18 June 2020

Lima sekawan

Sedari kecil aku suka sekali membaca. Dirumah aku menghabiskan waktuku dengan membaca semua buku yang bisa kubaca. Dari mulai buku paket sampai majalah anak-anak. Untuk buku paket yang gemar kubaca adalah: buku RPUL (ini buku yang bisa menjawab semua pertanyaan tentang pengetahuan umum yang sering diajukan di acara favourite keluarga kala itu, cerdas cermat TVRI) 
Untuk majalah ada banyak ragamnya, mulai dari majalah BoBo, Kawanku, Ananda, Donald bebek (baru baca hari ini katanya peredarannya dihentikan, so sad...:(
Juga Sapta Siaga, Lima Sekawan, dll. Semua buku-buku karangan Enid Blyton adalah bacaan kesayangan. Kalau sekarang mungkin Enid Blyton ini setara dengan JK Rowling yang bukunya juga dikoleksi kedua anakku.
Tiap kali habis membaca SS atau Lima Sekawan, aku selalu memikirkan bagaimana bisa meniru tingkah pola mereka di dunia nyata (pengalamanku dibawah ini bisa jadi catatan bagi ortu...)

Ketika aku membaca salah-satu kisah petualangan mereka (SS) melakukan pengintaian di pelabuhan untuk menggagalkan suatu rencana jahat. Saat itu aku pengiiin sekali minta ijin ke ortu mau ke pelabuhan dan mau curi-curi dengar pembicaraan para nelayan. Barangkali ini bisa jadi suatu petulanganku di dunia nyata. Haha...segitu koyolnya pikiranku (seingatku aku masih SD )
Untung...Untung niatku itu hanya sebatas angan-angan. Kalau sampai terucap...Ah, gak tahu lagi bagaimana reaksi allahyarham abi...  😏

Ada lagi, SS punya markas sebuah gudang tua. Pikiran kecilku langsung tertuju pada gudang diatas loteng. Akupun meminta  ijin abi membersihkan gudang dan berniat membuat markas disana bersama para sepupu. Tentu saja permintaan aneh ini ditolak tanpa penjelasan. Untung abi tidak marah dan hanya geleng-geleng kepala menanggapi permintaan gadis kecilnya. 
Gudang penuh dengan barang dan segala makhluk hidup  melata ada disana mau dibersihkan anak-anak kecil ini,  biar tujuh hari tujuh malam nonstop gak bakalan bersih juga...😕
Request ditolak tak menyurutkanku untuk meminta ijin yang kedua. Kali ini sehabis membaca petualangan Lima Sekawan yang salah-satu episodenya, digambarkan serunya tidur bebarengan di loteng. Akupun terinsipirasi untuk mencobanya. 
Kebetulan rumah masa kecilku terdiri dari rumah induk dan paviliun. Gudang dan kamar penjaga rumah ada di loteng paviliun. Maka akupun mencetuskan petisi gerakan tidur di loteng dengan para sepupu. Aku maju menghadap dan meminta abi untuk memindahkan pak fendi, sipenjaga kesayangan keluarga untuk move on  ke kamar dilt 1 karena kamarnya akan kita pakai ...👀 
Tetap ditolak tetapi  masih untung abi tidak marah dan hanya tersenyum lebar mendengar ide gadis kecilnya yang daya khayalnya ketinggian...🙈
Aku kecil kuper ya, duniaku hanya sekitaran rumah dan teman bermain hanya sibling dan para sepupu. Untung suka baca buka...

---------------------------------
Aku punya banyak Wa group, mulai dari group sepupu, group keluarga besar, group ipar, group teman SD, SMP dan SMA kecuali raul le...😏
Bukan, kecuali group teman-teman kuliah. Begitu acara wisuda kelar, aku tergopoh-gopoh pulang, maklum masih menyusui. Sepertinya itulah terakhir aku bertemu teman-teman kuliah. Sepuluh tahun kemudian barulah jalinan komunikasi satu-persatu tersambung kembali. Bahkan kemarin aku baru bercakap dengan sahabat saat kuliah setelah 26 tahun tak bertemu (padahal masih searea tapi kita sama-sama gak tahu, ditambah adanya pandemi corona menyebabkan kita juga gak bisa bertemu). 
Dalam perbincangan tengah malem yang panjang itu, Diana, menyadarkanku kalau kita saat kuliah kupernya kebangetan. Ketika di group dimunculkan beberapa foto, kita gagal mengenali sebagian besar dari mereka. Bahkan ada beberapa yang japri, aku sok akrab aja padahal bener-bener lupa, temenku ini dulu yang mana ya sosoknya. 
Setelah dihitung-hitung, selama empat tahun kuliah kita hanya berpendar berlima saja, runtang-runtung kesana-kemari...Bandingkan ma anak sulungku yang temannya  bercabang dimana-mana sampai kek kantor JNE...🙈

Aku, Ida (panggilan kesayangan Ido), dewi (dipanggil dewo), Diana dan Emma. Pada dasarnya kita adalah anak rumahan jadi kalau usai kuliah, paling cuman makan bakso didekat kampus terus pulang kerumah masing-masing. Atau kalau ada jam pelajaran kosong, biasanya kita ngumpulnya dirumah, sekaligus markas kita berlima. 
Ido mewakili tipikal ibu kos, emak-emak banget yang selalu ngingetin sholat, yang paling sabar, yang suka ngasih tausiah, yang tasnya isinya kek kantong ajaib daraemaon. Apapun yang kita perlukan, gunting, peniti, jepit, Ido sudah siapkan duluan.Apapun yang kita tanya, Ido siap dengan jawabannya.
Bahkan kalau kita lagi nyetir, Ido yang merangkap jadi navigatornya.  
Diana tipikal ibu dosen, otaknya  paling encer diantara kita. Kegemarannya makan siomay dan krupuk. Meski sedang tidur kalau tukang siomay lewat didepan rumah, chemistry yang tersambung bisa membangunkan dia seketika. 
Lain lagi dengan Dewo, si remaja masjid. Dia yang paling rajin nyari acara pengajian termasuk acara-acaranya kia kanjeng, Emha Ainun Nadjib. Kita rajin ikut kegiatan pengajian antar kampus ya berkat si Dewo ini.  
Beda lagi dengan Emma, sipetualang. Sebetulnya Emma adalah pendatang baru, pindahan dari kampus lain. Emma ini yang memberikan ruh digroup kita jadi lebih hidup. Apa yang orang lain gak bisa, dia selalu bisa. Anaknya pedhe, bahasa inggrisnya cas-cis-cus, mentalnya tangguh, kalau bawa mobil mirip pembalap, pokoknya top deh.
Sementara aku, tipenya ibu RT, ya kuper-kuper begitulah...😉
Selain berlima, ada juga bintang tamu di group kita seperti Hikmah, si kamus berjalan, Endang (Een) yang kalem, Aisyah yang serba bisa bin receh dan Evi yang pendiam. 
Een sampai sekarang tak terdeteksi keberadaanya, sementara komunikasi dengan Hikmah terjalin online dan offline. Dengan Aisyah masih sering ngedate, lunch di mall. Bahkan putranya satu sekolah ma anakku yang sulung, sama-sama alumni SMA Alhikmah. Berita tentang Evi, membuat sesak dada. Kemarin digroup dikhabarkan kalau Evi meninggal karena sakit. Langsung terbayang wajah Evi dengan kacamata kotaknya dan senyumnya yang lebar. Evi beragama nasrani tapi dia gak risih gabung ma kita yang berjilbab. Pokoknya dimana ada kita, dia selalu nyamperin untuk nimbrung. 
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ.


------------------------------------
Diantara lima Sekawan siapa yang menikah duluan...?
Diana dan Emma mengawali kuliah dengan  calon pendamping yang siap siaga menjadi suami. Sementara kita bertiga masih setia menjomblo. Meski jomblo tapi penggemar kita banyak juga...namanya juga cewek, iye khan...😊  
Ada cerita lucu, pas kita mau keacara pengajian di masjid ITS dan sedang menjemput teman di area kos mahasiswa ITS di klampis, tanpa sadar, gerak-gerik kita terintai dari lt 2 rumah kos yang berjejer-jejer.
Ini seperti perempuan disarang penyamun, karena khan area kos anak ITS banyak mahasiswa cowok dibanding ceweknya.  Maka riuhlah cowok-cowok itu menggoda. Salah satu cuitannya yang membuat kita tersandung-sandung sepanjang jalan, begini-ni:
"Mbak...lihat keatas dong, anak ITS masa depan cerah ..."
Ha...ha...
Usaha tidak akan menghianati hasil. Diantara kita berlima, yang akhirnya melabuhkan hatinya pada anak ITS, si Dewo. Pas deh, Dewo siremaja masjid yang rajin ke pengajian dapetnya anak remas juga. Pantesan si dewo ini kalau pengajian sudah bubar, diajak pulang agak susah,  masih betah berlama-lama di masjid...😏

Status jombloku masih melekat sampai saat pengerjaan skripsi. Suatu hari, sepupuku yang cantik menelpon dan mengatakan akan datang berkunjung ke rumah. Sebelumnya kami memang akrab dan sering jalan bareng. Tibalah pada saat yang ditentukan, sepupuku datang. Kali ini sepupu datang tidak sendirian melainkan membawa teman. Aku yang sudah mulai bisa menebak arahnya (maklum dikalangan Arab, perkenalan seperti ini sudah biasa) tak berani memandang temannya itu. Bukan karena malu...Bukan... Tapi karena gak tega....Aduh nih orang koq ...banget ya. Titik-titiknya bisa diisi lugu, kusem, pucet, garing etc. 
But dont judge book by its cover...
Ternyata...Aku selalu bersyukur bertemu dengannya melalui sepupuku yang cantik nan baik, yang tak lain adalah bupati jember, dr Faida Mustahar Thalib MMR. Rasa terimakasihku padanya hanya bisa kuungkapkan dalam bentuk doa yang tulus. Semoga Allah Subhanahu Wata'alla yang akan membalasnya dengan seribu kebaikan. Nah khan kalau jadi mak jomblong, pahala jariyahnya mengalir terus-menerus...

Siapa yang menikah duluan...?
Jawabannya Emma yang memang sudah siap lahir -bathin menikah dengan mas Yud. Kita datang ke acaranya di Kediri. No urut yang kedua, aku menikah di Pasuruan. Inilah kehebatan perjodohan, begitu si calon lulus tes, abi langsung memberi date line, menikah  tiga bulan kedepan. Aku masih inget si calon yang sekarang sudah menjadi imamku, langsung terpucet-pucet, terkaget-kaget. Gimana gak pucet n kaget, ultimatum menikah keluar padahal baru kemarin acara wisudanya...😕 
Yang ketiga disusul Dewo di madiun, yang keempat Diana dan paling buncit, Ido. Finally, putri yang dipingit ini menikah dengan kerabatnya Emma. Sebelumnya aku sudah berusaha menjodohkan Ido dengan teman-teman suami. Hanya jarak yang jadi kendala karena waktu itu suami bertugas di desa terpencil di Kalsel. 

Btw: Ayah Ido sangat protektif, persis seperti abi. Sementara Ido, gadis cantik semampai yang penurut banget. Ido tidak akan keluar rumah kalau tidak kuajak. Itupun aku harus minta ijin ke ayahnya, Idonya sendiri gak berani. Persis deh kek aku dan abi. Beberapa kali Ido kuajak menginap dirumah. Sebenarnya agak susah mengajak Ido, karena ayahnya yang sering khawatir. Sumbernya dirumah cuman ada aku n pembantu saja. Karenanya, sambil bergurau aku bilang sudah minta perlindungan tentara satu kompi untuk mengamankan manyar (daerah rumahku). 
Ayah Ido terkekeh...dan langsung mengeluarkan SIMnya, surat ijin menginap. Tak berhenti disini. Pagi-pagi sudah terdengar nyaringnya suara bel. Dari balik gorden kita berdua melihat, pak Rachmad sudah berdiri didepan pagar. Kitapun saling berpandangan...😊 Persis kek abi.
Masyaallah tabarakallah, kedua ayah yang hebat ini insyaallah husnul khotimah insyaallah jannah.  

Setelah menikah, kita tinggalnya berpencar mengikuti tugas suami masing-masing. Aku di Surabaya, Ido di jember, Diana di Sidoarjo, Emma di Pangkalan Bun, Dewo di Tangerang. Untung jaraknya berjauhan (kecuali Diana) kalau dekat, kasihan para suami. Ibu-ibunya bisa bikin acara tiap minggu... 😊

Kemesraan ini janganlah cepat berlalu...Inshaallah kita selalu sehat dan tetap menjalin silaturahmi. 
See you soon...


“inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/28149-boleh-mengucapkan-istirja-jika-ada-non-muslim-meninggal.html
“inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/28149-boleh-mengucapkan-istirja-jika-ada-non-muslim-meninggal.html
“inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/28149-boleh-mengucapkan-istirja-jika-ada-non-muslim-meninggal.html