Tengah malam saya terbangun karena rasa
sakit yang mendera di perut kanan bawah dan hanya disatu titik saja. Nih...endometriosis
lagi kambuh, pikir saya. Tapi karena saya
termasuk tipe orang yang tidak gampang minum obat (karena malas &
khawatir dengan mitos2 kebal/ketergantungan obat) maka saya biasa menahan rasa sakit dengan membiarkannya begitu saja
(menurut seorang teman, menahan sakit yang berlebihan untuk menghindari minum
obat anti sakit justru dapat menyebabkan ambang stress meningkat & itu
menambah rasa sakitnya, seandainya saja saya tahu lebih awal...?!).
Sebetulnya rasa nyeri ini sudah muncul sejak
jam: 22.00, saat saya di mobil dalam perjalanan pulang Bojonegoro-Surabaya.
Karena nyerinya tidak hilang-hilang dan menunjukkan semakin bertambah, saya
putuskan minum obat pereda nyeri, pilhannya ponstan 500 mg. Biasanya setelah
minum obat setengah jam nyerinya langsung hilang. Tapi ini ditunggu-tunggu koq
gak hilang, baru jam: 07.00 nyerinya mulai berkurang. Saya melakukan aktivitas
seperti biasa sampai jam: 11.00 nyerinya timbul lagi dan bertambah hebat. Akhirnya
berdasar saran teman yang seorang dokter kandungan, saya minum profenit 500 mg
oral. Ditunggu... tidak mempan, masih sakit. Adik saya menyarankan
profenit anal 500 mg. Satu jam...Dua jam...Tiga jam...akhirnya lima jam
kemudian rasa nyeri baru hilang sama sekali.
Begitu suami datang dari luar kota
(kebetulan tugas suami di bojonegoro) saya langsung periksa darah, dugaan
mengarah ke apendik (usus buntu).
Besoknya setelah konsul dengan temannya,
suami membawa saya untuk CTScan & MRI. Hasilnya: Apendiks saya baik-baik
saja sementara Endometriosis saya menjalar kemana-mana, diantaranya ke ureter
sehingga terjadi pembesaran ginjal (hydronephrosis). Rasa sakit itu disebabkan
karena endo membuntu saluran ureter sehingga ginjal saya membesar yang sebelah
kanan. Mendengar kata hydronephrosis saya masih tidak gentar karena saya sudah
dua kali pasang stent. Saya pikir pasang
stent lagi ya gpp. Mending daripada apendiks harus MRS di RS itu lebih
mengkhawatirkan. Apalagi menjelang tahun baru, sangat menyedihkan mendekam di rumahsakit. Ternyata terbukti
dikemudian hari pengharapan saya salah besar...!
Kami konsultasi ke dua dokter, dokter
kandungan dan dokter urologi. Keduanya menyarankan operasi, tidak ada jalan
lain. Dan sifat operasinya Urgent...!
Begitu mendengar kata operasi, perasaan
saya plain (seperti rasa yogurt). Biasa saja gitu, malah saya minta ke dokternya bagaimana kalau operasinya
dilaksanakan besok. Tentu saja tidak mungkin karena meski operasi ini urgent,
namanya operasi ini membutuhkan persiapan seperti puasa, hasil lab, lavement n
foto rontgen.
Saya
gampang sekali tersugesti dan suami hapal betul “kelebihan” saya itu.
... Karenanya suami selalu memasang raut muka plain setiap kali dokter memberi
penjelasan detil tentang operasi yang akan dilaksanakan nanti. Tapi karena raut
muka plain itulah saya berani meminta operasi dipercepat.
Singkat cerita, saya mulai mrs dihari
senin malam, sementara operasi dilakukan jam: 08.00 hari rabu. Dokter meminta
saya mempersiapkan diri untuk urus-urus. Berdasar pengalaman operasi sebelumnya,
saya punya tips khusus untuk ini. Sewaktu baru pertamakali dilavement
(membersihkan usus) saya kesakitan setengahmati. Bahkan saya bisa bilang,
sakitnya luka operasi masih kalah dibanding sakitnya lavement.
Tips
persiapan lavement:
Ø Jangan stress.
Biasanya karena akan operasi, maka kita terburu-buru mau menyelesaikan
pekerjaan yang bakal terbengkelai akibatnya melemahkan psikis maupun fisik.
Ø Dua atau tiga hari sebelumnya kalau
bisa sudah mulai makan nasi lembek atau bubur.
Ø Sebaiknya hindari makanan dengan
aroma atau rasa yang tajam.
Ø Berdoa,
bacaan yang selalu saya lafalkan adalah bergantian antara: shalawat nabi
dan laillahaillah anta subhannaka ini
quntum minaddholimin.
Menjelang
lavement, masalah lain menghadang: saya bermasalah dengan makanan rumah sakit. Sarapan buburnya masih bisa saya makan meski
cuman tiga sendok, menjelang makan siang saya dapat bubur
cair...Ampunnnn....begini bentuknya. Yang ini cuman bisa dimakan sesendok saja kemudian
saya tutup lagi plastiknya.
Bandingkan
dengan ini: (makanan penjaga px)
Kekhawatiran
lavement nanti akan sakit jika saya tidak patuh memakan makanan rumah sakit, saya
memutar otak bagaimana menghabiskan bubur cair ini...? Putri sulung saya
mengusulkan dicampur yogurt, dia tahu saya rutin minum yogurt. Setelah konsul
dokter, katanya gpp. Akhirnya saya minta dibelikan yogurt jco tanpa toping. Jadilah
saya makan bubur cair dicampur yogurt jco. Inilah hasilnya:
Alhamdulillah,
bubur cair itu hanya tersisa 1/3nya saja dan masalah urus-urus sampai lavement
bisa saya lalui dengan lancar (tanpa rasa sakit).
Menjelang
operasi besok, bergantian dokter yang akan mengoperasi saya datang berkunjung.
Ada empat dokter. Oh My God...!!!
Seberapa besar operasi saya...?
Sebelumnya
saya sudah tahu kalau operasi ini akan melibatkan empat dokter. Ahli kandungan,
ahli bedah urologi, ahli anestesi dan ahli bedah digestif. Suami dengan raut
wajah plainnya menerangkan seolah-olah itu biasa saja, tidak perlu
dikhawatirkan. Dia juga berusaha menyakinkan saya bahwa endometriosis meski
menyebar tapi tidak mematikan.
Penjelasan
ini berhasil menenangkan saya untuk sementara karena sebetulnya ketakutan saya
lebih kearah seberapa parah penyakit saya menimbulkan potensi kerusakan pada
organ tubuh saya yang lain, bukan pada pelaksanaan operasi. Tapi setelah bertemu
dengan empat dokter itu cukup membuat nyali saya ciut.
Tips persiapan operasi:
Ø Fisik: rajin berolahraga, tidak
saja menjelang operasi tapi sehari-hari hendaknya kita menerapkan gaya hidup
sehat dengan rajin berolahraga dan makan makanan sehat
(usia 40 tahun keatas, ada beberapa jenis makanan yang sudah harus dipantang
seperti, coklat, daging, minuman bersoda de el-el) plus vitamin untuk menjaga stamina.
Ø Psikis: hindari stress...!!! meski
tidak bisa dipungkiri operasi menimbulkan kekhawatiran atau ketakutan tapi
sebaiknya kita bisa mengurangi porsi stress
dengan cara kita sendiri. Malam itu
saya minta ditemani suami sampai saat-saat menjelang operasi. Sebelumnya ibu menawarkan
diri untuk menjaga saya, tapi
saya tahu, ayah yang sakit lebih memerlukan ibu dibanding
saya. Juga saya sangat tahu, ibu saya tipe orangnya panik dan histeris. Bisa-bisa
semalaman, ibu menangis terus menunggui saya (pada ibu saya mengatakan operasi
ini hanya operasi kecil seperti operasi caesar saja) Kedua anak saya juga menawarkan diri untuk menemani dirumah sakit
tapi saya tolak karena saya tidak bisa menyembunyikan rasa khawatir didepan
anak-anak. Saya justru mengkhawatirkan mereka nantinya.
Ø Menurut saya sebaiknya pasanganlah
yang menemani kita menjelang operasi. Bagaimanapun dengan
anak dan orangtua ada tabir yang membuat kita tidak bisa mengungkapkan perasaan secara leluasa tapi dengan pasangan semua perasaan dapat
kita sampaikan dengan gamblang. Bila karena sesuatu hal, pasangan tidak bisa
menemani maka yang paling tepat adalah ibu. Baru option terakhir adalah anak
(kecuali jika mereka sudah dewasa).
Ø Banyak-banyak berdoa.
Baru saya sadari bahwa diusia saya yang
sudah kepala empat ini, saya masih sangat-sangat memerlukan sosok ibu. Selain
kasih sayangnya, kita memerlukan orangtua karena doa-doanya yang tidak
berhijab. Hampir tiap jam, ibu menelpon dan mengatakan selalu mendoakan saya.
Begitu pula dengan ibu mertua saya. Mendengar itu, hati saya jadi plain
kembali. Segala kekhawatiran dan ketakutan berganti dengan perasaan pasrah.
Bahkan saya sempat menolak diberi obat penenang karena ingin menghabiskan malam
lebih lama dengan suami. Finally saya
meminum obat tenang, berharap segera tidur dan bersiap operasi dan setelah itu
selesai. Ternyata.... !
Saat
saya membuka mata sehabis operasi pada operasi-operasi sebelumnya, biasanya yang
terlihat didepan saya wajah suami, ayah dan ibu. Entah pikiran darimana, pada operasi
kali ini tiba-tiba ketakutan saya menyeruak, bagaimana nanti bila saya membuka
mata ternyata yang terlihat bukan wajah-wajah orang yang saya kenal tapi
hamparan putih sejauh mata memandang. Artinya saya berada dialam lain, bukan
didunia lagi. Resiko operasi seperti
emboli, komplikasi de el-el yang
biasanya diterangkan suami pada pasien-pasiennya sebelum operasi sekarang seakan-akan menghantui saya. Karena
itu saya sempat menangis ditengah meja operasi...Dalam sepersekian detik
sebelum obat bius bekerja, saya merasakan suami menggenggam tangan saya seolah
mengatakan semua akan baik-baik saja.
“Sus
jam berapa ini?” Tanya saya pada perawat.
“Jam
sebelas” jawab perawat yang sedang memeriksa kondisi saya.
“Saya
sudah selesai operasi ya?” tanya saya lagi.
“Ibu
operasinya kemarin...” suami turut menimpali bahwa saya tertidur sehari.
Subhanallah...Saya
mengucap syukur berkali-kali, bukan hamparan putih itu yang saya lihat
sekarang.
Dari
suami saya tahu, operasi saya berlangsung sembilan jam (mulai jam: 08.00-17.00).
Dua jam setelah operasi saya sadar, minta shalat dan sudah dapat melakukan
percakapan meski putus nyambung-putus nyambung. Baru keesokan harinya kesadaran
saya sepenuhnya pulih.
Hasil operasi ternyata lebih baik sedikit dari perkiraan sehingga tidak diperlukan tindakan dari ahli bedah digestif. Saya syukuri hal ini. Setelah operasi, kondisi saya secara keseluruhan stabil. Saya juga tidak merasa kesakitan. Hanya saja besarnya operasi dapat dilihat dari lamanya MRS dirumah sakit (tujuh hari dan masih dilanjutkan perawatan dirumah, pemakaian kateter dilanjutkan sampai tujuh hari kemudian). Keluhan terbesar saya hanyalah maag karena pengaruh obat-obatan yang saya minum dan keterbatasan gerak karena pemakian kateter.
Hasil operasi ternyata lebih baik sedikit dari perkiraan sehingga tidak diperlukan tindakan dari ahli bedah digestif. Saya syukuri hal ini. Setelah operasi, kondisi saya secara keseluruhan stabil. Saya juga tidak merasa kesakitan. Hanya saja besarnya operasi dapat dilihat dari lamanya MRS dirumah sakit (tujuh hari dan masih dilanjutkan perawatan dirumah, pemakaian kateter dilanjutkan sampai tujuh hari kemudian). Keluhan terbesar saya hanyalah maag karena pengaruh obat-obatan yang saya minum dan keterbatasan gerak karena pemakian kateter.
Memakai kateter adalah sesuatu. Sepertinya saya tidak punya tips khusus untuk menghilangkan ketidaknyamanannya. Kalau hanya sekedar mengurangi, dokter menyarankan untuk minum tidak kurang dari 3 liter perhari. Saya mencobanya dan cukup berhasil. Tanpa kateter saya agak kesulitan menghabiskan porsi 3 liter air/hari tapi dengan kateter saya bisa, toh tidak perlu bolak-balik kekamar mandi. Pemakaian kateter juga rawan infeksi (kadang ada yang sampai demam) Selain harus selalu menjaga kebersihannya juga usahakan supaya plester (hepafix) tetap melekat di paha. Jangan dirubah posisinya. Bila plester lepas segera pasang kembali. Karena bila lepas dibiarkan akan menimbulkan tekanan saat berjalan sehingga timbul rasa sakit.
Halo Bos! Selamat Datang di ArenaDomino.com
ReplyDeleteArenadomino Situs Judi online terpercaya | Dominoqq | Poker online
Daftar Arenadomino, Link Alternatif Arenadomino Agen Poker dan Domino Judi Online Terpercaya Di Asia
Daftar Dan Mainkan Sekarang Juga 1 ID Untuk Semua Game
ArenaDomino Merupakan Salah Satu Situs Terbesar Yang Menyediakan 9 Permainan Judi Online Seperti Domino Online Poker Indonesia,AduQQ & Masih Banyak Lain nya,Disini Anda Akan Nyaman Bermain :)
Game Terbaru : Perang Baccarat !!!
Kini Hadir Deposit via Pulsa Telkomsel / XL ( Online 24 Jam )
Min. DEPO & WD Rp 20.000,-
Wa :+855964967353
Line : arena_01
WeChat : arenadomino
Yahoo! : arenadomino
INFO PENTING !!!
Untuk Kenyamanan Deposit, SANGAT DISARANKAN Untuk Melihat Kembali Rekening Kami Yang Aktif Sebelum Melakukan DEPOSIT di Menu SETOR DANA.