"Mama boleh gak Rana kuliah diluar Surabaya? Tak sampai sedetik akupun menggeleng tanda tak setuju.
"Di UGM masa sih gak boleh?" Aku menatapnya sejurus. Aku tahu gadis remaja didepanku ini berusaha membangkitkan sensasi masa lalu yang diingatnya melalui cerita-ceritaku dikala senggang.
Aku tetap menggeleng. Dan diapun berhenti berkata-kata. Hanya untuk sementara...!
Setelah hari Rabu itu, yang akupun tak ingat lagi tanggal berapa, si bungsu tak henti menggodaku dengan obsesinya pada tiga huruf yang pernah juga menghiasi isi kepalaku. UGM memang kampus impian.
Subhanaallah...Dejavu. Tuhan tolong aku...Katakan padanya...😕ðŸ˜
"Bi, bolehkah Ila kuliah di Yogya.." Abi menggeleng. "Di UGM...?" Kedua kalinya abi menggeleng. Aku masih memaksa, aku bilang jurusan yang kupilih hanya ada di UGM. Abi tetap menggeleng dan keluarlah kalimat pamungkasnya "Pilih jurusan apa saja asal di Surabaya atau di Malang. Abi tidak akan membiarkan anak perempuan jauh dari Abi" Dan akupun meleleh...
Kalimat sakti itupun kupake ke anak bungsu. "Mama tidak bisa jauh dari Rana..." Ntar kalau dibilang Rana gak bisa jauh dari mama malah dia pengin ngebuktikan kalau dia bisa, ambyar khan. E...gak mempan. Rana lebih pintar, dia malah yang bilang mama harus siap melepasnya.
Dalam membantu si bungsu sukses menjadi pejuang UTBK, kita saling bahu-membahu mengatur strategi. Pilihan sekolah swasta kita tutup. Kita fokus ke PTN (surabaya dan malang) dengan beberapa pilihan jurusan dan pilihan jalur masuk (mandiri dan internasional). Si bungsu beda dengan kakaknya yang lebih mandiri dan pedhe dalam memilih jurusan. Rana sering terjebak bimbang dalam memilih jurusan. Galau memilih FK, Psikologi, Farmasi atau FKG. Meski memiliki sifat yang beda, Rana ngefans ke kakaknya, finally dia memilih jurusan yang sama. Sebelumnya kita juga ikutkan tes bakat-minat dan konsultasi ke psikolog untuk mengatasi hambatan belajar. Rana ini orangnya perfect, organized dan detil. Ini bisa jadi kekuatannya tapi juga bisa jadi penghambat karena dia mendorong dirinya terlalu keras. Ditambah sifatnya yang moody, kombinasi yang pas untuk membuat was-was.
Sambil menunggu pengumuman, waktu antaranya digunakan untuk persiapan tes jalur mandiri dan internasional. Nah disinilah takdir berjalan...Kalau si sulung kepandaian merayu bikin hati meleleh, kalau si bungsu sifat penurutnya itu yang bikin hati lumer. Saat si bungsu request,
"Mama boleh gak Rana daftar UGM...Gak pake test lagi, dilihat dari nilai UTBK saja..." Mata beningnya bekerjab-kerjab penuh harap. Satu kali...dua kali...sepuluh kali dilontarkan, kitapun mulai melemah dan inilah prosesnya. "Cuman daftar aja ya..." Aku mewanti-wanti untuk tidak berharap lebih.
Saat UTBK, Rana memilih Unair dan UNS sebagai pilihan kedua. Penginnya Unair dan UB biar sama-sama di jawatimur tetapi dengan pertimbangan FK Unair tidak bisa disandingkan dengan FKUB (entah benar entah hoax tapi ini yang diyakini selama bertahun-tahun) akhirnya kita memilih FKUnair dan FK UNS. Nanti UB dikejar melalui jalur mandiri. Alhamdulillah Rana diterima di pilihan kedua, di UNS Solo. Gpplah Solo khan deket ada tol, cuman 2,5 jam dari Surabaya. Rana juga tampak sumringah masuk dalam group Wa, maba FK UNS.
Pas weekend, kita meluncur ke Solo untuk tilik kampus dan hunting kos-kosan. Dalam memilih kos-kosan, aku mengandalkan rekomendasi teman dan dapat di Wisma Handayani. Ibu kosnya baik banget jadi sreg nitip anak disana. Disaat sudah memantapkan hati menuju Solo, takdir tengah berproses mendekati Rana. Saat itu kita lagi makan sahur, tetiba Rana dengan teriakan girangnya berkata kalau dia diterima di UGM. Subhanallah... Aku yang terkaget-keget kena serangan maag, mual dan muntah- muntah di sepertiga malam...😢
Panic Attack, aku seperti linglung. Bersikap menolak, gak tega, akhirnya abstain untuk menghormati perjuangan anakku. Untunglah si Ayah tanggap situasi dan memberi ucapan selamat pada si bungsu. Rana dapat menangkap keberatanku tapi kali ini lain dia menunjukkan teritorinya, kekeuh memilih UGM.
Singkat cerita...Rana tak bisa pindah ke lain hati, bahkan ketika dinyatakan diterima di UBpun Rana bergeming. UGM benar-benar sudah memikat mata dan hatinya. Aku mengandalkan power antar saudara. Ternyata si kakak yang juga merangkap si pembisik, kena sindroma solidaritas antar saudara kandung. Sang kakak malah menyakinkan kita kalau Rana lebih baik kuliah di UGM, kalau kuliah di Malang ntar mama n Rana masih saling merecoki n Rana gak belajar menjadi dewasa. Duh...mau dibantah tapi keknya bener juga...😕
Setelah mewawancarai hampir separuh penduduk bumi, meminta pertimbangan mama, umi, sedulur, sahabat, teman dll. kita mencoba legowo dengan pilihan si bungsu. Meski untuk itu aku harus menahan airmata, berdamai dengan deburan dada yang tak beraturan, insomnia dan serangan maag berhari-hari setiap mengingat putri kecilku itu akan jauh dari sisiku. Untuk menenangkan hatiku, si ayah memintaku merubah rasa khawatir itu dengan mendoakan yang terbaik untuk Rana. Sementara si sulung mengajukan usul yang kontradiktif.
"Ma, ntar Sirin ambil Spnya di UGM aja jadi bisa sekalian jagain Rana..." Hah...langsung jatuh mosi tidak percaya...😎
Satu-satunya pemberat bagi Rana adalah teman-temannya yang tergabung dalam maba FK UNS. Aku ikutan baper juga...terharu ketika teman-temannya mengucapkan selamat.
Setelah sempat tertunda, berangkatlah kita ke Yogya...hunting kos-kosan dan tilik kampus.
UGM dan Yogya
Tiap sudut menyapaku bersahabat
Penuh selaksa makna
No comments:
Post a Comment