31 March 2020

Stay at Home dan Waktu luang




Pandemi corona memunculkan gerakan stay at home, tinggal dirumah saja. Anak sekolah libur, les bimbel diganti belajar online, arisan dibatalkan, acara shooping diskip, kondangan pengantin ditunda, mau piknik terhalang kena lockdown antar kota, berniat silaturahmi kena aturan social distancing. Pertanyaan yang timbul... Bagaimana mengisi waktu luang dirumah saja ...?
Setelah kena lockdown beberapa hari dirumah, baru tersadar, ternyata waktu luang itu berlimpah jika kita dirumah saja. Mungkin ibu rumah tangga yang anaknya masih kecil, masih ribet ya dengan urusan service dan survive (kecapekaan, pemulihkan tenaga)
Sebagai IRT, dengan anak-anak yang sudah membesar, kegiatan on air sudah mulai berkurang tetapi kegiatan off air sangat menantang...😊

Melihat kegiatan ibunya diluar rumah yang kek pekerja kantoran, anakku yang bungsu sering bertanya dengan nada protes, Mama ini sebenarnya pekerjaannya apa...? 
Aku suka menjawab sekenanya, tulis aja ibu rumah tangga. Ranapun protes... "Tapi mama khan kerja. Kalau form ini gak diisi yang sebenarnya, nanti kena sanksi lho" 
Untuk keperluan data sekolah, anak-anak sering dikasih form, pekerjaan orangtuanya apa dan terkadang ada juga yang menanyakan jumlah penghasilannya berapa..? 
Daripada pusing, aku lebih suka menyebut diri sebagai ibu rumah tangga.
Rana, anak bungsuku ini memang tipe perfeksionis dan amat berhati-hati sekali. Jadi kalau jawaban tidak memuaskannya dia tak akan berhenti bertanya.
Begitu juga dengan Sirin, siputri sulung. Dia pernah berkata, "Jujur Ma, pertanyaan tersulit yang harus dijawab adalah kalau ada yang nanya mama kerjanya apa...?
Lha... Jangankan kedua anakku, aku sendiri aja terkadang bingung kalau diminta mesdiskripsikan apa pekerjaanku. 
Pernah waktu di bank, saat di teller, biasalah si teller berbasa-basi dengan mengatakan, ibu bergerak di bidang properti ya...?   (mungkin simbak sempat mendengar percakapan telponku sebelumnya).
Belum sempat kujawab, simbak sudah meneruskan "Jual-beli rumah..?"
Aku yang tergagap, tidak menyangka didakwa sebagai pemilik properti yang menurutku kegedean, buru-buru menjawab
"Bukan mb...saya bukan jual-beli tapi saya cuman beli-beli saja..." 
Dan ketika si mb kulihat menatap balik dengan terngangah 😮 akupun menyadari kalimat wahamku 😕 Maunya mengngontrol tapi malah mengatrol...🙈
Haha...apa boleh buat, gak bisa diralat karena buku sudah diserahkan dan time is over, waktu untuk antrian berikutnya. 

----------------------------------

Ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tak pernah selesai. Selain jam kerja yang tak terbatas juga karena jiwa pengabdian seorang ibu pada keluarganya teramat luas. Pernah waktu pembantu pulang dan tak balik, selama sebulan aku stay at home (jaman sivirus corona masih anteng dikelelawar, belum bermutasi) berjibaku dengan celemek, sapu, vacum cleaner dkk memastikan semua berlangsung baik-baik saja. Masak setiap hari, belum lagi cuci-cucinya. Masak cuman dikit, tapi cuciannya banyak banget. Sampai gak pengin makan gegara gak pengin nyuci piringnya. Ampun deh capeknya kebangetan....Bawaannya pengin marah aja...terutama pada anak-anak dan simbak dikampung yang kawin tanpa restuku...😞
Lha gimana gak keki, dimasakin sesuai request, e...yang dimakan cuman dikit aja. Ngomellah siibu yang memang gak sabaran. 
Si sulungpun berkata enteng, "Mama kalau marah-marah gak usah masak deh, makan diluar aja " (jaman sudah modern tapi masih jadul belum ada gojek). Sudah capek seharian di dapur koq masih diminta nyetir keluar beli makanan, duh...mending kelaperan daripada ntar pingsan kecapekan.
Sesaat jadi tahu perasaan mama, kalau sudah bawa-bawa makanan ke surabaya, e...dimakan cuman dikit aja. Alasanku masakan mama keenakan, aku khawatir makan berlebih padahal sedang diet...Mengecewakan orangtua, hukumannya memang gak nunggu lama, keknya kena nih aku sekarang...😢
Saat curhat ma temen, "Ibu rumah tangga yang setiap hari masak keknya pintu surga sudah terbuka lebar".
Temenku terbahak dan menambahkan, "Iya sih asal ikhlas, gak pernah ngeluh, gak pernah marah..." 
Hmm...ini yang namanya sukar bin sulit.
Sekarang ini dirumah saja dengan status ibu paruh baya, sisulung bekerja dan tinggal diluar kota, siperfeksionis Rana sibuk belajar dikamarnya dan hanya keluar saat makan. Formasi art lengkap beberes didapur dan sekitarnya, si ayah sudah berangkat bertugas. 

What should I do...?
Mau nyoba-nyoba  masakan baru, bahan baku terbatas jadi baru berhasil mengotak-atik variasi resep salmon, ayam geprek ala-ala..., empal bumbu rempah ala-ala...
Yah masih seputaran yang praktis-praktis aja. Pengin sih bikin yang ribet kek nasi mandhi, nasi kabuli, nasi kabsah...Apadaya masih  sebatas niat aja belum ada usaha lanjutan. Mau nyoba-nyoba baking, jadi nyesel kenapa suka nunda-nunda belajar bikin kue ke mama.
Ngintip tutorial makeup, keknya bagus juga warna eye shadow yang dipake berlapis-lapis gitu. Pas dicoba, semua warna bercampur jadi satu, persis kek mata habis ketonjok. Fail, males ah mau nerusin...
Mau nyoba-nyoba tutorial hijab, keknya gampang lihat step-stepnya di video. Pas dicoba ternyata hoax jadi mirip tudungnya mike tyson kalau lagi mau bertanding...:(
Yang paling favourite, ngikutin tutorial membuat masker alami. Dan rajinlah aku  melumuri wajah dengan sisa-sisa yogurt dan buah. Yah beginilah dilema, ibu-ibu paruh baya, merindukan kulit yang kencang dan mulus. 
Selanjutnya I did it again...
Menulis ...merenung...menulis...
----------------------------
Sebelumnya, sudah bongkar-bongkar empat lemari. Menata baju-baju, menemukan baju dengan kancing terlepas, menemukan celana si ayah yang mesti dipermak, menyortir seprei sesuai ukurannya, dll
Tutup lemari beralih ke pembersihan lantai dua plus gudang. Aku jarang-jarang menginspeksi gudang dan ditemukanlah beberapa benda purbakala, seperti: botol-botol, pernak-pernik hiasan dll. 
Esoknya dimulai merapikan taman dan segala yang tumbuh diatas tanah. Dimulai dari taman depan sampai taman belakang. 
Esoknya bingung mau ngapaian...tapi ya masihlah beberes dan bebenah..
Esoknya bingung mau ngapain lagi, bosen buka-tutup lemari pakaian. 
Esoknya....jam 12.30 habis shalat dhuhur, masuk kamar, berasa ada hembusan angin yang semilir-semilir dari balik jendela. Koq jadi ngantuk berat ya padahal setelah ngelahirin anak pertama,  gak pernah lagi (tepatnya hampir gak pernah) ngerasain nikmatnya tidur siang. 
Salah-satu pelajaran mama yang belum bisa kuamalkan sehubungan dengan ilmu parenting adalah, kalau dedenya tidur, ikutlah tidur untuk menghemat tenaga. Pengalaman berusaha menidurkan sidedek, dengan tenaga terkuras menggendong meninabobokan, mata sudah terpejam, sepertinya sudah lelap, baru mau ditaruh ke ranjang, eit...matanya melotot duluan. Batal deh tidur barengan. 
Ntar kalau sudah berhasil naruh diranjang, baru mata mau terlelap sedikit, inget cucian belum disentuh, inget harus bikin bubur dll...Akhir cerita, selamat tinggal tidur siang yang nikmat.
----------------------
Semua aktivitas me time berakhir, saat siayah datang. Seneng banget ketemu pacar lama. Rasa-rasanya si ayah adalah salah-satu penghubungku dengan dunia luar. Begitu si ayah datang, langsung disambut dengan pertanyaan ketemu siapa tadi, ada cerita apa, kemana aja, dll.. Ada gak ibu-ibu yang samaan begini...?
Hehe keknya banyak ya, maklum sesama wanita khan saling menduplikasi...;)
Tanpa menjawab, siayah malah menjauh dan cepat-cepat masuk bilik sterilisasi kamar-mandi. Maklum habis bertugas di rumahsakit. 
Setelah kondisi aman terkendali, barulah siayah mengajukan pertanyaan balik, sudah berapa banyak dzikir atau shalawat yang dibaca? Sudah sampai mana ngajinya...?  Absen aktivitas akhirat.
Subhanallah, kalau kita tidak keluar rumah, waktupun menjadi penuh berkah. Kita punya banyak waktu luang...bisa ngaji, bisa dzikir, bisa berkebun, bisa beberes dan bebenah dan bisa yang lainnya juga.
Sudahkah kita melakukannya...? 
Yuk dimulai dari sekarang. 
See you inthe next post...



10 March 2020

Emak-emak & Media sosial & Corona

Alkisah pada suatu sore disuatu hari tahun lalu, saat berada di mobil yang sedang melaju disuatu ruas jalan yang rame, mataku menangkap pemandangan yang tidak biasa. Seorang remaja putri kira-kira berumur 15-17 tahun sedang terduduk ditrotoar dengan bersimpuh dan wajah yang terlihat kusut. Sesekali dia tampak berbicara dengan hpnya. Aku meminta sopir menepi. 
Sebagai seorang ibu yang juga punya anak seumuran, aku merasa ada sesuatu yang sedang terjadi. Untuk tidak menarik perhatian orang yang sedang berlalu-lalang, aku meminta pak Aris menanyai remaja tersebut, apakah dia butuh sesuatu. Sejurus kemudian pak Aris kembali, dia bilang anaknya bilang gak ada apa-apa. Aku tidak begitu saja percaya, ada seorang cowok yang tampak baik-baik melintas didepanku, aku minta tolong padanya untuk menanyakan kondisi remaja putri tadi. Untuk kedua kalinya si cowok tadi mengabarkan padaku, si anak mengatakan gak ada apa-apa. Instingku sebagai emak-emak tidak bisa dibendung. Aku langsung menghampiri si anak dan membujuknya masuk ke dalam sebuah toko. Alhamdulillah berhasil. 

Dalam perbincangan singkat kucoba mengatakan padanya kalau cara duduknya di trotoar tadi  mengundang perhatian orang datang mendekat. Kukatakan padanya, bagaimana kalau yang datang mendekat orang yang berniat jahat?

Kukatakan juga bahwa aku punya anak seumuran dia. Kalimat ini seperti kata kunci, si anak langsung menurut. Setelah memastikan semua baik-baik saja, akupun melangsungkan perjalanan.
Kenapa aku tidak sedari awal  turun sendiri ?
Ya Allah...aku masih berpikiran, jangan-jangan ini prank...? 
Gegara sering buka instagram, akhirnya...
Duh makanya kesel banget kalau ngeliat bentuk-bentuk prank yang menguji reaksi orang. Kalau mau ngeprank hal-hal yang lucu aja ya...
Ngeprank pura-pura minta tolong, menurutku koyol banget. Lain bila mau mengukur kepekaan sosial, beda cara beda pula hasilnya.
------------------------------------

Aku dan Hp. Meski kesehariannya tidak bisa lepas dengan hp, namun urusan tehnologi gaptek banget. Misal urusan edit-mengedit gambar, ampun...aku sampai minta tolong si Tiwi, Art dirumah yang keliatan paham bener masalah editing (saking pahamnya sampe ppnya di Wa diedit terus kek artis...🙈).
Eit jangan salah ya...edit-mengedit ini bukan foto untuk selvia. Alhamdulillah sudah emak-emak begini jadi sadar foto diri bikin malu sendiri. Editing untuk keperluan upload foto-foto promosi.
Bila semua orang dirumah tak bisa pergi tanpa membawa serta headsetnya, aku awalnya cuek-cuek saja. Dua putriku memakai headset berbeda kepentingan dengan ayahnya. Sang ayah untuk mendengarkan murotal selama dalam perjalanan, kedua putriku memiliki kepentingan yang sama sebagai juri "Indonesian idol", mendengarkan update  lagu-lagu terbaru 😑
Bagaimana denganku..?
Aku menggunakan headset saat berolahraga. Menyadari metabolisme melambat dalam usia menjelang paruh baya, akupun rajin berolahraga. Niat sih rajin tapi apa daya, suka bosen.  Aku berolahraga jalan pagi memutari taman kota... terhenti karena bosen. Berolahraga sambil nonton tv, bosen juga. Finally berolahraga sambil dengerin musik...eit...disemprit ma si ayah yang selalu mengingatkan better dzikir atau dengerin murotal dibanding dengerin musik...😔 Iya sih ada benarnya. 
Tapi kadang-kadang (baca:sering) masih pengin dengerin lagu-lagu gitu, maka dipakelah siheadset sebagai pencitraan. Lama-lama pake headset bosen juga...Kebukalah kedoknya...🙈
Ada cerita lucu tentang headshet ini. Mama kalau di mobil selalu memakai haeadshet terutama bila di mobil ada anak laki-lakinya yang turut serta. Aku sih tahu banget mama kadang mendengarkan murotal, kadang/sering juga mendengarkan lagu-lagu jadul, nostalgia seperti lagunya tety kadi, titiek puspa, hetty koesendang dan yang seangkatan. 
Ketika anak lelakinya bertanya dengan nada sedikit heran, melihat sang umi berstyle anak muda dengan tali headshet yang bergelantungan disela-sela jilbabnya. 
"Mama sedang mendengarkan apa?", tanyanya. 
Dengan sigap mama menjawab, "Lagi mendengarkan lantunan surah-surah pendek"
"Oh..."  
Tak sampai setengah jam, mama ketiduran dan terlepaslah tali headshetnya dan....sayup-sayup terdengarlah alunan lagu Cindai dari Siti Nurhalisa...😉
---------------------

Untuk acara menonton TV, acara favouriteku juga sejuta umat, ILC TvOne. Tema acaranya, pembawa acaranya, pembicaranya, semuanya keren (kecuali ada beberapa pembicaranya yang sering ngasal n nyebelin, terpaksa dilihat juga 😟). Usul nih, coba orang-orang pintar nan idealis kek Karni Ilyas, Najwa Shihab, Haris ashar, dkk itu dicloning...Aman-damai deh negara...👍
Sebenarnya ada beberapa acara sejenis yang gak kalah keren tapi apa daya, mataku tinggal lima watt di pukul 20.00. Karenanya juga aku lebih sering nonton ILC dari cuplikan-cuplikannya yang beterbaran di Ig atau youtube. Sehabis nonton ILC semangat banget ma pembahasan berbau politik tapi apa daya emak-emak ini sehabis bangun tidur, mikirin nyiapin sarapan, masak apa hari ini dll...hilanglah mood berpolitik..ntar bangkit lagi setelah ketemu ILC lagi minggu depan. Begitu terus alurnya...
Mau jadi politikus? Mana tahan...👀
 --------------------------
Untuk majalah, dulu majalah favouriteku Tempo dan femina, juga Intisari. Entahlah sejak jadi emak-emak, rasanya majalah Tempo terlalu berat dan bikin aritmia jadinya cuman kepo ngeliat sampul depannya doang. Majalah Femina masih sering kubaca, terutama cerpen dan cerbernya yang sangat menginsipirasi tulisan-tulisanku.  Kalau intisari, pernah beberapa kali kulihat tapi sudah amat jarang sekali kubaca.
Sebelumnya kukira aku tak bisa melewatkan ngopi pagi tanpa membaca koran. Ternyata... Ajaib, bisa tuh...!
Entah kenapa situkang koran langganan sudah satu bulan ngambek gak kirim dan akupun tidak berniat protes. Umur memang berpengaruh terhadap kesadaran baru, ada sesuatu yang masih pantas dilakukan dan ada sesuatu yang sudah pantas ditinggalkan. Termasuk kesenanganku membaca buku (apa saja yang berbentuk buku, aku selalu suka) dan kegemaranku menulis. Untuk dua hobi ini terkadang aku memilih bertahan dari gempuran guilty feeling yang sering tiba-tiba menyerang. Better ngaji daripada membaca cerpen, iyalah...better ngaji daripada menulis...iya juga sih. Itu sebabnya tulisanku terkesan tersendat-sendat...😏 
Dulu pas jaman jadul...gampang sekali bikin cerpen, ada ide langsung ngendon seharian didepan computer (masih pake system DOS) jadilah sebuah cerpen. Ajaib...
Sekarang diminta ngulang kek begitu lagi, langsung angkat tiga bendera putih, nyerah deh !
Jaman masih gadis, aku suka menuangkan ide menulis dilembaran buku yang sudah tak terpakai. Dasar anak-anak, habis nulis naroh bukunya disebarang tempat jadi pas mau nerusin tulisannya gak ketemu lagi tuh buku. Buat tulisan lagi, ide baru lagi...begitu terus...Finally, idenya gak pernah komplet jadi sebuah cerita. 
Btw, aku menemukan sejarah lucu dibalik kebiasaan buruk ini. Saat bongkar-bongkar lemari kuno dirumah masa kecil (ini termasuk salah-satu kegemaranku). Beberapa kali kutemukan tulisan bernada curhat dari orang-orang terdekat yang kalau dibaca sekarang jadinya menggelikan bin koyol. Ha..ha...biarlah kusimpan sendiri.
Ah...Aku berpikir, jangan...jangan tulisanku yang gak pernah selesai itu nanti akan ditemukan anak atau bahkan cucuku kelak. Makanya kubuat pengumuman melalui tulisan ini, itu ide cerpen ya bukan diary...😉
 -------------------

Berkaitan dengan kebiasaan yang masih pantas atau tidak jika dikaitkan dengan umur. Bisa berjalan secara natural ataupun dengan nila-nilai yang baru masuk. Tiba-tiba saja tersadar sudah  gak pantas lagi pake jilbab pendek,  gak elok lagi pake legging, koq lebih nyaman pake gamis, lebih suka nonton berita dibanding nonton hiburan, dll. Harapannya berproses menuju kebaikan. Inshaallah. Disegmen ini ada satu contoh cerita. Tersebutlah seorang anak yang tak henti-henti mengingatkan ibunya yang suka sekali nonton sinetron berseri-seri. Si anak berharap ibunya yang sudah berusia lanjut itu menggantinya dengan hal lain yang lebih bermanfaat.  Awalnya sang ibu tak mengindahkannya, beliau  tetap nonton sinetron secara sembunyi-sembunyi. Tapi karena si anak konsisten, lama-kelamaan akhirnya sang ibu sendiri yang memutuskan untuk berhenti. Begitulah kita...suka terlena dengan godaan media sosial.
-----------------------------

Tehnologi boleh secanggih apapun tapi akan selalu ada masa expirednya atau masa usangnya. Manusia sebagai makhluk Allah yang paling sempurna tetap memiliki keterbatasan. Apalagi seperti saat ini, geger dimana-mana gegara pandemi corona all over the world. Makhluk Allah yang berukuran 150 nanometer saat ini berulah mampu membuat dunia kalang-kabut. 
Media sosial dipenuhi berita tentang virus corona yang membuat merana.  Lockdown kota-kota yang masuk redzone telah memutus silahturahmi ibu dan anak, anak dan ibu dll. Disebalik geger corona, ada hikmah terselubung. Munculnya gerakan dirumah saja, ternyata mengandung nikmats (artinya nikmatnya banyak juga). Bukan saja bagi ibu-ibu muda tapi bagi emak-emak sepertiku juga.

Apa yang bisa kulakukan, terjebak dirumah dengan anak kelas 12 yang fokus belajar untuk UTBK? 
Inilah...Aku mulai menulis lagi :) dan rasanya jadi punya banyak waktu untuk kebaikan (masak 2x sehari, bisa jahitin kancing baju lepas dll). Sebelum corona, aku masuk golongan ibu-ibu pengacara, pengangguran banyak acara gak jelas... 🙈 
Dan yang tak kalah penting, lebih care pada kesehatan diri dan keluarga. Bagaimana dengan ibu-ibu yang lain...?

 ------------------------------

Semoga wabah ini segera berlalu dan kita dapat menyambut ramadhan dengan suka cita. Amin...Amin Ya Robbal Alamin...



See You inthe Next Post