10 November 2020

Keuangan dalam Rumah Tangga : Dikelola istri or suami..?

 











------------------------------------------------------------------------ 

Siapa yang selalu terima amplop gaji dari suami?
Siapa yang dipegangi Atm suami?
Siapa yang dipinjami kartu kredit suami?
Siapa yang rumah, mobil atau assetnya diatasnamakan istri? 

Saya pernah, saya tidak pernah, saya selalu...itu varian jawabannya. Apakah jawaban diatas dapat mencerminkan akhlaq seorang suami pada istrinya?

Jawabannya bisa ya bisa tidak, khan beda-beda cara suami memuliakan istrinya.  Yang jelas, akhlak suami pada istrinya adalah akhlak yang paling jujur, bebas riya' maupun pencitraan. Akhlaq seorang anak pada orangtuanya masih tidak bebas riya' (jikalau ortu masih hidup). Jika ortu sudah meninggal, akhlaq seorang anak memasuki fase baru.  Menjadi anak yang sholeh dengan amalan-amalan bebas riya' hanya dia dan Allah yang tahu, lihat ini.

Saat awal-awal menikah, aku sempat terkaget-kaget ketika mendapat amplop dari suami. Bukan karena jumlahnya tapi karena  bingung aja dapat mandat. Sampai suami PTT beberapa bulan kemudian,  aku masih  pake cara trial and error  dalam tata kelolanya (maklum, satu-satunya pengalaman mengelola uang adalah uang kos dan hasilnya mengharukan...😅) Meski minim pengalaman tapi karena kita tinggalnya di desa terpencil, kondisi aman-aman saja. Satu-satunya pengeluaran terbesar kalau belanja baju anak saat melancong ke ibukota, Banjarmasin.

Biasanya rumah tangga baru, tata kelola keuangannya masih kek sulam alis alias tambal-sulam. Mau dikelola suami atau istri gak masalah karena belum ada yang bisa dibagi atau disisihkan. Seiring peningkatan pendapatan, mulailah diperlukan pembagian peran, siapakah yang mengelola keuangan? Berdua atau diserahkan  sepihak pada pasangan yang dianggap mampu?

Kalau suami adalah imam sejajar dengan perdana mentri maka makmumnya adalah istri yang bisa disejajarkan dengan mentri. Karena perempuan berkemampuan multitasking, istri dapat merangkap beberapa jabatan sekaligus, misal mentri keuangan, mentri pendidikan, mentri perberdayaan dll. Kelebihan inilah yang mendasari golongan suami yang menganut paham anti ribet maka pengelolaan keuangan diserahkan  pada istri. Dah banyak terbukti pengelolaan keuangan rumah tangga jadi lebih berkah kalau dipegang istri. Ya iyalah sifat ibu-ibu khan pada dasarnya sama, seneng dapat barang murah meriah, beli barang yang twoo in one, three in one atau paket promo, paket cash-back, paket tawar-menawar dll...😊

Bapak-bapak gak akan sanggup begitu. Pokoknya kalau judulnya belanja rumah-tangga serahkanlah pada ahlinya (baca: istri) pasti pas hematnya.

Bagaimana dengan saving dan investasi...? 

Bila sampai pada tahap ini berarti laju perekonomian keluarga mengalami peningkatan, dengan kata lain: ada yang bisa disisihkan untuk saving dan investasi. Untuk saving, keknya sebagian besar istri punya insting menyimpan. Sebaliknya untuk investasi, para suami yang lebih mumpuni. Tapi bila ada perkecualian, better didelegasikan ke pasangan. 

Dari banyak versi pembagian penghasilan, kita mengikuti pakem, 10:20:30:40. Dimana 10% untuk sedekah, 20% untuk saving, 30% untuk investasi dan 40% untuk kebutuhan sehari-hari. Bagi aku dan suami, pakem ini tidak baku besaran prosentasenya seringnya bergeser sesuai situasi dan kondisi. Kalau lagi hunting properti, saving bisa kita bongkar demi menambah besaran dp sekaligus mengurangi besaran cicilan hutang di bank. Ini dulu ya...Sekarang dah tobat deh gak mau lagi mengenal cicilan. Untuk saving, aku termasuk perkecualian, nyerah, suami yang pegang kendali. Untuk investasi, bolehlah aku kasih masukan dan tata kelolanya...😏

Ada teman yang sangat ketat mengikuti pakem  dimana saving tidak bisa diotak-atik bahkan bila ada properti yang dijual sangat murah sekalipun. Prinsip yang tampaknya tidak mengikuti kaidah bisnis, terlalu kaku dan kuno. Dimasa pandemi ini, suatu kondisi yang extraordinary ternyata seseorang dengan prinsip diatas yang paling beruntung...👌

Berkaitan dengan investasi, ada nasehat bijak yang berbunyi: "Jangan taruh telur dalam satu keranjang..." Maksudnya untuk menghindari kerugian yang lebih besar  bila terjadi hal yang tidak diinginkan maka sebaiknya investasi itu dibagi-bagi peruntukannya, misal: asuransi (ada orang yang menganggap asuransi adalah sebuah investasi tapi ada juga sebaliknya, terserah pada keyakinan masing-masing), menyimpan emas (logam mulia ataupun perhiasan), property (misal kos-kosan), simpan mata uang asing terutama dollar (persiapan haji dan umroh) atau euro.

Dalam sebuah keluarga, masalah keuangan harus ada keterbukaan antara suami dan istri. Mungkin tidak harus detil tapi paling tidak, tak ada rahasia yang tak diketahui istri/suami. Berkaitan dengan teks hak-hak istri,  uangmu adalah uangku dan uangku bukan uangmu, aku sependapat. Seorang suami wajib menafkahi keluarganya sementara seorang istri tidak wajib. Meski pakemnya begitu, bila dalam keluarga tercipta atmosphere keharmonisan, seorang istri akan dengan ikhlas memberikan sebagian atau bahkan seluruh uangnya untuk dapat membantu/mensuport suaminya jika diperlukan.

 

 

Bersambung...

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا



Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/4340-testimoni-istri-menunjukkan-akhlak-sebenarnya-dari-seorang-lelaki.html

Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya2

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/4340-testimoni-istri-menunjukkan-akhlak-sebenarnya-dari-seorang-lelaki.html

Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya2

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/4340-testimoni-istri-menunjukkan-akhlak-sebenarnya-dari-seorang-lelaki.html

Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya2

Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/4340-testimoni-istri-menunjukkan-akhlak-sebenarnya-dari-seorang-lelaki.html

28 October 2020

LDR, say Yes or No

Seorang ayah berlutut dihadapan  gadis kecil yang tengah terisak di kursi. Sang ayah membisikkan sesuatu yang ajaib langsung meredakan isakan si gadis. Di kala lain, sang gadis kecil membisikkan sesuatu dan sang ayahnpun terangguk.

-------------------------

Seseorang membawa rekaman perjalanan hidupnya sepanjang keberadaannya. Rekaman yang paling  powerfull adalah contoh nyata dalam keseharian. Begitupula dalam berumah tangga, aku membawa semua contoh itu dan menyimpannya dalam kotak memori dikepalaku. Ketika menikah aku masih berumur 23 tahun, usia yang sekarang dianggap kedinian untuk menikah. Secara psikologi dua puluh tiga tahun masuk dalam range dewasa awal, meski begitu penampakanku yang mungil dan culun cukup membuat tukang rias (sekarang lebih hits dengan sebutan Mua) dan bridal boutique menyangkaku baru lulus SMA.

"Nih...kecil-kecil koq sudah nikah, dijodohin ya..." 

He..he...Iya sih betul tapi sudah cukup umur koq... Hanya secara psikologis, persiapan mental menuju pernikahan memang hanya setara sekolah lanjutan atas jadi bisa dibilang underachiever gitu...😏

Ketika akan menikah atau saat menikah, tidak ada wejangan khusus dari ortu. Abi dan mama adalah tipe ortu klasik yang menganut  paham, menikahlah sebagaimana orang-orang terdahulu (baca: sepupuku) menikah.  Pernikahanku seperti pernikahan umumnya akan berjalan searah jarum jam. Diawali dengan perjodohan, baca fatehah, lamaran dan diakhiri dengan pernikahan. Kehidupan setelah menikah itu seperti apa, tugas tanggung-jawabnya seperti apa tak pernah ada yang mengulas. Aku hanya menerima wejangan sepotong-sepotong dan remeh-temeh misal tentang kopi. Beberapa amati dan halati (tante) mewanti-wanti untuk membuatkan kopi suami dengan tangan sendiri, pamali pembantu yang membuat. Ada juga wejangan lain yang intinya, suami adalah prioritas nomer satu.  

Subhanallah, aku yang tidak terbiasa minum teh atau kopi (apalagi membuatnya) bertemu dengan seseorang yang kusebut suami yang juga tidak terbiasa dengan teh atau kopi. Gugurlah klausul number one. Alhamdulillah, pak suami ini ternyata  penganut persamaan gender, artinya kemana-mana bersama-sama, ke pasarpun kita bersama...😅 Lha gimana, seumur-umur gak pernah ke pasar, mau kepasar sendirian takut jadilah minta ditemani.

Setelah menikah, aku ikut kemanapun suami bertugas ya seperti mimi lan mintuno, ke hulu-hulu sungaipun ikut...😊 
Kisah LDR  dimulai saat suami sudah menyelesaikan pendidikan spesialis orthopedinya. Saat itu mendapat dua tawaran, Madiun dan Bojonegoro. Dipilihlah Bojonegoro dengan pertimbangan jarak lebih dekat dan disepakati juga aku akan menyusul bersama anak-anak, paling tidak sampai sekolah si sulung sudah bisa dipindah. Ternyata...manusia hanya bisa sebatas berencana. Tahun berganti tahun, kondisi abi mulai menurun yang mengharuskannya bolak-balik perawatan dokter di Surabaya. Sebagai satu-satunya anak yang tinggal di Surabaya, aku merasa harus mengambil peran menjaga abi. Aku kebagian tugas mendaftarkan  sekalian menemani abi masuk keruang periksa dokter. Maklum abi kalau tidak ada saksi sering melanggar pantangan dokter, nasehat mama sering diabaikan. Dan biasanya sehabis dari dokter, abi bermalam dua atau tiga hari di Surabaya. Aku merasa harus stanby di Surabaya untuk menjaga abi. 
Setelah berunding dengan suami, dia tidak keberatan hanya saja jadwal pulangnya  atau jadwal kunjungaku ke Bjn dipersering. Rencana tiga tahun aku menyusul ke Bjn, dirubah menjadi suami yang akan pindah ke Surabaya. Tak terasa waktu berlalu seperti angin, sampailah pada tahun ke enam LDR.  Suami  mengambil   pendidikan lanjutan menjadi Konsultan Hip and Knee. Dan setelah selesai suami berupaya masuk Surabaya tapi sayang terkendala dengan ijin dan formasi yang tersedia di tempat tujuan. Tunggu-menunggu ijin dan formasi tak terasa menginjak empat belas tahun LDR...🙈
 
Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat.
Seandainya lebih banyak orang yang tahu tentang hadist ini ya...😉

Waktu empat belas tahun tak terasa lama karena kita tetap sering bertemu paling tidak seminggu dua kali, apalagi kalau ada seminar atau pelatihan aku selalu turut serta serasa gak LDR deh. Apalagi banyak temen sepertiku juga, berpisah rumah dengan suami dengan pelbagai alasan.  Aku masih merasa LDR baik-baik saja sampai...

The virus taught me...

Saat virus covid-19 bergentanyangan di udara, saatWFH berlaku, saat melockdownkan diri dari kegiatan tak mendesak dan tak penting ada banyak waktu dirumah untuk saling bertinteraksi, suami-istri, kakak-adik, ayah-anak-ibu-anak, ayah-ibu dan anak-anak. Ternyata nikmat ya berkumpul sebagai satu keluarga yang utuh. Nikmat ya bisa melihat suami setiap harinya. Nikmat ya melakukan hal kecil bersama-sama, ayah-ibu-anak. Nikmat ya memberi kesempatan anak ngobrol sepuasnya dengan ayahnya, bisa besok bisa besoknya lagi, bisa kapan saja  (saat LDR khan terbatas, wakty efektif untuk anak-anak paling cuman minggu saja).Ternyata nikmat ya melihat anak-anak bercengkerama dengan ayahnya. Nikmat ya melihat ayah mengajarkan sesuatu pada anak-anak perempuannya. Ternyata banyak kenikmatan lain yang aku baru menyadarinya kembali. Sebelumnya aku khan pernah merasakan kehangatan keluarga yang utuh sampai LDR membuat kita lengah...😭

I have to say No for LDR

Ada suatu kondisi dimana LDR tak bisa dihindari, misal: saat salah-satu pasangan terikat kedinasan atau kontrak yang mengharuskan menetap di daerah tersebut atau saat pasangan dipindahtugaskan kerja ke daerah baru atau saat salah-satu pasangan menempuh pendidikan di luar kota atau luar negeri atau ada sebab lain yang lebih personal. Untuk alasan-alasan shahih seperti diatas, LDR sah-sah saja hanya ada catatan: waktunya dibatasi, tiga atau empat   tahun sudah cukup, kalau lebih mohon ditinjau kembali....sayaaaang bangeeeet waktu-waktu yang terlewat.

Sebelumnya aku tidak menyadari ada sesuatu yang terlewat sampai sesuatu yang lain menyapaku lewat kehangatan sebuah keluarga yang utuh. Narasi diawal tulisan menggambarkan interaksi seorang gadis kecil dengan ayahnya. Menggambarkan seorang gadis yang sedih karena akan ditinggal pergi oleh ayahnya keluar kota. Dan setelah dibujuk akan dibawain oleh-oleh makanan atau mainan kesukaannya maka si gadis kecil menjadi riang kembali. Keadaan berulang, si gadis tak sedih lagi ditinggal karena dia sudah punya permintaan yang dia tahu akan dikabulkan oleh ayahnya.  Paragarap berikutnya itulah yang terjadi padaku dan suami. 
Kotak memoriku dipenuhi contoh nyata bagaimana pelajaran hidup kudapat dari abi dan mama sementara suami juga menyimpan kotak memorinya sendiri. Suami berasal dari keluarga yang terdiri dari tujuh saudara laki-laki dan satu saudara perempuan. Struktur gender yang demikian membentuk karakter yang tangguh bagi tiap-tiap anak. Kalau fokus suami mendidik keluarga lebih pada kemandirian, kalau fokusku lebih kearah reward and punishment. 
Kenapa aku tidak merasa berat melalui LDR sampai empat belas tahun? Ya karena, titik fokus hanya pada hubunganku dan suami akan baik-baik saja. Alhamdulillah memang baik-baik saja...👐
Tapi...Bukankah keluarga tidak hanya dilihat dari hubungan suami dan istri yang baik-baik saja...? 
Keluarga juga melibatkan anak-anak. Bagaimana mereka berinteraksi dalam sebuah kehangatan yang utuh. Bagaimana mereka berproses, belajar, bersikap, bertindak dll...yang mereka lihat dan duplikasi dari kedua orangtuanya. Sebagai satu-satunya anak perempuan (saat itu) aku lebih memilih dirumah didalam kamarku membaca buku-buku. Profileku memang begitu, tidak suka pergi sampai-sampai seorang sepupu menjulukiku perawan Kubu. Bukan salah bunda mengandung kalau sifat ini menurun secara genetis ke anak bungsu. Sementara anakku yang sulung tenggelam dengan dunianya sendiri tanpa melibatkan kita (karena sifat mandirinya) dan sangat menikmatinya.  
Ila kecil melihat abi dan mama selalu bersama, kemana abi pergi selalu ada mama. Akupun begitu, selalunya aku menempel kek perangko, kemana suami pergi aku ikut. Bahkan terkadang hanya aku satu-satunya ibu-ibu sebaya yang ikut...🙈 
Lalu...Aku memperlakukan dua putri dewiku sepertiku dulu. Aku berusaha memenuhi kebutuhan dan memberi mereka reward karena menjadi anak yang manis dan tidak merepotkan. Memberi apa yang mereka minta kecuali menghadirkan kehangatan ayah ditengah mereka selain diwaktu-waktu tertentu, week-end atau liburan...Ini yang kita lengah... 😭😭😭

Kita lengah dengan LDR. Meski anak-anak sangat dekat dengan ayahnya, akan tetapi mestinya lebih banyak lagi nilai-nilai yang bisa dicopas atau yang seharusnya bisa ditransfer dengan mudah jadi terdelay, tidak connect atau tercancel. Ya iyalah mesti ada beda antara yang seutuhnya bersama-sama setiap hari dengan yang bersama pada saat tertentu saja. 
Bukankah kwalitas lebih penting daripada kwantitas...?
Hmm...Menurutku kwantitas sangat penting bahkan ada kalanya kwantitas bisa menentukan kwalitas terutama dalam menanamkan keimanan pada anak-anak. Misalnya: membaca quran bersama sehabis sholat magrib, tahajud bersama, mendengarkan kajian bersama-sama dll.
 
I have to say no to LDR
 
LDR tidak sederhana dan semudah pengucapannya. Ada banyak tantangan dan konskwensi yang harus dihadapi pasangan yang melakukannya. Masalah ini menghantui layaknya momok. Ada tiga momok yang terekam berdasarkan pengalamanku.

Momok kesatu dalam LDR adalah Miskomunikasi   yang merupakan embrio dari perdebatan # perselisihan # pertengkaran.
Dan terbukti, momok komunikasi kita adalah Signal Hp...😪Duh...gimana gak kesal, lagi kangen pengin ngobrol, suara terdengar terputus-putus atau pas ada info penting, mau kasih khabar, e...malah gak nyambung atau pas emergency call, telpon malah gak diangkat padahal nadanya masuk. Sidin punya selidik gak tahunya si doi lagi diruang operasi. Ya pantesan telponnya gak diangkat tapi akunya sudah kadung kesel dan pegel duluan...😥
Penghalang komunikasi yang kedua adalah ritme pertemuan. Bagi yang LDR antar pulau atau bahkan antar negara yang ketemuannya hanya bisa sekali-sekali, ini juga berpotensi jadi pemicu miskomunikasi. Tapi mungkin kalau LDR berjauhan begini tgt juga pada komitment yang dibuat. Percayalah seberapa sering menelpon atau vidcall, pertemuan fisik tetap harus diagendakan. 
Momok kedua dalam LDR adalah cemburu.
Aslinya aku itu bukan orang yang gampang cemburu tapi kalau dikomporin ya terkadang kesulut juga sih. Perempuan memang aneh, kadang mimpi aja bisa memanaskan tungku.
"Dapat khabar dari mana itu ?"
"Ini bukan khabar tapi mimpi..."
"Hah...! Mimpi koq dipercaya..."
"Ini seperti nyata..."
"Istigfar bu...Jangan sering nonton drakor ya"
🙈
Cemburu itu seperti kompor kalau sudah meleduk, apinya kemana-mana, susah padamnya. Setiap pasangan punya caranya sendiri untuk mengatasi sindroma ini karena sebetulnya cemburu adalah paket komplit dalam pernikahan sebagaimana sedih, bahagia, marah, khawatir, takut dll.
Pengalamanku mengatasi cemburu saat LDR adalah dengan mengkampayekan slogan glasnost dan perestroika. Saling terbuka dan reformasi diri. Bersifat terbuka (baca: jujur) itu maha penting karena ini mengartikan adanya kerjasama yang baik antar pasangan. Dan bila ada masalah bisa diatasi lebih dini.

Tips menangkal serangan rumor atau bila ada yang julid dengan LDR, biasanya aku akan berakting calm n cool. Ntar dirumah suami mau diinterogasi, mau dihipnotis atau disihirpun gpp yang penting jangan kasih makanan sama orang yang julid. Keenakan dong yang julid,  bisa bobo nyenyak sementara kitanya masih perang tanding. 
Memang sih, tak dapat disangkal godaan saat LDR lebih besar dibanding pasangan yang serumah. Ibarat pagar, kalau serumah itu pagarnya tertutup rapat tapi kalau LDRan, dipagarnya terlihat ada celah yang mengintip. Dan itu adalah sasaran empuk bagi pengikut-pengikut Dasim (nama setan yang bertugas khusus merusak hubungan rumah-tangga seseorang). 
Disinilah pentingnya reformasi diri menjadi lebih baik, lebih mendekatkan diri kehal-hal religi, mempersiapkan husnul khotimah, akhir kehidupan yang didambakan setiap muslim. Saat LDR, benteng pertahanan diri memang harus dibooster dengan keimanan yang lebih baik.

Momok ketiga dalam LDR adalah, penyesuaian
Hubungan suami-istri adalah hubungan yang bersifat unik, personal yang tidak bisa dibandingkan antara pasangan yang satu dengan pasangan yang lain. Anak aja unik apalagi suami-istri yang notobene adalah dua kepribadian yang dibesarkan dengan cara berbeda, dipersatukan dalam satu ikatan sakral, pernikahan. Menilik keunikannya maka dibutuhkan adaptasi dan penyesuaian  sepanjang rentang perkawinan.
LDR dapat menyebabkan proses penyesuaian ini terganggu dapat ringan, sedang atau berat tergantung hubungan yang terbina sebelumnya.
Contoh kecilnya: masalah kebiasaan. 
Aku sih mahfum kalau si ayah tidak sekufu denganku dalam masalah clear and clean. Untuk menjaga suasana aman-tentram-damai, aku menyediakan baju dan pernak-perniknya sebelum si ayah mengambil sendiri. Atau kalau dalam kondisi out of service, paling tidak masih ada empati untuk tidak mengacak-ngacak isi lemari dll. Nah  LDR  menyebabkan insting survive in the junglenya  si ayah kambuh. Kalau sudah sebulan aku gak sempat visit (karena suami yang riwa-riwi sby) pas saat datang, si ayah menyambut dengan kalimat pembuka 
"Bagaimana sudah rapih khan...? Aku semua yang beresin lho..."  
Rapika sih sekilas. Coba kita lihat lebih detil, isi lemari jangan ditanya deh, bukan hanya baju tapi kaleng biskuit, sambal sachet dan popmie juga bisa nangkring disana. Dan yang membuatku tak bisa berkata-kata saking terharunya pemasangan seprei dan bantal gulingnya ketuker-tuker serinya...😑
 
Contoh kategori sedang: Karena tidak ada istri dan anak bersamanya, si ayah sifat workaholicnya tak terbendung. Akibatnya kerugian material: jatuh sakit sedang kerugian immaterialnya, saat wakuncar keluarga, kelelahan dan kurang sensitif dengan keinginan liburan dan yang sejenis. 
Masalah penyesuaian sesudah LDR bukan saja rumit bagi pasangan tapi juga berimbas ke anak-anak.  Dari yang awalnya ada setiap hari menjadi terbatas dan kembali lagi ada. Perlu waktu untuk memetakan sosok yang tiba-tiba hadir kembali dalam keseharian aktivitas. Tidak seperti saat awal menikah sih tapi jika tak segera diatasi, kehadiran kembali pasangan akan dirasakan sebagai gangguan terhadap privacy (misal: bakal ada yang minta pin hp, atm atau bahkan kk, hhh... ) Bagi anak-anak, kehadiran kembali sosok ayah yang selalu ada seperti mendapat bulan, bintang dan matahari sekaligus. Ini berarti tersedianya kehangatan, kebahagian include peraturan-peraturan baru.
 
Nah setelah melihat ulasan berikut contoh-contoh diatas, masihkan say Yes terhadap LDR? 
Me: I will say No...

Note: 
Ada juga sharing info dari seorang teman yang menjalani LDR dengan ibunya yang sakit. Secara rutin si teman yang sholehah ini mengunjungi ibunya meski harus menempuh jarak tigaratus kilometer untuk datang ke kota tempat si ibu tinggal. Stay dua atau tiga hari disana kemudian pulang. Gak capek...? Ya capeklah tapi setimpal koq dengan yang dia rasakan...😊 
Btw:
Tulisan ini tidak bermaksud  menonjolkan penyesalan. Just sharing and caring, mungkin bisa dijadikan masukan sebelum mengambil keputusan. Bagiku, apapun itu (baca: LDR) jika karena/untuk Abi adalah sangat berharga jadi tak ada yang perlu disesali...😊
 
Semoga bermanfaat, see you in the next post...🙏

23 October 2020

Antara Kampus Impian dan Kota Legenda.

Ketika terbaca tiga huruf ini, UGM, umumnya apa yang ada dibenak setiap orang? Hanya ada satu kata, Keereennn...
Untuk kampusnya dan untuk kotanya. Begitu juga yang tersirat di benak si bungsu ketika pada suatu hari mengikuti presentasi kakak kelas yang mempromosikan kampus UGM dengan aneka fakultas dan kemegahannya. 

"Mama boleh gak Rana kuliah diluar Surabaya? Tak sampai sedetik akupun menggeleng tanda tak setuju.

"Di UGM masa sih gak boleh?" Aku menatapnya sejurus. Aku tahu gadis remaja didepanku ini berusaha membangkitkan sensasi masa lalu yang diingatnya melalui cerita-ceritaku dikala senggang. 

Aku tetap menggeleng. Dan diapun berhenti berkata-kata. Hanya untuk sementara...! 

Setelah hari Rabu itu, yang akupun tak ingat lagi tanggal berapa, si bungsu tak henti menggodaku dengan obsesinya pada tiga huruf yang pernah juga menghiasi isi kepalaku. UGM memang kampus impian.

Subhanaallah...Dejavu. Tuhan tolong aku...Katakan padanya...😕😭

"Bi, bolehkah Ila kuliah di Yogya.." Abi menggeleng. "Di UGM...?" Kedua kalinya abi menggeleng. Aku masih memaksa, aku bilang jurusan yang kupilih hanya ada di UGM. Abi tetap menggeleng dan keluarlah kalimat pamungkasnya "Pilih jurusan apa saja asal di Surabaya atau di Malang. Abi tidak akan membiarkan anak perempuan jauh dari Abi" Dan akupun meleleh...

Kalimat sakti itupun kupake ke anak bungsu. "Mama tidak bisa jauh dari Rana..." Ntar kalau dibilang Rana gak bisa jauh dari mama malah dia pengin ngebuktikan kalau dia bisa, ambyar khan. E...gak mempan. Rana lebih pintar, dia malah yang bilang mama harus siap melepasnya. 

"Nanti kalau Rana nikah gimana...?" or
"Rana harus belajar mandiri. Kalau sama mama, Rana jadi anak kecil terus..." or
"Rana pengin ngekos kek kakak Sirin" bla...bla...
Untuk sesaat aku merasa jadi anak kecil yang sedang dituturi ibunya...😅
Tak kurang akal, aku menawarkan opsi, kalau diterima kuliah di Surabaya boleh ngekos. Tidak seperti kakaknya yang pandai dan lihai merayu, si bungsu lebih memilih untuk menurut. Sementara aman...

Dalam membantu si bungsu sukses menjadi pejuang UTBK, kita saling bahu-membahu mengatur strategi. Pilihan sekolah swasta kita tutup. Kita fokus ke PTN (surabaya dan malang) dengan beberapa pilihan jurusan dan pilihan jalur masuk (mandiri dan internasional). Si bungsu beda dengan kakaknya yang lebih mandiri dan pedhe dalam memilih jurusan. Rana sering terjebak bimbang dalam memilih jurusan. Galau memilih FK, Psikologi, Farmasi atau FKG. Meski memiliki sifat yang beda, Rana  ngefans ke kakaknya, finally dia memilih jurusan yang sama. Sebelumnya kita juga ikutkan tes bakat-minat dan konsultasi ke psikolog untuk mengatasi hambatan belajar. Rana ini orangnya perfect, organized dan detil. Ini bisa jadi kekuatannya tapi juga bisa jadi penghambat karena dia mendorong dirinya terlalu keras. Ditambah sifatnya yang moody, kombinasi yang pas untuk membuat was-was. 

Sebagai persiapan belajarnya, selain ikut bimbel di SSC, Rana juga ikut les private fisika, kimia  dan  matematika dirumah. Salah-satu guru favouritenya adalah pak Edwin. Ketiga les itu  hanya sempat berjalan dua bulan dan terhenti total  karena pandemi (juga karena kebijakan yang meniadakan kedua pelajaran itu dari UTBK) kecuali les matematika yang tetap berlanjut setelah lebaran sampai saat ujian tulis UTBK. Les online kurang greget, akhirnya diputuskan les offline dengan memakai protokol kesehatan, masker, face mild, pembatas, social distancing dll, lengkap deh. 
Jadwal belajarnya padat merayap...Dan gangguan yang sering muncul adalah faktor kebosanan apalagi karena pandemi pelaksanaan tes berubah-ubah, mundur terus. Sampai tibalah pelaksanaan test UTBK...Alhamdulillah lancar sampai hari H (sebelumnya diwajibkan rapid, gak kebayang kalau ternyata hasil rapidnya reaktif. Info yang beredar tidak menjelaskan bagaimana jalurnya kalau ada anak yang hasil rapidnya reaktif)

Sambil menunggu pengumuman, waktu antaranya digunakan untuk persiapan tes jalur mandiri dan internasional. Nah disinilah takdir berjalan...Kalau si sulung kepandaian merayu bikin hati meleleh, kalau si bungsu sifat penurutnya itu yang bikin hati lumer. Saat si bungsu request, 

"Mama boleh gak Rana daftar UGM...Gak pake test lagi, dilihat dari nilai UTBK saja..." Mata beningnya bekerjab-kerjab penuh harap. Satu kali...dua kali...sepuluh kali dilontarkan, kitapun mulai melemah dan inilah prosesnya. "Cuman daftar aja ya..." Aku mewanti-wanti untuk tidak berharap lebih. 

Saat UTBK, Rana memilih Unair dan UNS sebagai pilihan kedua. Penginnya Unair dan UB biar sama-sama di jawatimur tetapi dengan pertimbangan FK Unair tidak bisa disandingkan dengan FKUB (entah benar entah hoax tapi ini yang diyakini selama bertahun-tahun) akhirnya kita memilih FKUnair dan FK UNS. Nanti UB dikejar melalui jalur mandiri. Alhamdulillah Rana diterima di pilihan kedua, di UNS Solo. Gpplah Solo khan deket ada tol, cuman 2,5 jam dari Surabaya.  Rana juga tampak sumringah  masuk dalam group Wa, maba FK UNS. 

Pas weekend, kita meluncur ke Solo untuk tilik kampus dan hunting kos-kosan. Dalam memilih kos-kosan, aku mengandalkan rekomendasi teman dan dapat di Wisma Handayani. Ibu kosnya baik banget jadi sreg nitip anak disana. Disaat sudah memantapkan hati menuju Solo,  takdir tengah berproses mendekati Rana. Saat itu kita lagi makan sahur, tetiba Rana dengan teriakan girangnya berkata kalau dia diterima di UGM. Subhanallah... Aku yang terkaget-keget kena serangan maag, mual dan muntah- muntah di sepertiga malam...😢

Panic Attack, aku seperti linglung. Bersikap menolak, gak tega, akhirnya abstain  untuk menghormati perjuangan anakku. Untunglah si Ayah tanggap situasi dan memberi ucapan selamat pada si bungsu. Rana dapat menangkap keberatanku tapi kali ini lain dia menunjukkan teritorinya, kekeuh memilih UGM. 

Singkat cerita...Rana tak bisa pindah ke lain hati, bahkan ketika dinyatakan diterima di UBpun Rana bergeming. UGM benar-benar sudah memikat mata dan hatinya. Aku mengandalkan power antar saudara. Ternyata si kakak yang juga merangkap si pembisik, kena sindroma solidaritas antar saudara kandung. Sang kakak malah menyakinkan kita kalau Rana lebih baik kuliah di UGM, kalau kuliah di Malang ntar mama n Rana masih  saling merecoki n Rana gak belajar menjadi dewasa. Duh...mau dibantah tapi keknya bener juga...😕

Setelah mewawancarai hampir separuh penduduk bumi, meminta  pertimbangan mama, umi, sedulur, sahabat, teman dll. kita mencoba legowo dengan pilihan si bungsu. Meski untuk itu aku harus menahan airmata, berdamai dengan deburan dada yang tak beraturan, insomnia dan serangan maag berhari-hari setiap mengingat putri kecilku itu akan jauh dari sisiku. Untuk menenangkan hatiku, si ayah memintaku merubah rasa khawatir itu dengan mendoakan yang terbaik untuk Rana. Sementara si sulung mengajukan usul yang kontradiktif.
"Ma, ntar Sirin ambil Spnya di UGM aja jadi bisa sekalian jagain Rana..." Hah...langsung jatuh mosi tidak percaya...😎

Satu-satunya pemberat bagi Rana adalah teman-temannya yang tergabung dalam maba FK UNS. Aku ikutan baper juga...terharu ketika teman-temannya mengucapkan selamat.

Setelah sempat tertunda, berangkatlah kita ke Yogya...hunting kos-kosan dan tilik kampus. 

UGM dan Yogya

UGM dan Yogya saling bersinergi menyumbangkan nama besar. Ketika memasuki area kampus UGM, aku bisa merasakan daya magnit yang membuat seorang Rana tak bisa berpaling. Akupun begitu, bertahun-tahun lalu selepas SMA, aku menyimpan semua ketertarikanku pada UGM khususnya pada fakultas Hubungan Internasional. Maklum pada saat itu bacaan favouriteku majalah Tempo dan tokoh populer saat itu adalah Bapak Amin Rais. Keduanya berkolaborasi di kepalaku membentuk image tentang sebuah masterpiece. Dan itu berawal dari sebuah kampus yang dijuluki sebagai kampus biru. Sayang cintaku bertepuk sebelah tangan...
Dan kini Rana mewakili segenap hatiku melanjutkan rajutan benang-benang cinta itu. Cintaku kembali bersemi di kampus biru...😃
 
Acara visit kampus selesai berlanjut ke cari kos. Satu-persatu kos-kosan rekomendasi temen, saudara, didaerah pogung dicoret dari daftar. Rana sekali lagi menunjukkan teritorinya, dia hanya mau rekomendasi kosan dari temannya didaerah Sadewo. Kitapun langsung cek ke lokasi dan disambut hangat oleh ibu kosnya. Ya...kita memang cari kos yang ada ibu kosnya atau paling-tidak  penjaga kosnya memenuhi persyaratan aman dan bisa dipercaya. Alhamdulillah...👌
Berkali-kali ke Yogya selalunya bersentuhan dengan Mallioboro, Bringhardjo, Raminten, Kasongan, sentra bakpia, sentra batik, sentra kuliner dan sentra wisata. Yogya memang kota legenda, dari sudut manapun selalu memukau. Daerah ini memang Istimewa
 
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat
Penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi
 
Semoga bermanfaat, see you in the next post ..😊



 

 

08 October 2020

Move On..

 

Seorang gadis kecil memandang sekeliling dengan pandangan penuh haru. Itu adalah hari terakhirnya di sekolah, sesudahnya dia akan meneruskan ke jenjang sekolah lebih tinggi yang hanya berjarak beberapa meter saja dari rumahnya. 

Dan setelah tiga tahun, kembali si gadis remaja menatap nanar sekolahnya karena dia harus melanjutkan ke jenjang atas. Kali ini sekolahnya yang baru berhadap-hadapan dengan rumahnya. Dan berpuluh-puluh tahun kemudian, si gadis tanggung telah menjadi ibu dua orang anak, melanjutkan hidupnya di kota yang berbeda. Tahun-tahun yang terlewati, kehidupan baru yang  lebih menantang tak membuat perbedaan pada memori yang tersimpan tidak saja di kepala tapi juga di hati. Setiap ingatan itu menyeruak, perasaan membuncah dan aku harus menahan  bulir-bulir hangat yang siap menetes. Lewat depan sekolah anak, lihat rumah atau toko jadul, bahkan mengingat hari kemarinpun bisa membuat hatiku terharu-biru.

"Mama gak bisa move on...."Mama baperan" begitu selalu dan selalu begitu komentar kedua anakku setiap mereka memergoki ibunya lagi termangu-mangu memandang sesuatu atau teringat sesuatu.

Begitupun kemarin saat guru les yang sudah bertahun-tahun mengajar si sulung dan si bungsu, datang bersilahturahmi (tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan) duh rasanya pengin nangis.

"Pak Edwin sering-sering datang ya nengok Sirin n Rana..." kataku senang menyambut kedatangannya. Saking senangnya bisa melihat pak Edwin lagi sampai-sampai bilang ke suami pengin cepet-cepet punya cucu supaya bisa dileskan sama pak Edwin (suami: emang cucunya bisa langsung SD gitu...)😅 

Seperti ada yang hilang, biasanya tiap pak Edwin datang ikut mikir nyediaian kuenya atau makannya atau nanya-nanya perkembangan belajar anak-anak. Bukan saja pada guru les anak, saat si sulung mau pamit balik boyongan ke surabaya pada penjaga kos, koq keknya aku yang lebih terharu. Saking cocoknya aku ma penjaga kos si sulung  sampai-sampai aku memaksa si bungsu untuk kuliah di malang saja. (tentunya plus faktor-faktor pengaman yang lain, diantaranya jarak yang lebih dekat, banyak saudara di malang dibanding di Yogya yang nihil).

Kebetulan (alhamdulillah...) Rana diterima di dua PTN, Malang dan Yogya jadi bisa milih. Setelah melalui pertimbangan panjang-lebar dan alot, dibumbui linangan airmata segala, akhirnya ngalah deh, demi impian anak yang sudah kesengsem sama UGM dan Yogya. Gak habis mikir, nih anak belum pernah pisahan ma ibunya koq bisa-bisanya milih kuliah di luar kota, gak ada tolnya pula...😔 (next story). Duh...Apa ini yang disebut baperan?

Si sulung Sirin, sudah kembali ke rumah setelah menyelesaikan Isipnya di Rs di Malang. Si bungsu Rana memang kuliah di UGM tapi sementara juga masih dirumah karena belajarnya daring. Suami juga sudah gak LDRan karena sudah pindah kerja ke Rs di Surabaya (next story). Apa ini yang disebut sindroma sarang kosong?

Sebetulnya semua ada dan masih dirumah. Sementara sindroma sarang kosong adalah: Istilah yang biasa digunakan pada orangtua yang memiliki rasa gelisah dan kehilangan karena anak-anaknya menempuh pendidikan atau menikah.
Mungkin ya...Mungkin juga tidak.

Ternyata gen tidak bisa move on atau baperan ini menurun alamiah ke anak bungsu. Kalau sih sulung mah persis ayahnya, cool and calm. 

Tetiba si bungsu masuk kamar dengan mata berkaca-kaca,  membawa baju yang tak pernah  terpakai, gegera corona tak ada lagi acara perpisahan kelas/sekolah yang bahkan sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Kalau yang ini, bukan cuman anaknya, emaknya juga jadi ketularan baper... 

Atau:

"Mama...Rana kangen ma sekolah..."

"Rana kangen ma temen-temen..."

"Ma...Gimana pak yang jualan depan sekolah.."

Kebetulan  sehari sesudahnya aku baca di koran, ada anak SD yang nangis pengin jenguk sekolahnya dan dibawa oleh ortunya malam-malam ke sekolah. Walau cuman dipagernya saja gak bisa masuk, rindu anak itupun sudah terobati. Koq mirip ya ...😉

Pernah sehari (baca: satu hari) setelah tiba dirumah dari acara homestay EF di London, si bungsu nangis sesunggukan bermenit-menit...sampai si ibu bingung. Waktu ditanya kenapa..? 

Katanya, "Rana kangen London..." 

Lho koq sama ma ibunya saat baru sehari dateng dari haji/umroh sudah berurai airmata pengin balik lagi dan lagi....😢

Keknya untuk emak-emak, tiga rangkai kata ini bisa sangat berhubungan, sarang kosong, baperan dan gak bisa move on. But untuk anak muda baperan dan gak bisa move on mempunyai arti khusus berkaitan dengan urusan hati. 

Aku sebagaimana kebanyakan ibu-ibu yang lain sangat kepo ma urusan anak-anak. Alhamdulillah...kita dan anak-anak saling follow di ig, fb dll. Meski terkadang aku suka nyinyir kalau ada postingan (terutama) foto anak-anak yang kurasa kurang elok. Baru semenit post di ig, aku sudah langsung dm untuk dihapus. Supaya tidak menimbulkan perdebatan, aku sering menambahkan kata-kata horor, "Cepet dihapus sebelum baba lihat". Kata-kata ini manjur banget, gak pake a...i...u.e..o...langsung postingannya dihapus. Sebelumnya, kalau ditulis begini, "Cepat dihapus mama gak suka..." Tuh postingan masih sempet bertengger beberapa jam sampai satu hari. Begitu dikaitkan dengan si ayah, langsung deh hilang dari pandangan. Powerfull ya sosok ayah dimata anak gadisnya. Monggo bisa dicoba😀 

Setelah dihapus, muncullah catatan kaki yang intinya mempertanyakan kenapa mama n baba terlalu masuk "ranah pribadi". Rupanya anak-anak juga malu sama temen-temen di Ig kalau ada postingan yang direvisi. Kalau bagian jelas-menjelaskan begini, aku memberi kesempatan seluas-luasnya pada Yang Dipertuan Agung untuk memberi pencerahan pada putri-putrinya.  Alhamdulillah mereka akhirnya mengerti, kalau memposting foto yang antara iya dan tidak, dikirim ke emaknya dulu. Nanya boleh-gak diposting?

Kalau curhatan berupa tulisan, boleh-gak? Hmm...keknya gak bakalan curhat deh soalnya si ibu fans berat media sosial anak-anaknya (baca: dalam pengawasan...😉) Untungnya juga si sulung termasuk tipe berdarah dingin, susah sekali mo curhat dan si bungsu termasuk tipe statis di media sosial.

Terlepas dari undang-undang domestik,  kalau baca curhatan di media sosial terkadang aku ikutan baper juga Ada yang bikin sedih, bisa ngakak atau bisa gemes/marah. Anak-anak sekarang memang kreatif mengungkapkan perasaannya. Reaksi tergemes kalau baca curhatan kekasih yang tak kunjung melamar atau yang tak setia. 

Untuk kekasih yang tak setia, hanya ada satu nasehat terbaik yang bisa kuanjurkan adalah lepaskan dengan dp nol persen,  alias tanpa syarat. Gak usahlah dicari alasan dibalik batu atau berusaha bijak dengan memahami kekhilafannya atau memberi kesempatan kedua dll. Tidak setia pada hakekatnya suatu perilaku merendahkan diri sendiri yang tersusun, terencana dan terstruktur. Termasuk dalam kategori perbuatan yang paling tidak menyenangkan dalam sebuah hubungan. Sebelum menikah, satu-satunya  yang terdampak dalam sebuah perselingkuhan adalah ananda, tidak ada pemberat lain seperti anak. Jangan pikirkan orangtua karena yang ada dalam otak orangtua jika dibelah hanya ada satu kalimat yang terukir disana,  kebahagian anak-anaknya. So pertimbangan melepaskan lebih mudah daripada mempertahankan. Galau sebentar aja boleh selanjutnya move on lah...Akan ada suatu masa, bahkan ananda tak pernah lagi mengingatnya.

After married, nasehat ekstrem ini harus dilihat dari berbagai sudut pandang, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Kalau untuk kekasih ada lyrik, "Kejarlah selingkuhanmu..." kalau untuk suami/istri, ada beberapa dalih kuat yang bisa meredam niat extrem untuk melepaskan pasangannya. Masalahnya lebih rumit, harus dilihat case by case dan solusinya juga personal tidak bisa digeneralisasi. Dan untuk keputusan final perlu waktu untuk meneduhkan hati yang porak-poranda akibat badai yang tak terundang.

Ali bin Abi Thalib berkata “Jangan membuat keputusan ketika sedang marah, jangan membuat janji sewaktu sedang gembira".

Dalam sebuah rumah tangga selayaknya ada sebuah lemari besar  dengan banyak laci. Disisi kiri lemari, dalam tiap lacinya tersimpan kartu "Maaf" dan disisi kanan dalam lacinya tersimpan kartu "Maafkan". Kartu-kartu itu saling bergantian muncul, durasinya bisa perhari,  perjam atau bahkan permenit. Awal terbentuknya dari penyeseuaian diri yang masih prematur selanjutnya berproses untuk sebuah kesalahan dan bahkan bisa bersandar pada sebuah kekhilafan. Maaf dan Maafkan adalah perwujudan dari karakter pasangan. Masing-masing dapat dimainkan sesuai peran dan porsi yang disepakati. Bila melewati batas, sabar adalah kata kuncinya dan pelengkapnya adalah tawakal. Bagi orang yang sabar dan tawakal,  kata khawatir dan takut sudah terhapus dari direktorinya. 

Seberapa siapkah ananda menjadi orang yang sabar dan bertawakal? 

Tidak ada pembenaran untuk sebuah penghianatan...Berhati-hati lebih baik. Salah-satu upaya yang bisa dilakukan adalah seleksi calon secara ketat, yang utama adalah soal agamanya. Selingkuh itu masuk dalam ranah zina. Diasumsikan sosok laki-laki yang alim tidak akan berdekat-dekat dengan ranah ini. Syukur banget kalau nilainya ++, asal jangan minus ya. Kalau yang lain-lain baik banget tapi sholatnya kek kain perca, tambal-sulam,  gimana? Aku sering jumpa pertanyaan seperti ini. Dari urutan ahlaq, shalat itu nomer satu. Jangan mau dilamar ah...sampe sholatnya bener.

Bagaimana dengan kekasih yang tak kunjung melamar...?

Thrick or Threat. Beri aku mahar atau kulepaskan kau.

Post "Halalin dulu" berseliweran di media sosial. Kalau sudah berani memanggil sayang, halalin dulu. Kalau sudah berani bilang rindu, halalin dulu dong. Slogan ini ditujukan untuk membatasi ruang/space saling mengenal antar pasangan dan mendorong mereka  menuju jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Kalau kelamaan gak dihalalin akhirnya terbitlah kata mantan, keburu diambil orang...😭

Sebenarnya semua orang sudah sangat tahu, durasi penjajakan (baca: pacaran) yang lama tidak menjamin akan berakhir di pelaminan. Mengapa...? Apa durasi yang lama menjamin penyesuaian yang lebih baik? Tidak juga. Menjamin kesamaan visi, misi? Tidak juga. Menjamin kelanggengan hubungan? Tidak juga. Tidak ada jaminan dari orang lain karena sebenarnya yang menjamin adalah diri  sendiri, dari niat. Kalau niatnya membina hubungan untuk menikah beda penampakan dengan membina hubungan untuk bersenang-senang. Kalau yang pertama status jelas, perlakuan terarah, koridornya terang dan restupun sudah ditangan. Kalau yang kedua, bagi pihak cewek: status meragukan, membuat galau dan rawan perundungan. Sementara bagi pihak laki-laki nothing to lose.

Wanita tidak bisa mengubah pria hanya karena mereka menyintai pria tersebut. Pria akan berubah dengan sendirinya jika ia benar-benar menyintai wanitanya.  -Steve Harvey-

Kalau sudah digunakan berbagai pendekatan masih tak ada tanda-tanda membawa mahar...So wake up ananda, mesti jeli dan cermat dalam memilih pasangan. Lebih baik bersabar dan memperbaiki diri untuk mendapatkan jodoh yang sekufu daripada cepat dapat pasangan tapi status digantung. Move on dan jangan baperan ntar jadi emak-emak...😅

Ada satu  video yang bagus sekali isinya, lihat ini

Semoga bermanfaat. See You in the next post

 

 

31 July 2020

Tarian Ballerina...

Tarian BallerinaTuscany...April 2010

 "Apa yang anda pikirkan tentang Italy? Mencicipi masakan Italy seperti Julia Roberts dalam film Eat, Pray, Love...? Atau melongok  pabrik Ferrari di Ducati...? Menikmati seni dan arsitekturnya...? Atau berbelanja barang-barang branded di Milan...?  Tambahkan satu lagi dalam agenda, kunjungan ke Tuscany. Sebuah daerah wisata dengan pemandangan menawan dari kota-kota bersejarah diatas bukit. Ibukota Tuscany adalah Florence, tempat lahirnya kesenian Renaissance yang melahirkan berbagai patung dan lukisan seniman-seniman dunia. Florence adalah sebuah Masterpiece...


-------------------------------------------------------

Aku meletakkan kacamata minusku ke atas meja sembari menyandarkan bahu, mengusir penat dan kejenuhan yang tiba-tiba melanda. Sebagai reporter yang tengah diundang oleh Air Frances, salah-satu maskapai penerbangan Perancis untuk meliput keelokkan wisata negara-negara Mediterran, ada tugas menanti untuk membuat laporan perjalanan selayang pandang. Dengan bantuan kamera andalan, Nikon D70,  tak ada halangan bagiku untuk memindahkan eksotika Mediterran  ke dalam foto-foto yang kubidik.

 

Kuraih BB diseberang meja, kulirik penuh harap message di bbm yang kukirim untuk Dani, Sudah terbaca tapi masih belum terbalas. Begitulah Dani..., dia  selalu membuatku hampir menyerah.

Aku merenung....Hmm, apa yang diharapkan dari suatu hubungan...?

Kepastian...? Tepat sekali...! Seperti kepastian mata angin menunjukkan arah, tidak ada yang bisa diharapkan dari suatu hubungan yang tidak jelas. Bagaimana dengan Dani...? Pertanyaan yang lebih tepat kutujukan pada diriku sendiri ketimbang padanya.

Dani selalu mengelak jika kutanya tentang hubungan yang lebih serius. Dalihnya berputar antara ketidaksiapan, ketidakberdayaan, ibunya yang sudah memilihkan calon untuknya dan sederet dalih-dalih yang lain, de-el-el...Capeeek deh...

Aku menarik napas panjang....mencoba mencari pembenar dari seuntai kalimat bijak yang kuingat.

 

If u are stuck between twoo options...just flip a coin in the air...It works!!! Not because it solves the problem but while the coin in the air...u will know what ur heart is really hoping for...

Lanjut...Putus...Lanjut...Putus...Lanjut...

Begitu koin dilempar, aku tahu apa yang kuharapkan.

Kadang hal kecil  dapat meneguhkan suatu keputusan besar...

 

-----------------------------------------------------------

Nice, Perancis, April 2010

 

Dari balkon hotel kusaksikan taburan bintang di langit Nice bersiap menghantar penghuninya lelap keperaduan. Bau dedaunan yang dihembuskan angin, mengusik rasa aneh yang tiba-tiba menyeruak. Aku jadi teringat Rafi, dimana dia sekarang...? Lama kami tak bersua. Terakhir aku melihatnya lebaran lalu, itu artinya sudah lebih dari enam bulan. Perasaan hangat membuncah didada.

Ah....! Aku terlalu malu berbasa-basi mengirimnya pesan... Akhirnya, kukirim sebait pesan untuk ibu dan sebuah salam, "Bu, sampaikan salamku untuk Rafi..."

Rumah kami bersebelahan. Kebiasaannya kalau dia pulang, Rafi pasti akan menemui ibu. Selalu begitu.

Akupun  kembali berkutat didepan  laptop,  menulis laporan perjalanan seputar Nice yang akan dimuat secara berseri.

 

"Nice (baca: ni:s) terletak di Perancis Selatan, di tepian Laut Tengah, antara Marseille dan Genoa. Nice dijuluki sebagai La Belle atau The Beautiful Nice yang menunjuk pada keistimewaan kota ini sebagai pusat turis utama dan resort nomor satu di Riviera Prancis-Cote d'Azur.

Ada banyak pilihan wisata yang ditawarkan. Bagi yang suka mengunjungi museum, anda bisa mampir di Museum Matisse. Museum ini menyimpan lukisan, karya seni, foto maupun barang-barang yang digunakan oleh pelukis Henri Matisse semasa hidupnya. Ada juga Museum Arkeologi Nice atau Palais Lascaris, museum seni rakyat. Bagi yang suka mengunjungi istana, ada banyak istana yang membuat anda tak berhenti berdecak. Salah-satunya adalah istana Le Chateau. Anda dapat melihat panorama kota dan pesona  pelabuhan dari atas ketinggiannya.

----------------------------------------------------

-----------------------------------------------------

 

Seville, Spain Mei 2010

 

Seorang perempuan berwajah cerah melambaikan tangan kearahku. Ketika aku berusaha mengabaikannya, dia mengulangi lambaian tangannya, kali ini tangannya ikut menunjuk.

Aku menoleh kebelakang untuk memastikan... Tak ada orang dibelakangku...

Dengan gamang aku menghampirinya. Dia menanyakan beberapa menu dalam daftar yang dipegangnya. Oh la-la...alis hitam lebat dan hidung mancungku mengecohnya, turis itu mengira aku adalah pemilik café Exotica Gastronomia de Morocco. Akupun menjelaskan kalau aku sama-sama turis sepertinya. Sejurus kemudian kami menjadi akrab. Dari dialah aku mendapat tambahan referensi tentang beberapa bangunan elok beraksitektur abad pertengahan yang ternyata hanya berjarak beberapa blok dari hotel tempatku menginap di Inglatera. Lumayan untuk tambahan cerita sebelum petualangan yang sebenarnya dimulai antara Granada dan Cordova.

 

---------------------------------------------------------------------------

 

Cordova, 7 Mei 2010

Sebuah peristiwa tepatnya sebuah kesalahan terjadi, saat kelelahan membelit dan kantuk menyergap di dalam bus yang melaju kencang dalam perjalanan kami dari Cordova menuju hotel. Sebuah hentakan keras melemparkan tubuhku dengan mudahnya keluar bus. Tidak ada kesakitan atau darah keluar dari tubuhku

--------------------------------------------------------------------------

 

Dalam gerakan lambat, aku menyaksikan apa yang terjadi ...

Orang-orang bermasker menempatkanku di sebuah ranjang yang terlihat mengerikan,terletak ditengah ruangan. Diatasnya ada beberapa lampu sorot, panel-panel yang saling terhubung satu-sama lain, peralatan serta mesin oksigen, tiang infus, peralatan bedah dan lain-lain yang tidak kumengerti kegunaannya.

Dan mereka mulai menandai kepalaku... Sepertinya mereka akan membedahnya, bagai menguliti sebuah kelapa...

----------------------------------------------------------------------------------

 

Hari ketujuh pasca pembedahan.

Ada yang mengganggu ketenanganku...saat dimana jutaan neuron di otakku  saling mengirim dan menerima sinyal. Membawaku ke pusaran labirin,.. menarik waktu berputar ulang... Seperti kotak musik dengan Ballerina seorang gadis cantik yang menari ditengahnya, Ballerina yang menari-nari di kotak memoriku adalah seorang gadis kecil yang ringkih, penuh amarah dan ketakutan. De javu...Berkelabat dan berulang seperti slide sebuah film yang tak putus-putusnya...

 

De javu April, 1990

Ayah mengabarkan, Oma telah pergi, diambil Tuhan ke langit.  Diambil Tuhan? Apakah artinya sama seperti ketika pensilku diambil Andi, temanku yang usil...? Kata itu membuatku tak nyaman. Seketika nafasku sesak seperti seekor burung yang sayapnya patah dan terengah-engah mencapai ranting pohon....

 

De javu Juni 1990

"Aku punya hadiah untukmu...", inilah kalimat Lusi yang menjadi awal terorku ditengah malam. Dihalaman belakang sekolah yang sepi, Lusi dibantu pengikut setianya memasukkan seekor monster kecil bersungut panjang. Seekor kecoak terperangkap dalam baju belakangku.

Teriakanku melengking membelah langit tapi tak satupun gaungnya terdengar keluar....Keringat dingin bercucuran, menganak sungai dalam seragam putih yang kupakai. Aku tidak tahu berapa lama aku terkapar sampai ada yang menolongku...

 

De javu Desember1990

Ayah memperkenalkan seorang perempuan yang tak disebutkan namanya. Aku hanya memanggilnya Tante, seperti ayah menyuruhku. Suatu hari seperti biasa, ayah membawaku berkunjung menemui tante. Yang tak biasa adalah, aku melihat tante itu menangis dalam pelukan ayah. Oh... ! Sekuat hati aku menahan amarah...Bagaimana mungkin ayah membiarkan seseorang memeluknya selain ibu? Kemarahanku hanya terlihat oleh ayah sebagai tangisan seorang anak kecil yang meraung-raung...

 

De javu Mei 1991

"Gadis kecil....apa yang kau lakukan....di sini...", suara ayah terdengar disela isak tangisku. Aku terkunci berjam-jam disebuah gudang gelap, tempat ibu menyimpan rempah-rempah dapur...Bau bawang menyengat menusuk hidung. Udara pengap...

 

------------------------------------------------------------

 

Namaku Amira, umur delapan tahun. Kami tinggal disebuah kota kecil di perbukitan.

Aku adalah pemimpi. Diantara tiga bersaudara, hanya aku yang punya pemikiran rumit tentang adanya dunia yang penuh warna di luar sana selain dunia kami yang dibatasi hamparan  hijau kebun apel dan putihnya kabut di kaki bukit.

Ibu selalu menjadi penyemangatku. Katanya, kalau aku ingin bernasib baik seperti kedua saudara perempuanku yang lain, aku harus bisa meniru mereka.

"Kedua kakakmu rajin dan pintar, karena itu Mira, juga harus rajin dan pintar" tutur Ibu di suatu petang.

Hanya meniru...? Pikiran kecilku menari-nari, Mudah sekali... Kenapa tidak...?

Tapi....

Kedua kakak perempuanku itu memang rajin, pintar dan juga bernasib baik.  Mereka bersanding dengan laki-laki terbaik di desa kami dari segi bibit, bobot dan bebet. Itulah impian terbesar mereka.Yang tidak diketahui Ibu dan kedua kakakku itu , impianku jauh lebih besar dari mereka bahkan melebihi isi kepalaku.

 

"Aku ingin keliling dunia...", seruku, suatu hari.

"Keliling dunia...? Mau kemana...?", Kak Lia dan kak Mia berbarengan bertanya dengan menahan senyum.

" Ketempat Alice..." jawabku spontan.

Alice...nama itu kukenal lewat  salah-satu buku cerita  pemberian Ibu yang dibelinya dari tukang loak di pasar. Buku cerita bergambar itu tersusun dari kalimat yang tidak sepenuhnya dimengerti pikiran kecilku, terutama dengan nama-nama tempat yang terasa asing. Yang terpenting bagiku, buku berjudul Alice in Wonderland itu merupakan muara dari samudra mimpi yang meletup-letup. Aku serasa menemukan jalan setapak menuju tangga impian yang geliatnya mampu membuatku tahan berjam-jam duduk tenang mendengarkan guru mengajar. Apa yang kuyakini,  impian membuat segalanya terlihat lebih mudah.

 

 

 

Gulungan mimpi itu kusimpan dalam sebuah kotak musik berukir pemberian ibu yang selalu kubawa kemanapun pergi. Setiap kali aku membutuhkan kekuatan, kubuka kotaknya dan kusimak Sang Ballerina menari diiringi denting-denting nada yang teralun penuh makna. Dalam bayanganku, akulah Sang Ballerina. Seorang gadis tangguh yang piawai menari diatas satu kaki dan seorang gadis cilik dengan mimipi yang besar.

 

Hari ke empatbelas...

 

Aku merasa lebih baik sekarang.... Perasaan itu terbantahkan ketika kulihat masih banyak selang yang centang-perentang  menempel disekujur tubuh.

Ah....Mengapa aku tampak menyedihkan seperti ini...? Kemana orang-orang yang kucintai...? Aku  ingin pulang...

Sekuat tenaga aku berteriak ingin pulang tapi tak satupun dari orang-orang yang berlalu lalang disekitarku menghiraukan...

"Hey...! Coba lihat... Aku sudah sembuh...Lihat...! Aku bisa bergerak..." kedua tangan kugerak-gerakkan... Tetap saja, mereka hanya datang,  mencatat dan berlalu.

Akupun mulai meningkatkan atraksiku, kupencet panel diatas kepalaku, kutarik selang oksigen, kucabut jarum yang menusuk lenganku...

Tiba-tiba bunyi melengking keluar dari sebuah monitor yang terhubung denganku ...Orang-orang yang berbaju putih-putih  menyerbu masuk kekamar dengan membawa aneka peralatan.

 "Stop... ! Jangan menyakitiku lagi... ...Berhenti...! Aku hanya ingin pulang..."seruku bertubi-tubi.

 

Sesaat aku merasakan tubuhku membelah...jiwakupun turut terbelah...

Seribu sayap menghantarku mengikuti cahaya, menembus ruang dan waktu, membawaku ketempat dimana kegalauan bersemanyam.

Berhenti  pada sebaris tulisan nama yang mulai luntur: LUSSY Saraswati...

Ibu pernah mengatakan, "Jangan balas kejahatan dengan kejahatan, biarlah alam yang akan membalasnya..." Aku tidak pernah berniat membalasnya. Kupandangi pusara yang tampak kotor, kusam dan tak terawat...Entah bagaimana caranya dia pergi, terkesan tak ada seorangpun yang bersedia mengingatnya.

----------------------------------------------

Jiwa yang terbelah membawaku pada seseorang yang selalu mengisi pikiranku tapi tak pernah menyentuh hatiku.

Pendar kepedihan berserabut dimatanya. Dani... Menyintaimu adalah sebuah ke-absurd-an.

Seorang perempuan bisa dipaksa menikah dengan seseorang yang tak dicintainya tapi seorang laki-laki tidak akan bisa menikah dengan seseorang yang tak dicintainya. Mengapa kau memaksaku untuk percaya...? Sesorang tidak akan tahu arti seseorang baginya sampai dia kehilangan. Kesadaran yang datang terlambat...

--------------------------------------------------

Seribu sayap itu mengantarku melihat sosok yang begitu kukenal,.. Rafi! Aku mengenalnya sama seperti aku mengenali aroma apel yang terbawa angin dari perbukitan.

Rafi tengah khusyuk diatas sajadah...

Entah mengapa, perasaan aneh selalu menggelayut jika nama Rafi melintas.

----------------------------------------------------

Sejuta cahaya membawaku berdamai dengan hati yang menyimpan amarah.

"Ayah..." Aku memanggilnya "Aku melihatmu memeluk Tante itu..."

Aku memeluknya dan berbisik pelan ditelinganya..."Ayah, hari ini aku memaafkanmu...Biarlah ini menjadi rahasia kecil kita berdua..."

Aku melepaskan pelukanku dan mencium keningnya lembut...Walau dia tak dapat mendengarku, aku dapat melihat bias kelegaan diwajahnya. Dia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan seperti menghilangkan sebuah beban... Beban yang juga kusandang selama bertahun-tahun.

----------------------------------------------------

Seribu sayap, sejuta cahaya dan kerinduan, menuntun kepelukan seseorang yang teramat kukasihi. Ibu adalah orang yang kuduga paling bersedih dengan apa yang terjadi padaku bahkan setelah semuanya  berlalu bertahun-tahun lamanya. Aku tak melepaskan pelukanku sampai...

Airmatanya kurasakan membanjiri hatiku...

--------------------------------------------------------

Balerina itu muncul lagi dalam kepalaku....Menari-nari diatas satu kakinya, meliuk-liukan tubuhnya bagai untaian tali. Sorot lampu berpendar mengikuti gerakannya....Berputar, melayang, berlari.... Alunan nadanya menyatukan hati dan jiwa yang terbelah.... Kulihat...Ballerina itu tak lagi sendiri.... Peri-peri kecil terbang mengitarinya.

Sang Ballerina, seorang gadis cantik dengan kedua tangannya terangkat keatas, badannya terdongak kedepan hingga berat tubuhnya tertumpu pada satu kaki, masih sama seperti saat ibu memberikan kotak musik itu padaku. Akulah Sang Ballerina....

 

Sebuah alat berbentuk kotak menekan kuat di dada... Lagi...dan lagi...Kejut listriknya bagai gelombang panas yang beriak di seluruh simpul-simpul syarafku, .............rasanya sekujur kulitku melepuh... Napasku tersengal-sengal...

Tubuhku bergetar.... Seseorang memegang tanganku. Kubuka mata yang terkatup rapat. Samar-samar kulihat beberapa orang berpakaian putih...Mereka saling menyapaku...

"Holla...Como esta usted...?"

"Speak english..?"

"Not to worry, you are ok.."

"Este es un verdadero milagro ... un milagro ..." seru salah seorang dari orang-orang berbaju putih.

 

"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS, Al-Munafiqun, 63:11)

---------------------------------------------------------------------------

NDE (Near Death Experiences) atau orang awam menyebutnya mati suri adalah suatu fenomena yang dapat terjadi saat manusia mengalami koma. Ada yang merupakan bentuk life review process (paparan ulang atas kehidupannya), ada juga yang mengalami kejadian out of body experience (pengalaman keluar dari tubuh). Tiap orang mengalami NDE yang berbeda satu-sama lain. Ada yang memiliki sensasi menyenangkan atau sebaliknya. Kini NDE sudah dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah melalui teori gelombang listrik.

 

Cerita dalam note ini hanyalah fiksi, jika ada kejadian, nama, tempat dan waktu yang sama, hanyalah sebuah kebetulan.

 

May Allah forgive us all and keep us in the grace of His Rahmah. Allahuma Ameen.

 

Note Story: Originally Written by Layla F Thalib

 

Inspired by:   Sirin and Rana

Edited by  :    Ghana, Inayah and Rima

Published by:  Facebook

Supported by: Faisal A Maudah

Tarian Ballerina


  • 18 June 2020

    Lima sekawan

    Sedari kecil aku suka sekali membaca. Dirumah aku menghabiskan waktuku dengan membaca semua buku yang bisa kubaca. Dari mulai buku paket sampai majalah anak-anak. Untuk buku paket yang gemar kubaca adalah: buku RPUL (ini buku yang bisa menjawab semua pertanyaan tentang pengetahuan umum yang sering diajukan di acara favourite keluarga kala itu, cerdas cermat TVRI) 
    Untuk majalah ada banyak ragamnya, mulai dari majalah BoBo, Kawanku, Ananda, Donald bebek (baru baca hari ini katanya peredarannya dihentikan, so sad...:(
    Juga Sapta Siaga, Lima Sekawan, dll. Semua buku-buku karangan Enid Blyton adalah bacaan kesayangan. Kalau sekarang mungkin Enid Blyton ini setara dengan JK Rowling yang bukunya juga dikoleksi kedua anakku.
    Tiap kali habis membaca SS atau Lima Sekawan, aku selalu memikirkan bagaimana bisa meniru tingkah pola mereka di dunia nyata (pengalamanku dibawah ini bisa jadi catatan bagi ortu...)

    Ketika aku membaca salah-satu kisah petualangan mereka (SS) melakukan pengintaian di pelabuhan untuk menggagalkan suatu rencana jahat. Saat itu aku pengiiin sekali minta ijin ke ortu mau ke pelabuhan dan mau curi-curi dengar pembicaraan para nelayan. Barangkali ini bisa jadi suatu petulanganku di dunia nyata. Haha...segitu koyolnya pikiranku (seingatku aku masih SD )
    Untung...Untung niatku itu hanya sebatas angan-angan. Kalau sampai terucap...Ah, gak tahu lagi bagaimana reaksi allahyarham abi...  😏

    Ada lagi, SS punya markas sebuah gudang tua. Pikiran kecilku langsung tertuju pada gudang diatas loteng. Akupun meminta  ijin abi membersihkan gudang dan berniat membuat markas disana bersama para sepupu. Tentu saja permintaan aneh ini ditolak tanpa penjelasan. Untung abi tidak marah dan hanya geleng-geleng kepala menanggapi permintaan gadis kecilnya. 
    Gudang penuh dengan barang dan segala makhluk hidup  melata ada disana mau dibersihkan anak-anak kecil ini,  biar tujuh hari tujuh malam nonstop gak bakalan bersih juga...😕
    Request ditolak tak menyurutkanku untuk meminta ijin yang kedua. Kali ini sehabis membaca petualangan Lima Sekawan yang salah-satu episodenya, digambarkan serunya tidur bebarengan di loteng. Akupun terinsipirasi untuk mencobanya. 
    Kebetulan rumah masa kecilku terdiri dari rumah induk dan paviliun. Gudang dan kamar penjaga rumah ada di loteng paviliun. Maka akupun mencetuskan petisi gerakan tidur di loteng dengan para sepupu. Aku maju menghadap dan meminta abi untuk memindahkan pak fendi, sipenjaga kesayangan keluarga untuk move on  ke kamar dilt 1 karena kamarnya akan kita pakai ...👀 
    Tetap ditolak tetapi  masih untung abi tidak marah dan hanya tersenyum lebar mendengar ide gadis kecilnya yang daya khayalnya ketinggian...🙈
    Aku kecil kuper ya, duniaku hanya sekitaran rumah dan teman bermain hanya sibling dan para sepupu. Untung suka baca buka...

    ---------------------------------
    Aku punya banyak Wa group, mulai dari group sepupu, group keluarga besar, group ipar, group teman SD, SMP dan SMA kecuali raul le...😏
    Bukan, kecuali group teman-teman kuliah. Begitu acara wisuda kelar, aku tergopoh-gopoh pulang, maklum masih menyusui. Sepertinya itulah terakhir aku bertemu teman-teman kuliah. Sepuluh tahun kemudian barulah jalinan komunikasi satu-persatu tersambung kembali. Bahkan kemarin aku baru bercakap dengan sahabat saat kuliah setelah 26 tahun tak bertemu (padahal masih searea tapi kita sama-sama gak tahu, ditambah adanya pandemi corona menyebabkan kita juga gak bisa bertemu). 
    Dalam perbincangan tengah malem yang panjang itu, Diana, menyadarkanku kalau kita saat kuliah kupernya kebangetan. Ketika di group dimunculkan beberapa foto, kita gagal mengenali sebagian besar dari mereka. Bahkan ada beberapa yang japri, aku sok akrab aja padahal bener-bener lupa, temenku ini dulu yang mana ya sosoknya. 
    Setelah dihitung-hitung, selama empat tahun kuliah kita hanya berpendar berlima saja, runtang-runtung kesana-kemari...Bandingkan ma anak sulungku yang temannya  bercabang dimana-mana sampai kek kantor JNE...🙈

    Aku, Ida (panggilan kesayangan Ido), dewi (dipanggil dewo), Diana dan Emma. Pada dasarnya kita adalah anak rumahan jadi kalau usai kuliah, paling cuman makan bakso didekat kampus terus pulang kerumah masing-masing. Atau kalau ada jam pelajaran kosong, biasanya kita ngumpulnya dirumah, sekaligus markas kita berlima. 
    Ido mewakili tipikal ibu kos, emak-emak banget yang selalu ngingetin sholat, yang paling sabar, yang suka ngasih tausiah, yang tasnya isinya kek kantong ajaib daraemaon. Apapun yang kita perlukan, gunting, peniti, jepit, Ido sudah siapkan duluan.Apapun yang kita tanya, Ido siap dengan jawabannya.
    Bahkan kalau kita lagi nyetir, Ido yang merangkap jadi navigatornya.  
    Diana tipikal ibu dosen, otaknya  paling encer diantara kita. Kegemarannya makan siomay dan krupuk. Meski sedang tidur kalau tukang siomay lewat didepan rumah, chemistry yang tersambung bisa membangunkan dia seketika. 
    Lain lagi dengan Dewo, si remaja masjid. Dia yang paling rajin nyari acara pengajian termasuk acara-acaranya kia kanjeng, Emha Ainun Nadjib. Kita rajin ikut kegiatan pengajian antar kampus ya berkat si Dewo ini.  
    Beda lagi dengan Emma, sipetualang. Sebetulnya Emma adalah pendatang baru, pindahan dari kampus lain. Emma ini yang memberikan ruh digroup kita jadi lebih hidup. Apa yang orang lain gak bisa, dia selalu bisa. Anaknya pedhe, bahasa inggrisnya cas-cis-cus, mentalnya tangguh, kalau bawa mobil mirip pembalap, pokoknya top deh.
    Sementara aku, tipenya ibu RT, ya kuper-kuper begitulah...😉
    Selain berlima, ada juga bintang tamu di group kita seperti Hikmah, si kamus berjalan, Endang (Een) yang kalem, Aisyah yang serba bisa bin receh dan Evi yang pendiam. 
    Een sampai sekarang tak terdeteksi keberadaanya, sementara komunikasi dengan Hikmah terjalin online dan offline. Dengan Aisyah masih sering ngedate, lunch di mall. Bahkan putranya satu sekolah ma anakku yang sulung, sama-sama alumni SMA Alhikmah. Berita tentang Evi, membuat sesak dada. Kemarin digroup dikhabarkan kalau Evi meninggal karena sakit. Langsung terbayang wajah Evi dengan kacamata kotaknya dan senyumnya yang lebar. Evi beragama nasrani tapi dia gak risih gabung ma kita yang berjilbab. Pokoknya dimana ada kita, dia selalu nyamperin untuk nimbrung. 
    إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ.


    ------------------------------------
    Diantara lima Sekawan siapa yang menikah duluan...?
    Diana dan Emma mengawali kuliah dengan  calon pendamping yang siap siaga menjadi suami. Sementara kita bertiga masih setia menjomblo. Meski jomblo tapi penggemar kita banyak juga...namanya juga cewek, iye khan...😊  
    Ada cerita lucu, pas kita mau keacara pengajian di masjid ITS dan sedang menjemput teman di area kos mahasiswa ITS di klampis, tanpa sadar, gerak-gerik kita terintai dari lt 2 rumah kos yang berjejer-jejer.
    Ini seperti perempuan disarang penyamun, karena khan area kos anak ITS banyak mahasiswa cowok dibanding ceweknya.  Maka riuhlah cowok-cowok itu menggoda. Salah satu cuitannya yang membuat kita tersandung-sandung sepanjang jalan, begini-ni:
    "Mbak...lihat keatas dong, anak ITS masa depan cerah ..."
    Ha...ha...
    Usaha tidak akan menghianati hasil. Diantara kita berlima, yang akhirnya melabuhkan hatinya pada anak ITS, si Dewo. Pas deh, Dewo siremaja masjid yang rajin ke pengajian dapetnya anak remas juga. Pantesan si dewo ini kalau pengajian sudah bubar, diajak pulang agak susah,  masih betah berlama-lama di masjid...😏

    Status jombloku masih melekat sampai saat pengerjaan skripsi. Suatu hari, sepupuku yang cantik menelpon dan mengatakan akan datang berkunjung ke rumah. Sebelumnya kami memang akrab dan sering jalan bareng. Tibalah pada saat yang ditentukan, sepupuku datang. Kali ini sepupu datang tidak sendirian melainkan membawa teman. Aku yang sudah mulai bisa menebak arahnya (maklum dikalangan Arab, perkenalan seperti ini sudah biasa) tak berani memandang temannya itu. Bukan karena malu...Bukan... Tapi karena gak tega....Aduh nih orang koq ...banget ya. Titik-titiknya bisa diisi lugu, kusem, pucet, garing etc. 
    But dont judge book by its cover...
    Ternyata...Aku selalu bersyukur bertemu dengannya melalui sepupuku yang cantik nan baik, yang tak lain adalah bupati jember, dr Faida Mustahar Thalib MMR. Rasa terimakasihku padanya hanya bisa kuungkapkan dalam bentuk doa yang tulus. Semoga Allah Subhanahu Wata'alla yang akan membalasnya dengan seribu kebaikan. Nah khan kalau jadi mak jomblong, pahala jariyahnya mengalir terus-menerus...

    Siapa yang menikah duluan...?
    Jawabannya Emma yang memang sudah siap lahir -bathin menikah dengan mas Yud. Kita datang ke acaranya di Kediri. No urut yang kedua, aku menikah di Pasuruan. Inilah kehebatan perjodohan, begitu si calon lulus tes, abi langsung memberi date line, menikah  tiga bulan kedepan. Aku masih inget si calon yang sekarang sudah menjadi imamku, langsung terpucet-pucet, terkaget-kaget. Gimana gak pucet n kaget, ultimatum menikah keluar padahal baru kemarin acara wisudanya...😕 
    Yang ketiga disusul Dewo di madiun, yang keempat Diana dan paling buncit, Ido. Finally, putri yang dipingit ini menikah dengan kerabatnya Emma. Sebelumnya aku sudah berusaha menjodohkan Ido dengan teman-teman suami. Hanya jarak yang jadi kendala karena waktu itu suami bertugas di desa terpencil di Kalsel. 

    Btw: Ayah Ido sangat protektif, persis seperti abi. Sementara Ido, gadis cantik semampai yang penurut banget. Ido tidak akan keluar rumah kalau tidak kuajak. Itupun aku harus minta ijin ke ayahnya, Idonya sendiri gak berani. Persis deh kek aku dan abi. Beberapa kali Ido kuajak menginap dirumah. Sebenarnya agak susah mengajak Ido, karena ayahnya yang sering khawatir. Sumbernya dirumah cuman ada aku n pembantu saja. Karenanya, sambil bergurau aku bilang sudah minta perlindungan tentara satu kompi untuk mengamankan manyar (daerah rumahku). 
    Ayah Ido terkekeh...dan langsung mengeluarkan SIMnya, surat ijin menginap. Tak berhenti disini. Pagi-pagi sudah terdengar nyaringnya suara bel. Dari balik gorden kita berdua melihat, pak Rachmad sudah berdiri didepan pagar. Kitapun saling berpandangan...😊 Persis kek abi.
    Masyaallah tabarakallah, kedua ayah yang hebat ini insyaallah husnul khotimah insyaallah jannah.  

    Setelah menikah, kita tinggalnya berpencar mengikuti tugas suami masing-masing. Aku di Surabaya, Ido di jember, Diana di Sidoarjo, Emma di Pangkalan Bun, Dewo di Tangerang. Untung jaraknya berjauhan (kecuali Diana) kalau dekat, kasihan para suami. Ibu-ibunya bisa bikin acara tiap minggu... 😊

    Kemesraan ini janganlah cepat berlalu...Inshaallah kita selalu sehat dan tetap menjalin silaturahmi. 
    See you soon...


    “inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”

    Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/28149-boleh-mengucapkan-istirja-jika-ada-non-muslim-meninggal.html
    “inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”

    Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/28149-boleh-mengucapkan-istirja-jika-ada-non-muslim-meninggal.html
    “inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”

    Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/28149-boleh-mengucapkan-istirja-jika-ada-non-muslim-meninggal.html

    03 May 2020

    Review - review...

    Stay at home... 
    Kali ini aku gunakan untuk mereview kembali tulisan-tulisanku di blog. Terkadang senyum-senyum  gak nyangka aku bisa nulis begitu, terkadang juga jadi malu sendiri karena ada beberapa tulisanku yang terkesan lebay dan salah kostum. Maklum rentang waktu juga berpengaruh terhadap update ilmunya.  
    Lumayan juga ya aku sudah menulis untuk blog ini sekitaran 146 kisah/cerita/cerpen/ dll...Kalau dibanding penulis-penulis prof ini sih gak ada apa-apanya. Mungkin mereka bisa bikin tulisan sehari sampai berlembar-lembar tema gitu. Ya untuk seorang amatir, not badlah mengisi waktu luang dengan merekam apa yang terjadi disekitarnya dalam sebuah tulisan.
    Pengin sih sebenarnya mau bikin buku dari beberapa tulisanku tapi gak tahu harus mulai darimana. Ada yang bisa bantu...?
    Setelah dilihat-lihat dan dievaluasi, kutemukan beberapa tulisan terfavouriteku dengan viewer dan respon terbanyak, diantaranya berjudul:
    1.Perkawinan arab style
    2.Perjodohan dalam budaya Arab
    3.Jalan-jalan ke kota seribu batik
    4.Pilih sekolah negeri/swasta
    5.Barang branded Vs barang dupe.
    6.Memilih laki-laki yang baik
    ---------------------------
    Kalau aku amati, topik yang kearab-araban (menyangkut budaya), topik jalan-jalan (review-review tempat atau hotel), atau topik yang membuat pilihan ( pilih a atau b) sepertinya memenuhi hajat hidup banyak orang. Sementara yang adem ayem tulisan ringan dengan tema: tips. Mungkin karena diluaran tulisan dengan tema sejenis sudah meluber.
    Tema-tema tulisanku, idenya banyak diilhami oleh kedua anak perempuanku. Mereka adalah sumber inspirasiku. Samalah kek penulis lainnya, biasanya ide berawal dari apa yang terjadi disekitarnya. Meski mereka terkadang protes dijadikan bahan tulisan tapi karena si ibu punya hak veto dan hak voting akhirnya mereka pasrah. 
    Lucu sih, karena  tahu dijadikan bahan mentah, sepertinya mereka tidak berminat membaca blogku. Setelah ada temannya yang berkomentar, barulah kedua anak perempuanku itu, bertanya: "Mama, nulis apa ..? Ini ada temanku chat katanya bla...bla..."
    Kalau sudah ketahuan menggunakan nara sumber tanpa ijin, maka terpaksalah kupresentasikan ide tulisannya panjang-lebar. Maklum khawatir digugat karena si ibu gak punya hak cipta...😏
    Berkaitan dengan hak cipta ini, ada beberapa penulis blog lain yang mengambil gambar atau mencatut tulisanku tanpa ijin, paling tidak diinfo lewat emaillah. 
    Awalnya aku juga gak tahu  sampai ada teman yang menginfokan, gambar-gambar dari blogku diambil terutama tulisan yang bertema budaya arab. Ya sudahlah...mudah-mudahan kedepannya tidak ada lagi.
    -----------------------
    Ada beberapa komen yang langsung masuk ke Wa. Ada juga yang sekalian konsultasi masalah yang tengah dihadapinya. Ternyata...meski yang nulis profilenya emak-emak, yang konsul banyak anak mudanya lho...Happy banget dipercaya. Dan untuk menjaga amanah, aku tidak akan menampilkan chat mereka ataupun menyebut inisialnya. Nantinya aku cuman akan mengomentari secara umum saja.
    -------------------------
    Pertanyaan yang masuk, banyak menanyakan tentang apakah hubungan beda budaya (arab-jawa) mempunyai masa depan? 
    Aku jawab ya semampuku. 
    Sebetulnya jawaban atas pertanyaan ini simple saja, coba cari tahu dong dan yang paling kompeten menjawab adalah masing-masing invidu yang terlibat. Ada beberapa hal yang membuat sebuah hubungan tidak bermasa depan.
    Menurutku penyebab yang paling utamanya adalah kurang komitmen, yang didiskripsikan sebagai hubungan yang timpang. Salah-satu contohnya, yang cowok pengin serius yang cewek masih nyantai, ya hubungan yang terjalin, geje, gak jelas banget alias tidak bermasa depan (bisa juga sebaliknya). Atau ceweknya yang cinta mati sementara cowoknya adem-ayem ya gak bermasa depan juga. Jadi bukan dari perbedaan sukunya tapi lebih kearah komitmen masing-masing personnya.

    Ada juga yang menanyakan, apakah harus sabar menjalin hubungan dengan cowok arab?
    Hmm...Sabar itu sifatnya general. Dalam menjalin hubungan memang kudu sabar karena setiap orang adalah unik. Pola pikirnya bisa beda, budaya dalam keluarga bisa beda, kepribadiannya beda, status-sosialpun  bisa beda. Sabar adalah modal dasar keberhasilan menjalin hubungan. Kalau cowoknya bertabiat keras, ya ceweknya yang kudu sabar ngedem-ngademin, kalau ceweknya gak sabaran ya cowoknya yang kudu sabar ngadepin.  Jadi bukan karena cowoknya arab, terus harus sabar. 
    Beruntunglah kalau punya cowok yang sabar dan berbahagialah kalau jadi orang sabar.
    Ada juga yang nanya, kenapa cowok/cewek arab cemburuan...?
    Ya karena mungkin dari budaya. Dalam budaya arab, akses komunikasi antara laki-laki dan perempuan  terbatas even itu masih saudara/sepupuan. Paling kita cuman akrab saat kecil setelah dewasa mah kalau orangtua dan anak saling cocok, bisa dinikahkan ma sepupu sendiri lho... :)
    Terbiasa dengan akses terbatas dan merasa nyaman-nyaman saja, mungkin perlu waktu untuk penyesuaian diri  dengan hal baru.