08 October 2020

Move On..

 

Seorang gadis kecil memandang sekeliling dengan pandangan penuh haru. Itu adalah hari terakhirnya di sekolah, sesudahnya dia akan meneruskan ke jenjang sekolah lebih tinggi yang hanya berjarak beberapa meter saja dari rumahnya. 

Dan setelah tiga tahun, kembali si gadis remaja menatap nanar sekolahnya karena dia harus melanjutkan ke jenjang atas. Kali ini sekolahnya yang baru berhadap-hadapan dengan rumahnya. Dan berpuluh-puluh tahun kemudian, si gadis tanggung telah menjadi ibu dua orang anak, melanjutkan hidupnya di kota yang berbeda. Tahun-tahun yang terlewati, kehidupan baru yang  lebih menantang tak membuat perbedaan pada memori yang tersimpan tidak saja di kepala tapi juga di hati. Setiap ingatan itu menyeruak, perasaan membuncah dan aku harus menahan  bulir-bulir hangat yang siap menetes. Lewat depan sekolah anak, lihat rumah atau toko jadul, bahkan mengingat hari kemarinpun bisa membuat hatiku terharu-biru.

"Mama gak bisa move on...."Mama baperan" begitu selalu dan selalu begitu komentar kedua anakku setiap mereka memergoki ibunya lagi termangu-mangu memandang sesuatu atau teringat sesuatu.

Begitupun kemarin saat guru les yang sudah bertahun-tahun mengajar si sulung dan si bungsu, datang bersilahturahmi (tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan) duh rasanya pengin nangis.

"Pak Edwin sering-sering datang ya nengok Sirin n Rana..." kataku senang menyambut kedatangannya. Saking senangnya bisa melihat pak Edwin lagi sampai-sampai bilang ke suami pengin cepet-cepet punya cucu supaya bisa dileskan sama pak Edwin (suami: emang cucunya bisa langsung SD gitu...)πŸ˜… 

Seperti ada yang hilang, biasanya tiap pak Edwin datang ikut mikir nyediaian kuenya atau makannya atau nanya-nanya perkembangan belajar anak-anak. Bukan saja pada guru les anak, saat si sulung mau pamit balik boyongan ke surabaya pada penjaga kos, koq keknya aku yang lebih terharu. Saking cocoknya aku ma penjaga kos si sulung  sampai-sampai aku memaksa si bungsu untuk kuliah di malang saja. (tentunya plus faktor-faktor pengaman yang lain, diantaranya jarak yang lebih dekat, banyak saudara di malang dibanding di Yogya yang nihil).

Kebetulan (alhamdulillah...) Rana diterima di dua PTN, Malang dan Yogya jadi bisa milih. Setelah melalui pertimbangan panjang-lebar dan alot, dibumbui linangan airmata segala, akhirnya ngalah deh, demi impian anak yang sudah kesengsem sama UGM dan Yogya. Gak habis mikir, nih anak belum pernah pisahan ma ibunya koq bisa-bisanya milih kuliah di luar kota, gak ada tolnya pula...πŸ˜” (next story). Duh...Apa ini yang disebut baperan?

Si sulung Sirin, sudah kembali ke rumah setelah menyelesaikan Isipnya di Rs di Malang. Si bungsu Rana memang kuliah di UGM tapi sementara juga masih dirumah karena belajarnya daring. Suami juga sudah gak LDRan karena sudah pindah kerja ke Rs di Surabaya (next story). Apa ini yang disebut sindroma sarang kosong?

Sebetulnya semua ada dan masih dirumah. Sementara sindroma sarang kosong adalah: Istilah yang biasa digunakan pada orangtua yang memiliki rasa gelisah dan kehilangan karena anak-anaknya menempuh pendidikan atau menikah.
Mungkin ya...Mungkin juga tidak.

Ternyata gen tidak bisa move on atau baperan ini menurun alamiah ke anak bungsu. Kalau sih sulung mah persis ayahnya, cool and calm. 

Tetiba si bungsu masuk kamar dengan mata berkaca-kaca,  membawa baju yang tak pernah  terpakai, gegera corona tak ada lagi acara perpisahan kelas/sekolah yang bahkan sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Kalau yang ini, bukan cuman anaknya, emaknya juga jadi ketularan baper... 

Atau:

"Mama...Rana kangen ma sekolah..."

"Rana kangen ma temen-temen..."

"Ma...Gimana pak yang jualan depan sekolah.."

Kebetulan  sehari sesudahnya aku baca di koran, ada anak SD yang nangis pengin jenguk sekolahnya dan dibawa oleh ortunya malam-malam ke sekolah. Walau cuman dipagernya saja gak bisa masuk, rindu anak itupun sudah terobati. Koq mirip ya ...πŸ˜‰

Pernah sehari (baca: satu hari) setelah tiba dirumah dari acara homestay EF di London, si bungsu nangis sesunggukan bermenit-menit...sampai si ibu bingung. Waktu ditanya kenapa..? 

Katanya, "Rana kangen London..." 

Lho koq sama ma ibunya saat baru sehari dateng dari haji/umroh sudah berurai airmata pengin balik lagi dan lagi....😒

Keknya untuk emak-emak, tiga rangkai kata ini bisa sangat berhubungan, sarang kosong, baperan dan gak bisa move on. But untuk anak muda baperan dan gak bisa move on mempunyai arti khusus berkaitan dengan urusan hati. 

Aku sebagaimana kebanyakan ibu-ibu yang lain sangat kepo ma urusan anak-anak. Alhamdulillah...kita dan anak-anak saling follow di ig, fb dll. Meski terkadang aku suka nyinyir kalau ada postingan (terutama) foto anak-anak yang kurasa kurang elok. Baru semenit post di ig, aku sudah langsung dm untuk dihapus. Supaya tidak menimbulkan perdebatan, aku sering menambahkan kata-kata horor, "Cepet dihapus sebelum baba lihat". Kata-kata ini manjur banget, gak pake a...i...u.e..o...langsung postingannya dihapus. Sebelumnya, kalau ditulis begini, "Cepat dihapus mama gak suka..." Tuh postingan masih sempet bertengger beberapa jam sampai satu hari. Begitu dikaitkan dengan si ayah, langsung deh hilang dari pandangan. Powerfull ya sosok ayah dimata anak gadisnya. Monggo bisa dicobaπŸ˜€ 

Setelah dihapus, muncullah catatan kaki yang intinya mempertanyakan kenapa mama n baba terlalu masuk "ranah pribadi". Rupanya anak-anak juga malu sama temen-temen di Ig kalau ada postingan yang direvisi. Kalau bagian jelas-menjelaskan begini, aku memberi kesempatan seluas-luasnya pada Yang Dipertuan Agung untuk memberi pencerahan pada putri-putrinya.  Alhamdulillah mereka akhirnya mengerti, kalau memposting foto yang antara iya dan tidak, dikirim ke emaknya dulu. Nanya boleh-gak diposting?

Kalau curhatan berupa tulisan, boleh-gak? Hmm...keknya gak bakalan curhat deh soalnya si ibu fans berat media sosial anak-anaknya (baca: dalam pengawasan...πŸ˜‰) Untungnya juga si sulung termasuk tipe berdarah dingin, susah sekali mo curhat dan si bungsu termasuk tipe statis di media sosial.

Terlepas dari undang-undang domestik,  kalau baca curhatan di media sosial terkadang aku ikutan baper juga Ada yang bikin sedih, bisa ngakak atau bisa gemes/marah. Anak-anak sekarang memang kreatif mengungkapkan perasaannya. Reaksi tergemes kalau baca curhatan kekasih yang tak kunjung melamar atau yang tak setia. 

Untuk kekasih yang tak setia, hanya ada satu nasehat terbaik yang bisa kuanjurkan adalah lepaskan dengan dp nol persen,  alias tanpa syarat. Gak usahlah dicari alasan dibalik batu atau berusaha bijak dengan memahami kekhilafannya atau memberi kesempatan kedua dll. Tidak setia pada hakekatnya suatu perilaku merendahkan diri sendiri yang tersusun, terencana dan terstruktur. Termasuk dalam kategori perbuatan yang paling tidak menyenangkan dalam sebuah hubungan. Sebelum menikah, satu-satunya  yang terdampak dalam sebuah perselingkuhan adalah ananda, tidak ada pemberat lain seperti anak. Jangan pikirkan orangtua karena yang ada dalam otak orangtua jika dibelah hanya ada satu kalimat yang terukir disana,  kebahagian anak-anaknya. So pertimbangan melepaskan lebih mudah daripada mempertahankan. Galau sebentar aja boleh selanjutnya move on lah...Akan ada suatu masa, bahkan ananda tak pernah lagi mengingatnya.

After married, nasehat ekstrem ini harus dilihat dari berbagai sudut pandang, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Kalau untuk kekasih ada lyrik, "Kejarlah selingkuhanmu..." kalau untuk suami/istri, ada beberapa dalih kuat yang bisa meredam niat extrem untuk melepaskan pasangannya. Masalahnya lebih rumit, harus dilihat case by case dan solusinya juga personal tidak bisa digeneralisasi. Dan untuk keputusan final perlu waktu untuk meneduhkan hati yang porak-poranda akibat badai yang tak terundang.

Ali bin Abi Thalib berkata “Jangan membuat keputusan ketika sedang marah, jangan membuat janji sewaktu sedang gembira".

Dalam sebuah rumah tangga selayaknya ada sebuah lemari besar  dengan banyak laci. Disisi kiri lemari, dalam tiap lacinya tersimpan kartu "Maaf" dan disisi kanan dalam lacinya tersimpan kartu "Maafkan". Kartu-kartu itu saling bergantian muncul, durasinya bisa perhari,  perjam atau bahkan permenit. Awal terbentuknya dari penyeseuaian diri yang masih prematur selanjutnya berproses untuk sebuah kesalahan dan bahkan bisa bersandar pada sebuah kekhilafan. Maaf dan Maafkan adalah perwujudan dari karakter pasangan. Masing-masing dapat dimainkan sesuai peran dan porsi yang disepakati. Bila melewati batas, sabar adalah kata kuncinya dan pelengkapnya adalah tawakal. Bagi orang yang sabar dan tawakal,  kata khawatir dan takut sudah terhapus dari direktorinya. 

Seberapa siapkah ananda menjadi orang yang sabar dan bertawakal? 

Tidak ada pembenaran untuk sebuah penghianatan...Berhati-hati lebih baik. Salah-satu upaya yang bisa dilakukan adalah seleksi calon secara ketat, yang utama adalah soal agamanya. Selingkuh itu masuk dalam ranah zina. Diasumsikan sosok laki-laki yang alim tidak akan berdekat-dekat dengan ranah ini. Syukur banget kalau nilainya ++, asal jangan minus ya. Kalau yang lain-lain baik banget tapi sholatnya kek kain perca, tambal-sulam,  gimana? Aku sering jumpa pertanyaan seperti ini. Dari urutan ahlaq, shalat itu nomer satu. Jangan mau dilamar ah...sampe sholatnya bener.

Bagaimana dengan kekasih yang tak kunjung melamar...?

Thrick or Threat. Beri aku mahar atau kulepaskan kau.

Post "Halalin dulu" berseliweran di media sosial. Kalau sudah berani memanggil sayang, halalin dulu. Kalau sudah berani bilang rindu, halalin dulu dong. Slogan ini ditujukan untuk membatasi ruang/space saling mengenal antar pasangan dan mendorong mereka  menuju jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Kalau kelamaan gak dihalalin akhirnya terbitlah kata mantan, keburu diambil orang...😭

Sebenarnya semua orang sudah sangat tahu, durasi penjajakan (baca: pacaran) yang lama tidak menjamin akan berakhir di pelaminan. Mengapa...? Apa durasi yang lama menjamin penyesuaian yang lebih baik? Tidak juga. Menjamin kesamaan visi, misi? Tidak juga. Menjamin kelanggengan hubungan? Tidak juga. Tidak ada jaminan dari orang lain karena sebenarnya yang menjamin adalah diri  sendiri, dari niat. Kalau niatnya membina hubungan untuk menikah beda penampakan dengan membina hubungan untuk bersenang-senang. Kalau yang pertama status jelas, perlakuan terarah, koridornya terang dan restupun sudah ditangan. Kalau yang kedua, bagi pihak cewek: status meragukan, membuat galau dan rawan perundungan. Sementara bagi pihak laki-laki nothing to lose.

Wanita tidak bisa mengubah pria hanya karena mereka menyintai pria tersebut. Pria akan berubah dengan sendirinya jika ia benar-benar menyintai wanitanya.  -Steve Harvey-

Kalau sudah digunakan berbagai pendekatan masih tak ada tanda-tanda membawa mahar...So wake up ananda, mesti jeli dan cermat dalam memilih pasangan. Lebih baik bersabar dan memperbaiki diri untuk mendapatkan jodoh yang sekufu daripada cepat dapat pasangan tapi status digantung. Move on dan jangan baperan ntar jadi emak-emak...πŸ˜…

Ada satu  video yang bagus sekali isinya, lihat ini

Semoga bermanfaat. See You in the next post

 

 

No comments:

Post a Comment