08 November 2019

Antara Film dan dunia Nyata...

Semasa gadis, aku bercita-cita pengin nonton sesering mungkin. Bercita-cita nonton bukan berkeinginan nonton lho...Ya karena keknya saat itu  susah sekali nonton film dibioskop. Mau nonton bareng teman, ijinnya sulit banget.  Yang sempat kuingat aku nonton film jadul bodyrock dibintangi Lorenzo Lamas dan flashdance, dibintangi Jennifer Beals bareng teman. Sehabis pulang, malamnya sampai kebawa mimpi pengin jadi Jennifer Beals. Kalau istilah sekarang habis nonton gak bisa move on..😉 Saat itu, era tahun 80an, jangan dibanyangin bisokopnya senyaman sekarang.
Tehnologinya masih sederhana (dua tingkat diatas lanyar tanceplah), gak ada jaringan XXI, kursinyapun dari rotan tegak bediri kek kursi makan. Cemilan untuk dimakan sambil nonton bukan popcorn tapi kacang godok..😛 Dan satu lagi penderitaan sehabis nonton paha bentol-bentol merah-merah karena digigitin serangga (nama serangganya dalam bahasa jawa:Tinggi, kalau bahasa latinnya gak tahu...😃). Pulangnya kita pasti mampir beli nasi goreng Kumala yang nagih banget enaknya. Sayang seribu sayang nasi gorengnya gak bertahan lama, belum tamat SMP, sinasigoreng sudah gak pernah kedenger lagi issuenya.
Acara nonton tahunan, waktu libur puasa, pergi bareng-bareng ma sepupu habis tharawih. Filmya selalu pilem india...😉, bintangnya Kumar Gaurov dan Phonam Dillon. Nama bioskopnya Himalaya, khusus spesialis pilm-pilm India. Seperti biasa, malamnya, berhalusinasi ketemu Kumar Gaurov di Pasuruan...😄 
Film india jaman jadul  beda dengan yang sekarang. Kalau dulu, tari-tarian dan menangisnya hampir mengisi sepertiga cerita film. Kalau sekarang mah...film indianya bener-bener bagus cerita maupun kemasannya apalagi kalau aktornya Syahrukan  dan Kajol yang main. Keknya cuman dua kali nonton Kajol and Syahrukan, selebihnya tetep aja pasang telinga, denger-denger issuenya saja. Hehe...sedikit banget yang aku ingat, judul filmnya malah gak inget. 
Saat kuliah malah aku gak ingat pernah nonton bareng teman saking jarangnya atau malah mungkin memang gak pernah sama sekali.  
Setelah menikah, wajar dong bercita-cita nonton bareng suami. Aku lupa filmya apa, yang kuingat malah tempat nontonnya di TP I karena ya memang waktu itu TP masih ada satu (kalau sekarang sudah berseri sampai TP 6). Baru sekali nonton sudah keburu hamil, sudah gak sempat lagi menggapai cita-cita...😔

Alhasil dua puluh lima tahun menikah, nonton bareng suami ditotal gak lebih dari sepuluh jari. Nonton bareng anak gak lebih dari sepuluh jari, nonton bareng suami dan anak gak lebih dari sepuluh jari juga. Inilah yang disebut menggantung cita-cita...😯 Lha gimana lagi, beda selera kek iklan mie instan. Suami pada dasarnya gak suka nonton jadi ya gitu, bilang, oke-okey tapi gak jalan.  Kalau anak-anak sukanya nonton horor sementara aku sukanya nonton action atau drama. Tiga kali menemani anak-anak nonton film horror, rasanya kapok. Bukan karena takut, tapi lebih kearah ngabisin waktu. Nonton pengin rileks kog dibuat terkaget-kaget tiap lima menit. Gak seru ah...

Film si Doel the Movie, pas lihat previewnya pengin bangetttt nonton. Ngajak suami ogah, ngajak anak ogah-ogahan, ngajak teman malah udah nonton duluan. Mau nonton sendiri, males, mending anteng dirumah aja. Akhirnya lolos gak nonton. Ada lagi film sepertinya bagus, bikin penasaran, judulnya wedding agrement, pengin nonton bangettt....Balik lagi kebentur alurnya. Suami ogah-ogahan,  anak gak mau, temen sudah nonton, mau berangkat sendirian, males...Melas deh, hasil akhir gak nonton...😕

Dibanding sinetron aku lebih prefer nonton film. Apalagi sinetron yang berseri-seri, gak deh (sempat sih terpukau dan terpaku drama korea, akhirnya bertobat karena mengganggu jadwal tidur). Film indonesia banyak yang bagus, pemilihan bintangnya, penjiwaan karakter pemainnya dan pengemasan tema ceritanya pas...pas..pas..kek pertamina pasti pas...😊 
Penginnya sing ngereview beberapa film gitu tapi apa daya nontonnya cuman di youtube dan itu juga trailernya aja, mana bisa dipake reviewnya. 
Menurutku daya tarik sebuah film bukan terletak pada kisahnya karena sebetulnya kisah/cerita film hampir semuanya bertema mirip. Tapi lebih kearah bagaimana film itu bisa menjangkau psikis penontonnya. Perpaduan yang apik dari akting, pengemasan dan tema cerita yang pas. Kalau habis nonton film, kitanya jadi gak bisa move on, nah itu salah satu tanda filmya bagus...😏, sederhana sekali ya. Maklum yang bicara bukan kritikus film. 
Sadar akan kekurangan, aku gak berani bicara lebih lanjut tentang review sebuah film. Aku cuman mau sharing aja kalau sebuah film hanyalah sebuah cerita yang dikemas meski   pembuatan naskahnya didasarkan pada sebuah kisah nyata. Kalau film yang seratus persen asli ma fakta namanya film dokumenter. Dan biasanya film dokumenter tidak dikemas untuk dijual...😊
Ngintip trailernya wedding agrement, memang bikin greget, drama bangettt...Apalagi para aktornya bermain apik. 

Menurutku, kalau secara hukum agama, gak mungkinlah kisah film itu ada didunia nyata. Apa gak haram ya hukumnya kawin kontrak begitu...? Kalau kandungan dramanya memungkinkan sih terjadi di dunia nyata. Banyak orang menikah karena dijodohkan dan cinta datang kemudian. Atau kisah tentang kesabaran seorang istri menghadapi suami yang tidak menyintainya. 
Kira-kira ada gak orang yang terinspirasi film ini...? Tentu ada yang happy ending dan ada yang sad ending.
Yang berakhir happy tentu menjadi insiprasi positip dan yang malah berakhir sedih, namanya terinsiprasi negatip alias konyol.

--------------------------------

Dalam sebuah perbincangan, seorang teman mengabarkan ada cerpen yang jadi trendingtopic. Kisahnya sudah bersliweran di wa group. Aku dan ibu-ibu yang setipe yang jarang baca wa group, awalnya gak ngeh. Setelah baca, baru ngeh banget. 
Awal dari sebuah segitiga yang tidak sama kaki, kebohongan, poligami dan perceraian. Gak pengin membahas poligami ah, soalnya bukan termasuk kelompok yang pro juga bukan termasuk kelompok yang kontra...😐
Yang pengin dibahas yang bikin miris, kenapa ya pasangan muda sekarang gampang sekali selingkuh (kagak nunggu tua dulu kek era jadul, biasanya yang tua-tua yang suka selingkuh) dan satu lagi, bisa lanjut ke gampang banget minta cerai?
Seorang teman, menyumbangkan pemikirannya karena mereka masih pengin bebas. Apa masih kurang ya kebebasan yang didapat selama masa lajang?😟

Menurut sekumpulan ahli psikologi, yang bukan ahli nujum sepakat, masa perkawinan yang paling rawan adalah lima tahun pertama. Ini masa penyesuaian dengan diri sendiri, pasangan, mertua, ipar, keluarga besar dll. Kalau bisa melewati tahap aman pertama, masih ada tahap kedua, ketiga dan selanjutnya tapi paling tidak modal awal sudah terbentuk. 
Pasangan muda dalam tahap awal, masih goyah banget. Terantuk masalah sedikit kalau salah penanganan bukannya diskusi musyawarah mufakat malah irit bicara...Kalau keterusan, malah ego yang saling bicara. Kecenderungan untuk memikirkan perpisahan dimulai dari tingkatan yang paling samar: pisah ranjang, ngambek,  balik kerumah ortu, akibatnya malah jadi pisah beneran. Ini baru masalah kecil apalagi kalau masalah besar...akhirnya pake bantuan Yang Mulia, bapak hakim ...🙈

Selingkuh itu masalah kecil atau besar ya...?
Semua sepakat selingkuh adalah masalah besar dalam rumah tangga. Berikut juga yang menjadi big problem, kebohongan, kekerasan (KDRT), tidak bertanggung-jawab (tidak menafkahi), possesive, kikir dll. Dan masalah kecil dijabarkan sebagai hal yang remeh-temeh berkaitan dengan kebiasaan buruk.
Kata teman, permasalahan itu bukan dilihat dari besar-kecilnya tapi dilihat bagaimana cara menghadapinya
Apakah selingkuh bisa ditolerir...?
Gak juga sih tapi ...
Apakah KDRT bisa ditolerir...?
Gak juga dan gak pake tapi...
Apakah possesive bisa ditolerir...?Gak juga karena bisanya possesive satu paket dengan KDRT
Apakah tidak bertanggung-jawab bisa ditolerir...?
Gak juga sih tapi.. .
Apakah kebohongan bisa ditolerir...?
Gak juga sih tapi... 

Selingkuh itu apa sih...?
Seperti juga kesalahan pada umumnya, selingkuh adalah salah-satu cara syaitan memperdaya manusia. Dosa selingkuh biasanya didahului dengan kebohongan dan diikuti dengan perbuatan jelek yang lain. 
Aku juga masih heran, ada orang yang selingkuh diusia perkawinan yang seumuran jagung. Kalau ada salah-satu pasangan selingkuh terus minta cerai ya wajar-wajar aja. Hanya aku, agak takjub ma pasangan yang memutuskan tidak berpisah meski salah-satunya berselingkuh. Pasangan seperti ini patut diapresiasi, bukan untuk ditiru kesalahannya tapi untuk ditiru bagaimana satu sama lain bisa saling memaafkan (dan tentunya ada niatan untuk saling memperbaiki diri). Mereka berusaha bertahan dari serangan  badai (/teror dan serpihan masa lalu) yang kebanyakan pasangan lain pada nyerah, minta cerai. 
Catatan: Lebih takjub dua kali ma pasangan yang muda bersama, menua bersama dan berbagi surga yang sama. Dengan kata lain, pasangan yang Samawa. Tak ada realty show, drama perselingkuhan dalam  panggung sandiwara kehidupannya.

Kesalahan selingkuh beda ya ma KDRT yang gak bisa ditolerir. KDRT lebih kearah ganguan jiwa, patologis ( kalau selingkuhnya , tipis-tipis) mungkin pasangan bisa memaafkan tapi kalau selingkuhnya riewuh ya patalogis juga, ya gak bisa ditolerir).
Kalau tidak bertanggung-jawabnya patologis ya gak bisa ditolerir. Kalau posessivenya patologis ya gak bisa ditolerir. Pokoknya semua yang patologis tidak bisa ditolerir.  
Kalau poligami, gimana...?
Ya kalau poligaminya patologis ya gak bisa ditolerir. Menelantarkan istri, menelantarkan anak, menelantarkan rumah itu patologis. Ada sebuah note yang dibuat secara anonim, bisa jadi renungan: Jangan berpoligami jika akhirnya harus menjandakan istrimu. Nah khan...

Kembali ke film tidak seindah aslinya, kalau dihubungkan dengan tulisan diatas, maksudnya: film tidak bisa dijadikan acuan untuk contoh dikehidupan nyata. Apa yang ada di film, semua tentang imaginasi dan inspirasi sutradaranya. Kalau sampe menginspirasi baik sih boleh saja tapi kalau yang negatip, percaya deh apa yang ada di film tidak seindah aslinya didunia nyata. Seperti misalnya film prety woman. Keberuntungan seperti itu hanya terjadi sekali dalam perbandingan 1:1000 (atau mungkin 1:sejuta kali). Terus ngapain dimimpiin segala. Banyak sekali halu-halu difilm yang bikin halusinasi, jangan terjebak ya ananda termasuk halusinasi mudah minta cerai. Dipikir gampang apa kalau cerai, tinggal nunggu hari iddah selesai, dan kemudian besok atau lusa sudah bisa pdkt dengan calon  yang segala-galanya jauh lebih baik. Astagfirullah... 
Gak segampang itu ya...Ada banyak anak tangga kesedihan, kemarahan, kesulitan yang mesti dilalui satu-persatu. Perceraian bukan suatu aib, meski begitu buatlah perceraiaan menjadi sesuatu yang sulit atau suatu jalan keluar dari sebuah keburukan yang terus-menerus. 

Memilih pasangan dimulai dari niat dan cara yang baik. Bila niatnya ngasal  jadilah rumah tangganya nyasar. Rumah tangga yang samawa, dimulai dengan niat dan cara yang baik. Tidak ada niat kontrakan, mau berumah tangga selama setahun terus pisah, berumah tangga hanya untuk punya anak terus pisah, atau pengin nikah dengan si A karena tajir, atau pengin nikah dengan si B karena pinter ini namanya niatnya ngasal. Pake panduan agama sajalah, kek GPS gitu sudah paten, biar gak nyasar ntar rumahtangganya. 
Kalau mau nikah niatkan untuk mendapatkan ridho Allah, niatkan untuk beribadah, insyaallah ntar keluarga yang terbentuk dengan niat baik begini akan menjadi keluarga yang samawa. Terus pake cara yang baik pulak. Jangan mentang-mentang sudah saling cocok, orangtua ditodong harus setuju, gaklah. Orangtua itu diminta/dimohon restunya (terutama ibu) bukan hanya diberitahu atau malah diultimatum harus setuju. 
Kalau belum setuju, bagaimana...?
Tunggu aja sampai setuju. 
Berapa lama..? Ya sampai setuju lho, ditunggu, gak pake limit waktu.
Biasanya ketidaksetujuan orangtua itu ada penyebabnya dan salah satu penyebabnya adalah mereka memikirkan jangka panjangnya, berkilo-kilo meter dari kehidupan anaknya yang sekarang. Kalau anak-anak itu mereka hanya memikirkan kilometer terdekat saja dari tempat mereka berpijak sekarang, malah kalau ada jalan pintas, mereka lebih suka menggunakan e-toll...😟 
Bila ada seseorang datang meminang anaknya, dalam pandangan orangtua (baca: aku) yang pertama dilihat secara kasat mata adalah, penampakan raut wajahnya. Apakah beraut sabar, ataukah beraut lugas ataukah beraut tegas. Ditingkat awal, tingkat religiusnya tidak bisa terlihat tapi paling tidak bisa tersirat. Maka berbahagialah orang-orang yang berwajah sabar bak malaikat...😏

Ada perbedaan ukuran berdasar perbedaan nilai antara orangtua dan anak dalam memindai seseorang. Orangtua memberikan rating  tinggi  pada rasa aman sementara anak pada rasa nyaman. Wajar dong ada selisih rate. 
Persoalannya hanya bagaimana cara menggeser aman ke nyaman atau nyaman ke aman..? Sanggup kagak digeser...?
Ridho Allah itu tergantung dari ridho orangtua. Jangan pernah memilih antara orangtua atau calon. Orangtua itu sudah pasti adalah pintu surga bagimu, sementara calon pasanganmu belum tentu menjadi surgamu. Khan masih calon...😊


Jadi ananda-ananda yang mau menikah, perbaiki dulu niatnya. Kalau niat sudah okey, lakukanlah dengan cara yang baik. Pilihlah pasangan yang sekufu dari segi umur dan jenjang pendidikan (terutama dikalangan etnis arab, masih ada anggapan semakin beda usia semakin bagus. Perbedaan jenjang pendidikanpun terkadang tidak dipermasalahkan karena yang terpenting bagi seorang istri itu bisa samikna waatokna 😑) Bukankah fungsi istri itu hanya salah-satu peran saja disamping fungsi yang lebih penting lagi, peran ibu bagi anak-anaknya. Semakin berilmu seorang ibu, semakin berilmu pula anak-anaknya.

Jangan memilih harta atau wajahnya. Ini bukan kalimat bertingkat, memang harta atau wajah dapat seketika hilang. Masak sih kalau punya suami kaya atau tampan, kalau karakternya pemarah jadi termaafkan...? Atau kalau enggan shalat jadi termaklumi...? Atau kalau kelakuannya menjengkelkan jadi terlupakan...? Khan enggak...
Lakukanlah dengan cara yang baik termasuk didalamnya tidak berlebihan dalam selebrasinya. Gak usah deh berlomba untuk diingat sebagai royal wedding, princess wedding atau dipost sebagai wedding impianku dll. 
Khan cuman sekali seumur hidup...? Harapannya begitu tapi takdir atau faktanya bisa berkata lain. Pada hakekatnya resepsi hanyalah proses awal, sebuah pengumuman kegembiraan yang dikemas. Dan   perkawinan adalah sebuah paket lengkap plus toping  kegembiraan, kesedihan, kesabaran, kesetian, pengertian dll  yang  butuh proses panjang untuk dua orang saling belajar menyesuaikan diri. Dalam proses belajar panjangnya ini sesuatu bisa terjadi baik yang diharapkan atau yang tidak pernah diharapkan. Usaha dan doa adalah tameng terbaik untuk menjadi keluarga samawa till jannah. 
Jadi mengapa harus berlebihan diproses awalnya jika kita tidak tahu akhirnya...?
----------------------------
Alhamdulilah punya teman yang suaminya baik-baik semua. Kalau mendengar cerita dari luar tentang suami yang serem-serem, aku jadi miris plus galau. Memang bukan ke suami sih tapi...
Sungguh malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih, apadaya semua calon mantu berhadapan dengan ibu, sidosen killer ...😟
Si ayah selalu mengingatkan bahwa meski kita menganggap anak  sebagai bidadari, pada hakekatnya tidak ada manusia yang menyerupai setengah bidadari. 
Nah kalau bukan setengah bidadari ya jangan cari setengah malaikat dong, katanya lagi. Artinya: setiap manusia tidak ada yang sempurna, mau dicari keujung dunia juga gak bakalan ketemu. Terus kata si ayah yang genap menginjak 52 tahun, usia yang cukup matang untuk bertutur tentang kehidupan.  Katanya, kalau kita yakin bahwa si calon adalah imam yang dapat membawa anak kita ke surga itu sudah cukup. Kita ini mau nitip anak pada seorang yang bisa mendidik dan membawa anak kita ke surga kelak. Janganlah dibebani dengan urusan remeh-temeh, yang keluarganya bikin ilfillah, yang temannya bikin was-waslah, hal-hal kecil jadi kendala.

Dan siayahpun lanjut bertutur, sekalian menyentil sikap ibu yang penuh kekhawatiran.  Katanya, semua orangtua berharap anaknya menjadi baik dan berada dijalur yang benar. Karenanya jangan pernah berprasangka buruk pada bapak yang mengatur anak lelakinya atau pada ibu yang dekat sama anak lelakinya dan sebaliknya.

Cukup dilihat sianak agamanya baik, insyaallah jadi baiknya. Justru kita harus berterimakasih pada laki-laki yang terpilih kelak, tongkat estafet tanggung-jawab kita serahkan penuh padanya. Inshaallah laki-laki pilihan itu yang akan mengantarkan anak kita ke pintu surga. 
Kata-katanya begitu menyentuh dan sederhana. Sesederhana itu...? Ya, sesederhana itu...Meski proses menuju pemikiran kesana tidak sesederhana yang diucapkan.
Dan siibupun masih harus banyak belajar. Menyederhanakan ketakutan dengan berpasrah diri. Hal baik dan buruk tidak terlepas dari takdir. Tidak semua yang terlihat, seperti yang ingin kita lihat. Berdoa adalah salah-satu kekuatan menuju kesederhanaan pemikiran. Semangat ya ibu-ibu yang punya anak perempuan...😊

---------------------------------

Mana yang lebih baik, memilih calon yang sudah mapan atau yang sama-sama memulai dari nol?
Mau memilih yang sudah mapan atau memulai dari nol bisa sama-sama baiknya atau sama-sama jeleknya jika ukuran yang dipake salah (niatnya). Pake aja ukuran diennya mana yang lebih bagus, itu aja yang diambil. Kalau sudah ketemu diennya bagus (plus atau include sabar), kriteria lain yang cuman katalisator aj. 
Ntar ya kalau sudah nikah, biar diajak shopping berlian sehari tiga kali, dihormati oleh orang sekampung atau diajak naik ke podium menerima hadiah nobel sekalipun, tapi kalau salah sedikit dibentak- bentak, mending gaklah...

Tapi, suami yang:
-Shaleh, ngajak shalat sunnah berjamah, membaca quran, berpuasa bareng...atau
- Sabar, kita tidak perlu khawatir emosinya akan meledak-ledak kek kompor ketika tahu kita melakukan kesalahan.
- Bertanggung-jawab /mandiri (bedakan dengan mapan). Bila bersamanya tidak perlu mengkhawatirkan sesuatu
- Patuh dan hormat pada orangtua dan mertua. Tidak membedakan antara orangtua dan mertua.
- Bukan perokok. Seorang perokok mempunyai karakter yang beda dengan yang bukan perokok dan biasanya karakter idaman banyak melekat pada seseorang yang bukan perokok. Singkatnya, dosa seorang perokok adalah, bersikap cuek dengan dirinya. Apalagi dengan sekitarnya ya ? 
- Pengertian, perhatian dan penyayang. Kalau kita pas sakit, tak segan tangannya mengompres, memijit atau mulutnya tak henti menyenandungkan dzikir. Masyaallah Tabarakallah...

Dan dia tidak akan pernah,
menghardik dengan mulutnya
menghukum dengan tangan/kekuasaannya
merendahkan dengan kelebihannya
melakukan kekerasan walau hanya bersuara keras 
Muda berdua, menua bersama dan berbagi surga yang sama.

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan...?
Sudahkah ananda menyadarinya...? 

Semoga ada yang bisa diambil manfaatnya dari tulisan ini. See you in the next post...!

Note: Pas lagi nulis topik ini,  iseng-iseng searching di komputer, nemu tulisan begini. Masyaallah tabarakallah... bagus-bagus impiannya, kecuali yang satu itu bikin speechless deh...😏