Ketika dinyatakan hamil oleh dokter
sebulan setelah menikah, perasaan saya senang luar biasa senang. Bukan karena
saya sudah pengin punya anak atau mengerti arti seorang anak tapi lebih karena
apa yang ada dibenak saya, selama sembilan bulan bakal bebas nyeri haid. Perasaan ini paling dominan sepanjang yang
bisa saya ingat pada waktu itu. Ternyata...meski
bebas nyeri, tidak berarti bebas dari rasa tidak enak. Ketika hamil saya
mengalami ngidam yang menyebabkan mual berkelanjutan sepanjang hari, 24 jam
tanpa jeda selama empat bulan...!!!
Untuk mengatasinya saya melakukan trial
n error untuk mendeteksi makanan atau minuman apa yang aman untuk lambung.
Ternyata hasilnya adalah fanta merah. Karena keunikan ini kisah saya dimuat dimajalah
femina.
Tidak semudah mendapatkan anak pertama,
untuk anak kedua perlu usaha keras. Setelah melakukan serangkaian test,
tindakan, operasi dll, saya mulai berusaha untuk mendapatkan anak kedua. Sampai
akhirnya delapan tahun kemudian, lahirlah anak kedua melalui operasi caesar, alhamdulillah
cewek juga seperti kakaknya.
Jadi lengkap sudah, mengalami keduanya
melahirkan normal dan melahirkan operasi.
Mengenai rasa sakitnya simak aja
ilustrasi berikut:
Sakitnya bersalin!
Tubuh manusia hanya bisa tahan sampai 45
del (unit) rasa sakit. Tapi saat seorang ibu melahirkan, tubuhnya merasakan
sampai 57 del (unit) rasa sakit. Ini sama dengan merasakan ada 20 tulang yang
patah disaat bersamaan. Subhanallah...!!!
Duh...Ketika membaca berita-berita
tentang pelecehan perempuan, mulai dari camat, bupati walikota, kdrt artis, pemerkosaan de-el-el...saya
jadi gak tahan pengin nulis ini. Terutama ditujukan yang menjadi pejabat
publik.
Seandainya saja... seandainya saja, saya
adalah first lady (istri dari pejabat publik tapi tidak mengurangi rasa syukur
saya meski suami saya bukan pejabat publik) saya akan mengawal sendiri proses pengadilan
untuk menghukum para pecundang seperti ini. Seorang pejabat publik seharusnya
adalah seorang pemimpin, seorang yang punya kapabilitas untuk mempunyai
pengikut. Dan pastilah harus orang baik-baik yang terpilih. Jika ada pejabat
publik yang karena secuil jabatannya menyebabkan dia sewenang-wenang terhadap
makhluk hidup terutama yang berjenis kelamin perempuan, harusnya orang seperti
ini langsung mendapatkan hukuman awalnya, yaitu: dicopot dari jabatannya atau
dikebiri kekuasaannya biar dia punya waktu untuk merenung. Didunia yang beradab
ini sudah tidak ada lagi tempat bagi orang yang sewenang-wenang terhadap
perempuan yang notabene pembuat peradaban.
Itu bupati, walikota, mentri de-el-el
khan lahir dari rahim seorang ibu...? Sadar-gak sih mereka itu kalau melahirkan
itu mempertaruhkan nyawa...? Terus kira-kira apa ada ibu didunia ini yang rela anaknya
dilecehkan seperti itu?
Pastinya jangan heran kalau tindakan
sewenang-wenang terhadap perempuan akan memicu gelombang protes dari ratusaan,
ribuan atau bahkan jutaan perempuan. Gerakan ini harusnya selalu ada manakala
kasus ketidakadilan terhadap perempuan mencuat. Pikiran saya bermain, alangkah
baiknya disetiap surat kabar lokal tersedia kolom untuk melaporkan
adanya ketdiakadilan terhadap perempuan. Dan setiap tingkatan first lady, mulai
dari first lady lurah, camat, bupati de-el-el mengambil peran yang nyata untuk
mendedikasikan perannya membela perempuan.
Sebagai contoh yang baik, bukan lagi first lady tapi walikota surabaya, bu Risma mengambil tindakan nyata untuk memerangi traffcking diwilayahnya dan terbukti beliau terpilih sebagai walikota teladan. Siapapun dia, jika pemimpin itu menjaga harkat dan martabat perempuan, dia adalah pemimpin yang baik begitu juga sebaliknya. Ingatlah kebenaran akan menemukan jalannya sendiri jadi tidak perlu digembar-gemborkan.
So...
So...
Tugas moral untuk media karena media mempunyai
kekuatan untuk menggalang opini dan melakukan tindakan nyata dan ini selaras dengan sebaris pepatah bijak yang mengatakan : Kejahatan terjadi ketika orang-orang baik berhenti bertindak. Menggalang opini untuk menggalang solidaritas adalah sebuah tindakan baik yang nyata untuk menghukum para pecundang...!
Tugas moral untuk para first lady:
Ada pepatah klasik yang sangat populer:
disetiap kekuatan laki-laki selalu ada peran perempuan. Entah itu perempuan
didalam lingkaran atau perempuan diluar lingkaran. Siapapun anda, jika anda
memegang peran tersebut sebaiknya anda bersyukur dan wujudkanlah rasa syukur
itu dengan berbuat baik terhadap sesama terlebih terhadap sesama perempuan. Bukannya salting, dengan pamer kekuatan sana-sini atau sibuk membantu menyanggah suatu perbuatan yang hanya pelaku, korban dan Tuhan yang tahu. Perempuan...Oh perempuan...! Terkadang, kejahatan terhadap seorang perempuan terjadi karena didukung oleh seorang perempuan yang lain.
Sosok perempuan itu bisa invisible atau visible...!
Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang dholim.
Sosok perempuan itu bisa invisible atau visible...!
Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang dholim.
No comments:
Post a Comment