24 February 2015

Keahlian Primer...

Setiap perempuan harus pintar masak atau harus bisa masak, mana yang benar ya? Sebelum menjawabnya, kita masukkan satu kalimat lagi. Memasak termasuk salah-satu keahlian primer seperti menyetir dan berenang yang bersifat universal. Seharusnya dimiliki oleh setiap orang dewasa. Masuk akal khan :)
Memasak itu juga seni :
retro style

modern style
Saat arisan dari rumah ke rumah biasanya kita menemukan  masakan lezat warisan keluarga. Dari hasil anamnesa, selalunya  dalang dibalik  resep warisan keluarga: receipe by Mom.
Memang jarang sih mendengar atau melihat bapak-bapak mewariskan resep masakan pada anak-anaknya. Ada beberapa perkecualian kolonel Sanders, pemilik jaringan makanan siap saji KFC. But sang kolonel juga mendapatkan resepnya dari sang nenek ;) Ohlala...
Kalau ada orang yang merasa suka dan berbakat memasak tapi sering diragukan kemampuannya, its Me. Disitu kadang saya merasa sedih ;)
Ketertarikanku dalam hal masak-memasak ini dimulai dari masa kecil sering melihat Mom memasak dan membuat kue. Selama beberapa tahun, di malam hari raya Mom membuat kue bertingkat tiga seorang diri tanpa bantuan. Pagi hari sebelum shalat Ied, kulihat kue tarcis (gak tahu ini dari bahasa belanda atau bahasa inggris ya) dengan anggunya menghias meja ruang tamu. Setiap tamu yang datang bersilaturrahmi idul fitri akan dipersilahkan mencicipi. 
Tarcis lebaran
Selain membuat kue tarcis bersusun tiga, Mom juga membuat aneka hidangan lebaran lengkap satu meja hanya dengan dibantu satu asisten rt yang setia. Tentang rasanya? Jangan ditanya semua memuji kue tarcis and masakan Mom. Darimana mom mendapat semua keahlian itu? Otodidak karena Mom tidak pernah mengambil kursus juga karena didikan abi ;) Setiap hari abi tidak pernah melewatkan mengajak teman/tamu ikut makan saat jam makan siang. Jadi bisa dibayangin gak (pejamkan mata, ambil napas;) betapa Mom sudah terbiasa dengan urusan masak-memasak ini. Kalau sedang makan di resto, hanya sekali merasakan Mom sudah bisa membuat masakan yang sama dengan rasa yang jauh lebih sempurna. Memang Mom luar biasa, masyaaallah tabarakallah. Mempunyai ibu yang jago masak seperti ini, sisi positipnya banyak tapi ada juga sisi negatipnya. Para ipar resah karena belum bisa menandingi masakan mertuanya. Hhh...
Kembali ke warisan gen memasak, banyak sekali yang meragukan kemampuanku memasak soalnya sanksi kuncinya minim, hanya dua. Yang pertama tentu saja suami tercinta dan yang kedua, aba (ayah mertua) alllahyarham.
Ceritanya, pada dahulu kala, saat masih menjadi calon istri, aku ingin membuat surprise di hari ultah dengan membuat tarcis. Semua resep sudah dibaca dari majalah femina (I grow up with this magazine). Konsultasi lewat Mom juga sudah dilakukan, finally... ketika dikeluarkan dari oven, cakenya bantat.!! 
I wish
Dasar pemula, memasak itu selain perlu pengetahuan juga perlu skill, uji coba berkali-kali.  Setelah jadi istri, masih penganten baru. kesalahan memasak masih saja terjadi. Ceritanya pengin pamer keahlian pas mertua datang. Maka dibuatlah sarapan yang paling mudah dan praktis, nasi goreng. Tinggal bikin bumbu nasi goreng, dicampur kecap ditumis, tambahkan nasi. Untuk toping,  telor mata sapi plus abon and irisan timun. Breakfast nasi goreng aku sajikan dengan garnish yang menarik. Dari penampakannya gak kalah ma masakan chef. Dari segi rasa..Ternyata, mertua and suami sih tidak berkomentar apa-apa hanya bahasa tubuh mertua memang  menyiratkan tekanan halus. Adik laki-lakiku yang nyinyir (pas kebetulan singgah) bilang kalau nasi gorengku berasa roti tawar...Glek, baru nyadar kalau belum dicicipin..!! Disitu kadang saya merasa sedih :( lagi...
Waktu berlalu, keahlian memasakku semakin terasah. Saat arisan dirumah, aku sukses menyajikan rawon lengkap dengan grade memuaskan, alhamdulillah. Ibu-ibu pada nanya apa resepnya. Suami juga paling suka rawon made in by me :) 
Bukti kemahiranku memasak juga sudah dirasakan aba. Ketika Aba sering datang ke surabaya tanpa membawa umi, aku sudah pede menyajikan aneka masakan olahanku. Supaya tidak terulang menunya, maka aku susun daftar menu selama keberadaan aba di rumah. No complain... Its mean good. Yeayyy...
Maklum mertua, orang daerah kalau ada yang tidak suka atau mengganjal di hati, susah disembunyikan.
It was along time ago...ketika anak-anak masih kecil. Setelah daya ingat anak-anak di masa terbaiknya, aku malah jarang sekali masak kecuali moment-moment khusus. Kenapa ya?  
Alasannya banyak sekaliiii. Yang pertama karena si Timah, asisten RT pinter masak juga, kedua gak demen ke pasar (berhubungan gak ya ;) ketiga: khawatir mendadak migrain ngeliat barang-barang kesayangan babak belur akibat salah pemakaian. Misal wajan teflon kesayangan sudah coreng-moreng, stelan cangkir ada yang gopel, blender rusak de-el-el. 
 Korban-korban kekerasan di dapur



Keempat punya mertua dan ibu yang jago masak jadi ngeri kalau ke dapur khawatir saingan ;) kelima: punya ritual khusus di dapur yang gak boleh diganggu gugat. Maka dari itu aku punya dapur bersih dengan peralatan masak yang gak boleh dijamah siapapun. Masalahnya adalah: suka kesel sendiri kalau sudah masak, gak ada yang makan. Lho koq? Iya soalnya dirumah penghuninya  minimalis. Hubby di Bjn, anak sulung kuliah di malang, tinggal anak bungsu aja yang ada di rumah plus si Timah sekeluarga. Si Rana makan siang di sekolah, makan pagi bawa bekal sereal. Makan malam jarang, kalau pengin, maunya susu saja atau nasi goreng. Terus masakan ike siapa dong yang makan? Nelangsa rasanya kalau sudah dibela-belain masak, dimakan-makan sendiri. Kadang suka kesel kalau begini, nurun deh gennya. Mom juga sama sering kesel kalau pas datang bawa makanan buanyak and...akunya diet. 
"Nanti Mama kalau datang lagi, gak bawa masakan deh...!" Padahal setiap datang gak pernah kosongan, selalu bawa makanan berseri-seri dan selalu harus habis...Like Mom like doughter :) 
Jadi bingung khan, masak untuk siapa?  Hehe..Nemu alasan seabreg untuk menghindari wajib militer kuliner ;) Kerena itu jejak-jejak keahlianku memasak tidak terlacak padahal sempat sekolah masak n waktu ujian membuat lasagna, nilaiku paling tinggi lho. Langsung saja aku capture ucapan selamat dari temen-temen ke semua orang yang suka ngeledekin ike kagak bisa masak. Tapi koq gaungnya sebentar terus masih muncul lagi keraguan ike kagak bisa masak :( Disitu kadang saya merasa sedih..lagi, part 3( whew...).
Memang sih memasak gak bisa dinilai pakai angka tapi harus sering dilakukan and dishare melalui acara icip-icip or anter-anter or undang-undang. Kalau cuman dapet nilai tertinggi aja mah, masih tetap diragukan. 
Ketika ike nanya ke hubby, kalau dijadiin saksi mau-gak untuk melawan arus pendapat yang meragukan kemampuanku memasak? Hubby dengan cepat mengangguk sambil melirik piring ditanganku. Langsung saja aku sajikan salmon panggang bumbu saus tiram dengan taburan wijen. Hmm harumnya sungguh menggoda...Hubby memakan dengan lahap, tandas seketika. Atau ketika si putri bungsu, Rana berucap: "Makasih Ma...Nasi gorengnya enak sekali. Besok bikin lagi ya..."
Disitu saya sering merasa bahagia :) 
Mau tahu resep unggulan ala Layla Library? Selalu tambahkan rebusan atau tumisan kepala udang. Jadi kalau beli udang, cuci bersih, sisihkan kepalanya, simpan dalam lemari es. Kalau mau masak nasi goreng atau sayur tumis. Keluarkan kepala udang dari lemari es dan langsung taruh di wajan panas. Setelah meleleh, tambahkan mentega n tumis, masukkan dalam masakan. Kalau tidak sempat membuat tumis kepala udang ini, gantikan dengan ebi bubuk, praktis khan n dijamin lezat rasanya. Tips ini khusus untuk masakan ikan n sayuran ya...kalau daging, belum pernah dicoba sih, khawatirnya ntar dagingnya berasa udang.
See you next post, happy cooking...:)

14 February 2015

Perempuan Adalah Peradaban...

Rumput tetangga selalu tampak lebih hijau.Why? Because...Tetangganya selalu lebih rajin nyiram rumput daripada kita :) Hehe...tidak selalu ungkapan diatas merupakan penggalan dari sebuah kiasan tapi bisa juga arti yang sesungguhnya. Kasus yang sama, banyak orang juga mengasosiasikan kecantikan dengan kesuksesan dengan keberuntungan dengan kebahagian. Sebaliknya tidak cantik akan diasosiasikan dengan kesulitan dengan kegagalan dengan ketidakbahagian. Benarkah?
Sebelum menjawabnya ada juga satu ungkapan yang mengandung arti sesungguhnya tapi sering diapresiasi sebagai kiasan. Ungkapan itu: 
Perempuan Adalah Peradaban.
Re-post dari fb:Gayatri Wedotami Muthari
Perempuan adalah peradaban mengandung arti yang sesungguhnya. Karena perempuanlah yang mengenalkan, mengajarkan dan mewarnai kehidupan. Sudah sepantasnya perempuan dimuliakan (diambil dari moto villa dleyla, like it :). Tetaaaapiiii...Perempuan juga makhluk yang lemah (kalau yang ini bisa berarti sesungguhnya, bisa juga berarti kiasan).Sehingggaa....seperti hukum alam, yang lemah gampang sekali ditekan#ditindas#dilemahkan#dihilangkan#dikriminalisasi terhadap makhluk bernama perempuan.
Biar gampang, dikasih contoh kasus ya, diambil dari kisah-kisah keseharian.
Seorang teman lama yang sangat cantiik (inget asosiasinya:cantik#beruntung#sukses#bahagia) sebut saja Namia mendadak telpon (surprise karena pas aku keinget pas dia nelpon), mengabarkan bahwa dia merasa tertekan dengan suaminya. Dia bercerita panjang lebar tentang tabiat suaminya yang sekarang berubah setelah masuk aliran syiah (gak ngerti juga syiah aliran yang mana. Menurut mereka, syiah juga punya aliran-aliran ?!). Katanya: suaminya mengancam agar temanku itu mengikuti ajaran syiah sepertinya atau suaminya akan kawin lagi atau kalau tetap membangkang siap-siap diceraikan (duh, gelo masih ada orang seperti ini memperkeruh dunia, huh...)
Satu atau dua atau tiga...dor...!
on target
Pelaku: Inferior cowboy (mirip kali)
Ketika kubilang coba saja minta pertolongan ma ibunya atau mertuanya. Jawabnya lebih bikin gelo lagi, katanya: "Sama kak, suamiku itu anak kesayangan jadi mertua selalu ikut apa kata anaknya itu" "Bagaimana dengan ibu?" tanyaku berharap ada kalimat baik yang akan kudengar.
"Ibu tidak berdaya kak, karena harus merawat ayah yang sakit dan menyerahkan semua keputusan ditanganku. Tapi ibu sempat mengatakan tidak rela jika aku ikut masuk aliran syiah"
"Oh...!" aku inget ibunya, seorang wanita yang cuantiiik juga karena beliau adalah salah-seorang ibu kos sewaktu aku kuliah.
Lalu katanya, "Kak, apakah aku harus cerai?" dia bertanya dengan suara mengambang. Pertanyaan yang membuat aku gelagapan.
Ada yang bisa bantu menjawab? 
Kalau aku bukan kapasitasnya untuk menjawab. Beda dengan pernikahan yang harus melibatkan keluarga besar, perceraian se-Yogyanya harus diputuskan oleh dua orang yang bersangkutan (tentunya dengan segala konsekwensinya). Jangan melibatkan orang lain yang berada "diluar area" (sebagai bahan pertimbangan sih boleh-boleh saja but final decision must be made by her). Begitu juga apakah Syiah itu aliran sesat#kafir, itu juga bukan kapasitas kita untuk menjawab biarlah itu menjadi area Allah, Sang Penguasa ( menyontek Goto, jurnalis jepang. Menghakimi adalah wilayah Tuhan). Tetaapiii...boleh khan kalau  bilang  aku gak seide ma Syiah jadi mending jauh...jauh deh (segala sesuatu yang menyangkut aqidah, dia harus bertanggung-jawab penuh kepada Tuhannya dihari dimana seseorang nantinya hanya akan merisaukan dirinya sendiri. Dihari dimana ibu melupakan anaknya, istri melupakan suaminya, suami melupakan istrinya).
Bagaimana dengan Namia?
Disinilah peran perempuan sebagai pembentuk peradaban bermula. Bila Namia mengikuti ajakan suaminya, dia akan membentuk satu generasi baru yang beraliran sama.  Dan itu menguatkan arti kiasan dari kedudukan perempuan yang lemah. Apakah itu berarti sebaiknya dengan alasan untuk kebaikan dunia dan akhirat, Namia harusnya bercerai saja? Nih jawabannya sedikit berputar, kembali lagi seperti apa Namia sebagai "pembentuk peradaban" dipersiapkan bekalnya oleh keluarga sebelum dia membuka peradaban baru (menikah). Keluarga adalah pembentuk nilai-nilai yang pertama karenanya "bekal" keluarga sangatlah penting untuk menghadapi persoalan dilematis seperti ini. Jawaban penentu bagi Namia, adalah bekal yang sudah didapatnya dari keluarga. Apakah Namia akan membuka peradaban baru ataukah memutuskan balik ke perwalian keluarganya? Depend only on herself
Perempuan adalah makhluk yang kuat sekaligus lemah. Kuat dalam membentuk peradaban sementara lemah bukan karena secara hakekat mereka lemah tapi lebih karena cenderung dilemahkan dalam posisi. Mereka yang mempunyai waham, menganggap perempuan sebagai makhluk yang bisa dibentuk seperti Clay. Juga mereka yang perbendaharaan katanya sempit mengartikan persamaan ini:
Perempuan adalah lambang kesenangan,  memberikan kenikmatan.
Satay (nama plesetan, gak tegaa nyebut nama aslinya) adalah lambang kesesatan, memberikan kenikmatan.
Ketika perempuan memberikan kenikmatan maka dia adalah Satay, lambang kesesatan karenanya mereka harus ditindas#ditekan#dilemahkan#dihilangkan dari penglihatan. Kalau begitu bukankah mereka lahir dari Satay?!
So pasti, orang yang mengasosiasikan persamaan ini nilai bahasa indonesianya di raport membentuk huruf O#nol#merah#gak bisa lulus SD.
Women are Angel
Kembali ke Namia, posisinya sebagai istri dan ibu dilemahkan dengan ancaman cerai (mungkin suaminya merasa posisinya diatas angin makanya masuk angin, keblinger sampai mengancam dengan senapan angin, alih-alih  menjatuhkan thalaq). Intimidasi seperti ini banyak berlaku diseputar keseharian kita. Ada yang istri diancam cerai karena sang istri (yang sudah berjilbab syar'i) masih enggan ketika disuruh memakai cadar. Alangkah tidak eloknya, mengharap sebuah kebaikan dari sebentuk keburukan# ancaman. 
Inilah yang terjadi di dunia yang peradabannya dibentuk oleh perempuan tapi didominasi oleh laki-laki. Jangan serius ah...laki-laki disini adalah contoh laki-laki  yang keblinger koq. Kalau laki-laki dari galur murni#laki-laki sejati#laki-laki yang baik#masyaallah tabarakallah, INSYAALAH tidak akan berlaku dholim seperti itu. Laki-laki yang baik adalah laki-laki yang hormat#sayang#cinta# pada ibunya Cc istrinya Cc anak perempuannya Cc saudara perempuannya Cc teman perempuannya Cc semua makhluk berjenis kelamin perempuan sebagai pembentuk peradaban. Laki-laki yang baik akan menjadi rahmat, menebar kebaikan disetiap kesempatan tidak menebar teror #ancaman. Makanya bisa dipastikan ISIS-ISIS bukanlah gerombolan laki-laki yang baik...Cut...! Keluar topik, capek deh...
Kembali ke Namia, asosiasi kecantikan #sukses#keberuntungan# kebahagian tidak harus menjadi sebuah rumus. Setiap perempuan adalah cantik dan setiap perempuan mempunyai hak untuk sukses, mujur dan bahagia. Karena dualisme yang dimiliknya (kuat tapi lemah karena cenderung dilemahkan) setiap ibu harus memberdayakan anak perempuannya dan menitipkan buah hati mereka hanya pada laki-laki terpilih saja yaitu: laki-laki yang paling baik akhlaknya. Selamat memilih...Barakallah.



 See you in the next post...

09 February 2015

Dont Do that coz I love you...

Ada banyak teori tentang kejahatan. Salah-satu teori yang paling cucook dengan kondisi saat ini, menurutku adalah: Kejahatan terjadi ketika orang baik berhenti bertindak (kalau gak salah kalimat ini berasal dari Julian Assange, pendiri situs WikiLeak). 
Benarkah? Apa bukan karena lebih banyak orang jahat dibanding orang baik atau karena sebuah kalimat: ada subyek, ada obyek dan keterangan#kesempatan untuk berbuat jahat? 
Kata kunci yang sama dengan semua teori tentang kejahatan adalah: Kejahatan terjadi karena ada yang melintas batas#berbuat jahat.
Sekarang tentang pelakunya, siapa yang lebih banyak prosentasenya berbuat jahat, berjenis kelamin laki-laki atau perempuan? Hmmm sepertinya belum ada yang pernah survey ya jadi belum jelas alias bisa diabaikan. Kalau yang ini, lebih banyak mana seorang suami yang terlihat sangat baik diluar tetapi buruk rupa bertingkah-laku dengan istrinya? (case no:1) Ataukah seorang suami yang yang sangat baiiik dan bijaksana sekali dengan istrinya tetapi sangat tidak sopan pada dunia luar? (case no:2)
And the Winner is: case Number One. Why?
Because: Its nature. Pelaku kasus pertama adalah; kriminal murni. Kejahatan selalu berusaha disembunyikan dari penampakan dunia luar. Kasus no: 2 adalah perkecualian, dilakukan dengan catatan. Artinya mungkin saja pelakunya pada dasarnya orang baik. Karena suatu dan lain hal dia bisa uncontrol. Tetapi kalau dilakukan terus-menerus ya sama-sama kriminal murni but undercover or undercontrol !?
crime yang jahat :(
 crime yang baik ;)
Sebagai konsumen koran plus televisi plus radio plus internet koq rasa-rasanya miris ya membaca dan mendengar adanya kosmetik palsu, obat palsu, susu palsu bahkan merambah kesaksian palsu, alibi palsu, keahlian palsu...Hadehhh...! 
 Seperti ituuuh Ya ;) 

Pengamat(alih profesi kalau lagi ngumpul bareng) jadi mikir, nih orang kagak punya sanak saudara kali ya, koq berani-beraninya bikin sensasi sesaat memakai atribut boong-boongan (mungkin dipikirnya siapa tahu dapat tawaran bermain sinetron stripping, judulnya mendadak Saksi, eyes rolling)
Seorang laki-laki malaikat penjaganya adalah ibu dan istri. Seorang perempuan, ketika dia belum menikah, malaikat penjaganya adalah: ayah dan saudara laki-lakinya. Ketika sudah menikah, malaikat penjaganya adalah: suaminya. Ketika berstatus janda malaikat penjaganya dikembalikan lagi pada: ayah dan saudara laki-lakinya.  
Itu sebabnya dalam hukum waris Islam, laki-laki dikasih bagian dua kali lebih besar dibanding bagian perempuan. Ini bukan dikarenakan karena saudara laki-laki kita berwajah tampan lho...! Tapi karena mereka mengemban amanah, menjadi malaikat penjaga kita.  Berbahagialah jadi perempuan, selain punya malaikat penjaga kita juga tidak dibebani dengan kewajiban menafkahi (like it...)
Ssstt... Kembali lagi ketopik awal. Ketika seseorang akan berbuat suatu kerusakan di muka bumi#berbuat jahat, berarti dia sedang mengabaikan keberadaan si malaikat penjaga. Untuk mengetahui jati diri asli si pelaku (dalam rangka croscheck) lihat saja bagaimana mereka memperlakukan malaikat penjaganya. Kalau laki-laki bagaimana dia memperlakukan ibu dan istrinya. Kalau perempuan, bagaimana dia memperlakukan suaminya Cc ayah Cc saudara laki-lakinya. Nah kalau ada ketidaksinkronan, bisa jadi bahan pertimbangan tuh...
Bisa bayangin gak (pejamkan mata n tarik napas dulu) gimana perasaan seorang ibu jika anak terkasihnya duduk dengan status terdakwa, atau suami tercinta sedang melakukan kebohongan berjamaah atau seorang anak yang menyaksikan ibunya dengan sukarela membuka aib demi a,b dan bukan demi Moore (Ups..)
Sepertinya sih, para pelaku ketika beraksi mendadak  simpuls otaknya beku, mungkin terserang virus (HINI, ebola atau cuci piring#brainwash)
Kalau begitu sekarang giliran si malaikat penjaga dong yang mesti  bertindak. Sebagai ibu#istri#suami#anak#saudara kita bisa katakan: STOP...! DONT DO THAT COZ I LOVE YOU...
Sebagai keturunan orang baik-baik, Yuk kita kembalikan fitrah mereka ke asalnya. Yang baik kembali baik. Yang tidak baik  menjadi baik. Jangan diterus-terusinlah. Kenakalan remaja aja berakhir di usia dewasa awal, khan gak lucu kalau ada sequelnya?! Ntar kucingnya malu lagi...
Im A good person
SEE You Soon...

06 February 2015

Berhemat, sebuah pilihan atau...?

Kata orang hidup adalah sebuah pilihan. Mulai dari bangun tidur sampai akan tidur kita seharian dihadapkan pada pilihan-pilihan. Apakah  bangun terus mandi? atau bangun terus olahraga? atau bangun terus tidur lagi? Seiring rutinitas maka pilihan-pilihan itu tidak terlalu memusingkan. Lain ceritanya bila diminta memilih antara berhemat atau pilih meningkatkan pendapatan? 
Pilih yang mana?
Saat ngobral bareng ma temen (status memang ibu RT tapi profesinya buanyaaak) Mulai dari pengamat politik, pengamat ekonomi, pengamat hukum sampai yang paling serem pengamat militer, kita pernah melakoninya (ketahuan ibu-ibu kalau ngobrol suka alih profesi whew..) Nah saat membahas masalah ekonomi domestik (maksudnya pengeluaran rumah tangga) seorang teman nyeletuk (dengan nada setengah-setengah, setengah hati atau setengah sadar gitu). "Daripada disuruh berhemat-berhemat, mending meningkatkan pendapatan" Katanya sambil menghembuskan napas dalam-dalam seperti habis lari 10 K.
Aha....!!! Aku sssetuju banget. Satu aliran nih...(punya guilty feelingnya yang sama, senyum kecut)
Kalau diminta baik-baik memilih, pilih hemat atau meningkatkan pendapatan, pilih yang mana? Mana yang lebih mudah? Hmm...Ada gak yang lebih bagus dari dua pilihan tadi Ya? Jawabannya: meniru iklan Hit: Yang lebih mahal banyaaakk#gak bisa jawab#ngeles ;)
Sepertinya mudah... 
 Pengin save atau spend ?
 
Berhemat itu memang susah-susah gampang. Sementara meningkatkan pendapatan (sebelumnya memang sudah ada bidang usahanya) juga gampang-gampang susah, alhasil keduanya memang ganteng-ganteng srigala#gak gampang.
Seorang teman yang lain menimpali, "Ibu RT yang pandai berhemat dan memasak setiap hari sepertinya dia akan masuk surga tanpa dihisab" Hehe kalau ini sih guilty feeling karena gak bisa berhemat Cc gak sempat masak.
Ibu RT yang hanya mengandalkan satu pendapatan (gaji suami) sering dihinggapi rasa bersalah kalau merasa tidak pandai berhemat. Coba deh diamati kalau suami lagi tidur, kelihatan capek bangetttt ya. Melasss lihat suami banting-tulang & sendi (kayak OTC aja, klinik tulang &sendi :) dan hasilnya dipakai untuk keinginan tersier. Nah kalau kita bisa bantu#nyumbang dikit-dikit pasti suami senang n bangga n lebih disayang, yeeeyy..Contoh yang sederhana: beli satu set sofa untuk mengisi  ruangan baru. Budget sudah ditentukan Rp sekian...Pas survey keliling, harga sofa idaman diatas budget, apakah perlu minta tambahan uang ke suami? Boleh-boleh saja seperti ituuhhh...Tapi an cinnntaaa & sayangggg (demi nama baik pula biar gak dicap boros ;) boleh dong ngebantu suami dengan duit sendiri. Lalu duitnya darimana?
Mengutip pendapat yang sederhana, kalau gampang mengeluarkan uang harus pintar cari uang (dengan catatan: bukan uang panas#uang dingin # uang halal). Jadi kalau gak bisa atau capek berhemat, Lets be smart. Be an Entrepreneur alias mulai berwiraswasta. 
Keluar dari comfort zone
work with passion
Sarannya alih profesi, berwirausaha. Syaratnya keluar dari comfort zone. Yang tadinya nyaman di rumah, nyaman dengan lingkungan sosial yang sudah dikenal dll. Sekarang harus mulai mencoba internet explorer#eksplore anything. 
Apa saja keuntungan jadi ibu RT Plus, baca disini ya.
Alih profesi mungkin butuh modal, mungkin besar, mungkin juga tidak. Untuk mensiasatinya, mulai aja dari hobi jadi bisa dibilang sambil menyelam minum air. Yang hobinya tulis-menulis bisa aja buat artikel, kalau kreatif, bisa buat selebaran, brosur dll. Yang hobinya belanja bisa memulai online shopping, yang hobinya fotografi, bisa memulai jeprat-jeprit anything kemudian dicetak dan dibingkai lalu dijual. 
Kayaknya gampang ya...Gak juga karenanya Karen# everybody harus & mau keluar dari comfort zone. Lika-liku laki-laki#perempuan memulai bisnis merupakan seni tersendiri, harus melalui trial n error. Jadi jangan takut salah atau rugi, itu mah sudah satu paket. Yang patut diusahakan, meminimalisasi potensi kesalahan atau kerugian. Caranya dengan harus meng-upgrade diri#belajar#belajar lagi.  
Awalnya: Berusaha kreatif...

Akhirnya...Not bad khan :)
 
Believe or not...! Setelah punya duit sendiri kita jadi reaktif hemat lho. Kondisi ini sama saat kita window shopping n gak punya duit. Rasanya semua barang koq bagus-bagus, bikin migrain..): Begitu kita punya duit, tuh barang yang tadinya kelihatan bagus jadi biasa-biasa saja n kita jadi selektif mau beli barangnya. Betul-gak? Dengan meningkatkan pendapatan seperti buy one get one, dapat duitnya dapat hematnya. Dengan begini,  hemat merupakan sebuah pilihan bukan suatu keharusan. Terasa lebih wise khan :)
Oke selamat berwirausaha. Sukses selalu..!