013

Persiapan menjelang Operasi Endometriosis...(bag:2)




Sejak menarche (haid yang pertama) saya merasakan nyeri yang sangat diarea perut bawah. Memang sih cuman sehari tapi sangat mengganggu. Rasa nyeri ini berkelanjutan hampir tanpa henti sampai kelak saya dinyatakan hamil. Orang tua sudah membawa saya ke banyak dokter tapi karena belum menikah ada keterbatasan dokter untuk memeriksa lebih dalam hingga akhirnya keluhan saya masih belum tertanggulangi. Waktu itu hanya dinyatakan karena masalah hormon dan hal tersebut wajar pada usia belasan.  Kalau sudah tidak tahan atau ada ujian, baru saya minum obat feminax, rasanya dunia kembali normal.
Saat hamil dokter mendeteksi ada myom dikandungan. Saya jadi bertanya-tanya apa myom ini terbentuk sejak masa menarche ? Entahlah...Waktu itu disarankan operasi pengangkatan setelah melahirkan. Karena banyak pertimbangan pengangkatan myom baru dilakukan empat tahun kemudian. Salah satu alasannya, setelah melahirkan nyeri haid yang biasa mendera mulai berkurang jadi kita lengah. Dua tahun setelah melahirkan anak kedua, saya terdeteksi endometriosis. Beberapa tahun sebenarnya tidak ada keluhan yang berarti tetapi karena saya berusaha mendapatkan anak ketiga, endometriosis ini menjadi kendala. Seiring dengan meningkatnya rasa nyeri (saya perkirakan karena adanya pengobatan hormon supaya hamil) saya mulai terusik lagi. Sudah dua atau tiga kali saya disuntik tapros. Tetapi karena khawatir efek jangka panjang saya mulai menghentikan sendiri semua pengobatan hormon untuk endometriosis. Selama beberapa waktu saya hanya mengandalkan minum suplemen yang mengandung EPO & pengaturan makanan untuk mencegah nyeri haid (menjelang haid saya berhenti makan-makanan pedas & banyak makan serat, bila BAB lancar, rasa sakitnya berkurang). Berhasil untuk sementara karena rasa nyeri itu bisa saya kontrol (bisa diatasi tanpa obat). Sampai ditengah malam itu....Tubuh saya bereaksi berlebihan, mungkin untuk memberi peringatan.
Dan peringatan itu membuahkan pembedahan yang bernama: Neoimplantasi Ureter (bypass ureter) & excisi Endometriosis. Untuk ini saya harus merelakan satu indung telur dibuang. Eit...salah. Ternyata dokter tidak jadi mengangkat indung telur, suami salah pengertian karena memang dari awal dokter mengatakan ada kemungkinan satu indung telur tidak bisa dipertahankan. Alhamdulillah


Selalu ada yang bisa dipelajari dari sebuah musibah. Begitu pula dengan kondisi saya ini.  Pelajaran yang terpenting adalah tentang cinta dan karunia.
  •       Saya bisa merasakan bahwa peribahasa, kasih orang tua sepanjang jalan kasih anak sepanjang penggalahan itu memang bukan kata-kata klise. Cinta orang tua pada anaknya adalah cinta tanpa syarat sementara cinta anak pada orangtuanya adalah cinta yang memiliki keterbatasan karena pada hakekatnya anak akan menjadi orang tua bagi anak-anaknya kelak. Seberapa sayangnya seorang anak pada orangtuanya tak bisa mengalahkan besarnya kasih sayang orangtua pada anaknya karena memang begitulah alam membagi cinta. Karena itu saya ragu, kalau dikatakan cinta nenek (kakek) pada cucunya melebihi cinta mereka pada anaknya. Mungkin yang tepat, pada cucu bukan cinta tapi kasihan. Karena itu tugas nenek-kakek adalah menyenangkan cucunya.
     Seseorang yang sakit bukan saja memikirkan penyakitnya tapi juga memikirkan bagaimana reaksi orang-orang yang dicintainya. Sungguh keluarga adalah kekayaan yang tak ternilai. Karena itu pula saya memaksakan diri untuk menemani anak-anak sekedar makan-makan (kasihan, selama libur mereka tidak sempat kemana-mana, mereka memilih menemani saya di RS) Karena masih memakai kateter, saya memilih Jco di Galaxy Mal (GM) yang letaknya paling mudah dicapai dari turunnya mobil. Supaya tidak mencolok kateter dililitkan dengan sabuk di perut  oleh suami. Terkadang bila kontrol ke dokter atau pemeriksaan usg, saya kamuflase kateter didalam tas jinjing kecil sehingga beberapa perawat sempat terkecoh mengira saya tidak memakai kateter.

Masih tetap ditempat yang sama, Jco GM




Satu bulan setelah operasi...alhamdulillah bisa menemani anak jalan-jalan
  •      Apa yang bisa kita rasakan sekarang adalah sebuah karuniaNya. Dan kesehatan adalah bagiandari sebuah karunia. Maka sudah sepatutnyalah kita bersyukur. Kalimat ini sepertinya sederhana tapi tidak mudah. Bersyukur itu tidak sekedar mengucap alhamdulillah pada status bb atau facebook tapi bersyukur lebih kearah bersedia menerima semua ketentuan Allah SWT atas diri kita. Musibah yang terjadi tidak menafikan apa yang sudah Allah SWT karuniakan pada kita. Mungkin banyak dari kita yang masih belum sampai pada tahap ini termasuk saya.
Contoh yang bagus dari bersyukur adalah apa yang terjadi pada artis Aminah Cendrakasih (pemeran mak yak pada sinetron DAS). Ditengah kebutaan yang dideranya, Aminah masih sempat berkata bahwa dia tetap bersyukur dengan kondisinya itu. Karunia Allah yang diberikan padanya sebelum sakit sudah sangat besar dan tidak akan terhapus begitu saja  hanya karena dikasih kebutaan. Masyaallah Tabarakallah. Semoga Allah SWT menggantikan Aminah Cendrakasih dengan kebahagian yang lain. 
Pak parkir ini dengan lahap memakan nasinya. Bila kita sehat, makan terasa nikmat, hiduppun terasa bahagia. Apakah bapak ini bahagia? Seharusnya begitu...  


Salah satu wujud bersyukur adalah bersedekah. Mungkin banyak dari kita yang bisa bersedekah. Maka bersedekahlah karena dengan sedekah kita bisa membantu orang lain berbahagia. Sedekah juga bisa menghapus dosa-dosa kecil yang tanpa sengaja kita lakukan.
 

  •     Wujud bersyukur yang lain adalah menjauhkan diri dari kesombongan. Apalah arti semua yang kita miliki pada saat kita sakit...? 
   Bila kita seorang milyuner, apakah uang sangat berarti pada saat itu? Uang memang bisa membuat perbedaan tetapi uang tetap tak bisa menjamin kesehatan ataupun kesembuhan. So...jika ada orang yang semena-mena karena kekayaannya, karena kedudukannya....Ingatlah saat-saat dia tidak berdaya karena sakit, apakah dia masih sanggup menyombongkan diri?
Bila kita punya tubuh indah bagai seorang model, apakah tubuh yang indah sangat berarti pada saat itu? Tubuh yang indah memang membanggakan tetapi tubuh indah tidak berarti bebas penyakit. So...jika ada orang yang dikaruniai tubuh indah terus punya kecenderungan pamer aurat, duh... gak bisa ngebayangin kalau tiba-tiba Allah SWT berkehendak, ada”sesuatu” ditubuh indahnya.
Innalillahi wainnailaihi rojiun...
”Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al-Isra: 37)
Semoga kita terhindar dari kesombongan...Dan semua perbuatan yang kita lakukan semata-mata didasari untuk menebar kebaikan. 

Apakah perlu membesuk teman atau saudara yang sakit...?
Dalam hal ini saya tidak sependapat dengan suami. Ketika saya masuk di RS, suami berinisiatif untuk memberitahu saudara & teman-teman, katanya semakin banyak yang mendoakan semakin baik.  Lain pemikiran suami, lain pemikiran saya. Berdasar pengalaman besuk-membesuk, saya menyimpulkan tidak semua orang nyaman ketika dibesuk. Sesudah operasi alhamdulillah saya tidak merasakan nyeri tetapi bukan berarti bebas dari rasa tidak nyaman karena ternyata obat-obat antibiotik yang saya minum menyebabkan  serangan maag. Akibatnya ketika ada teman yang besuk, saya tidak bisa membebaskan diri dari balsem dan minyak kayu putih. Kondisi ini sungguh tidak nyaman baik bagi si pembesuk maupun si sakit. Jadi mending kalau mau membesuk sms dulu, biasanya saya sms begini: 
"Say, katanya lagi sakit ya? Bagaimana kondisinya sekarang? Sebetulnya aku pengin besuk kesana tapi  khawatir mengganggu jadwal istirahat. Aku doakan dari rumah ya. Semoga diberi kesembuhan n ketemu lagi dalam keadaan sehat. Amin YRA.
Tentu saja peraturan ini tidak berlaku bagi keluarga atau kerabat dekat.