25 January 2021

Belajar Bisnis...

 
 
Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku.
~ Umar bin Khattab ~
 
Hal baik ...
Kadang ditemukan tak terduga, 
Kadang disampaikan  oleh seseorang yang tak disangka,
Selalunya menginspirasi...

Saat ini, seluruh umat di muka bumi mengalami kejenuhan yang tidak terukur sebagai akibat menjadi tahanan rumah selama hampir setahun. Ada banyak keluhan tersirat, tersurat, tersayat yang bagi kebanyakan orang, pandemi ini adalah sebuah musibah. Dan bagi sebagian yang lain, pandemi ini diubahnya menjadi sebuah  kesempatan  untuk tumbuh dan berkembang.  

Bagiku, pandemi ini seperti uji nyali. Sebagai istri dari seorang dokter dan ibu dari seorang dokter yang tiap hari riwuh dengan fakta dan data tentang covid dan semestanya, aku mencoba mencari dimensi lain untuk tetap dapat berpikir normal  ditengah ketidaknormalan yang mengepung akal sehat. Tiap hari aku berpikir keras untuk melakukan sesuatu yang beda namun terjangkau dan terpenting bisa kunikmati. Paling tidak bisa mengalihkan pikiran beku dan  hati yang berdebar-debar tiap kali menunggu hasil swab. Entah berapa kali suami diswab untuk memastikan bahwa suhu badannya tetap dikisaran 36,5 C atau bila ada peningkatan menjadi 37,5 itu bukan karena disebabkan ketimpa dosa dari virus yang dihujat semua umat. Doa-doa yang dipanjatkan adalah kekuatan, mencoba berserah diri pada Dzat yang Maha Agung, Allah subแธฅฤnahu wataสฟala.   

Kalau hal baru itu seperti sebuah ramuan, aku mencoba mempertemukan unsur-unsurnya. Dan aku baru memulainya, belajar bisnis hijab...!

Bisnis bukan hal baru bagiku, dimulai saat kelas lima SD, aku menyewakan buku-buku cerita koleksiku keteman-teman, waktu itu dibayarnya pake karet tutup botol fanta, sprite atau seven-up. Sempat juga diupgrade pake uang receh, Rp 10,- untuk buku yang tipis, yang sedang rp: 15,- dan yang tebal rp 20,- Kala itu dapat duit segitu sudah senang banget...

Saat ikut  suami PTT ke Wasah, Hulu Sungai Selatan. Aku buka butik di rumah, jual baju-baju yang dikirim mama dari Surabaya. Balik dari PTT, aku coba-coba buka bisnis baju bayi, gagal, alias rugi. Belum sempat diwujudkan sudah keburu diajak pindah ke Surabaya padahal sudah terlanjur beli kain popok berrol-rol. Akhirnya kain popok dihibahkan ke ipar dan kesemua saudara yang lagi punya bayi.  Di Surabaya mencoba buka bisnis accessories pouch, sempat dititipkan ke supermarket Sinar (saat belum terbakar). Lumayan terdistribusi sampai stock habis. Lupa...stock habis itu karena terjual atau karena dibagi-bagikan...๐Ÿ˜ Yang jelas tidak berlanjut...

Sampai akhirnya berkenalan dengan bisnis homestay dan villa. Aku merasa disinilah passionku, dibidang property. Aku benar-benar menikmati peranku sebagai perancang tunggal semua ruang dalam homestay atau villa. Saking sukanya sama urusan decor-mendecor rumah, aku rela mengabaikan kesenanganku yang lain berkaitan dengan fashion, seperti belanja baju, tas, sepatu dan sejenisnya. Saat tengah menikmati hangatnya bisnis ini, datanglah tamu tak diundang, pandemi Covid-19 menghempaskan semua tatanan dunia, termasuk bisnis kecilku.

Ditengah kepungan pandemi, aku menemukan beberapa ide bisnis yang sepertinya masih masuk dengan passionku dibidang decor-mendecor atau memasak. Tapi untuk bergerak di bisnis kuliner, selalunya aku maju-mundur. Meski sudah dibekali dengan kursus memasak setahun di Monas Culinary Surabaya, aku masih merasa kurang pede. Bukan tak pede dengan masakanku tapi tak pede kalau bukan aku sendiri yang memasak. Pengin punya bisnis yang bisa ditinggal-tinggal. Setelah melalui pengamatan dan perenungan mantaplah aku mencoba bisnis hijab. 

Mengapa hijab...? 
Sebenarnya ini lebih kearah pengalaman pribadi. Berkali-kali kena prank soal jilbab terutama saat kondangan. Baju sudah oke, make-uppun dah flowless begitu dipake jilbabnya koq jadi ngeblank. Rombak lagi, coba lagi, rombak lagi sampai ketemu yang pas, untung suami sabar menunggu. Ribet banget ngatur jilbabnya, pengin sih pake jilbab yang simple but elegant. 
Begitupun aku sering mengeryitkan alis kalau melihat style anak-anak yang no style kalau lagi diajak pergi. Sebagai ibunya aku suka nyinyir,  masak sih kalah keren ma ibunya...Selidik punya selidik ternyata anak-anak bermain aman, kalau diajak pergi selalunya pake tunik dan celana jeans. Selain aku, babanya juga suka protes keras kalau anak-anak pake blouse yang kependekan. Dan satu lagi, baju-baju mix and matchku sering digemari anak sulung dan teman-teman. Jadi bukan aku yang merancang ya tapi aku yang mendesain ulang. Model aslinya masih tetap tapi kuvariasi tambahan kain lain untuk lebih nyaman pemakaiannya. Nah dari sinilah ide bisnis hijab itu muncul...

Pertama, ide ini kukomunikasikan dengan suami. Alhamdulillah suami yang tahu obsesiku mendukung sepenuh hati. Lalu bagian ter.... adalah minta restu mama. Ketika kuutarakan ideku mama kaget, dikiranya aku lagi kesulitan uang. 
"Sudah gak usah bisnis-bisnis...Kalau perlu uang, mama pinjemin aja"
Hmm...mungkin mama masih keinget  dengan wacana bisnisku yang gagal tempo doeloe. Akupun mencoba menjelaskan panjang-lebar bahwa salah-satu niatku  berbisnis adalah mengajari anak. Like Mother like daughter...

Jiwa bisnisku khan turunan dari mama. Aku masih inget, waktu SMP aku suka kesal kalau diajak ke Surabaya diselingi dulu dengan mampir ke pasar Turi. Bagiku pasar Turi adalah destinasi yang tidak menarik, tempatnya kotor, panas dan berdesak-desakan. Lain dengan mama yang antusias sekali kalau menginjakkan kaki disana sambil menyusuri lorong-lorong yang sempit menuju toko langganannya. Mama pebisnis handal, apa saja yang direquest orang, mama berusaha memenuhi, seperti: karpet, seprei, rukuh, baju sampai alat-alat dapur juga. Di Pasuruan mama sudah punya kenalan beberapa orang yang akan  memasarkan di kantor-kantor atau rumah tangga. Sampai sekarang hubungan baik tetap terbina. Kadang ketika aku mengunjungi mama, ada diantara mereka yang pas datang bersilahturahmi, nengok mama. Diantaranya aku masih hapal namanya,  ada bu Fendik, bu hj Zubaidah, buguru ngaji cilik (karena badannya kecil jadi dipanggil begitu), bu Malik, bu Toha dll. Kalau bertemu mereka saling melepas rindu sampai berpelukan dan bertangisan. Ternyata bisnis yang dijalankan mama bukan saja menghasilkan uang tapi juga persaudaraan. Masyaallah Tabarakallah...
 
Kehidupan seperti roda yang berputar, sewaktu-waktu kita akan mengalami hal yang berulang. Ketika aku tengah mencari kain, keluar-masuk toko dan antri menunggu mb-mbnya melayani pembeli yang lain,  sempat terlintas dipikiranku kalau kedua anakku juga akan protes kalau aku bawa mereka ikut serta. Dan ketika suami memaksa mengangkat belanjaanku, memoriku seakan melayang ke masa saat mama membawa beberapa barang dan aku tak berusaha membantunya. Sopir yang tergopoh-gopoh menyambut mama. Sambil berkelakar aku berkata pada suami, "Sini aku yang bawa sebagian...Masak sih Orthoped disuruh angkat-angkat barang belanjaan istri, ntar masuk Lamtur lho..." ๐Ÿ˜œ
Jawaban suami, "Suami tetep suami, mau Orthoped, mau Profesor sekalipun tetep aja gak akan membiarkan istrinya bawa belanjaan berat begini. Ups...! Nih..." Seraya tangannya menyodorkan kantong yang lebih kecil.. Nah khan...sudah sepuh makanya bebannya kudu dibagi...๐Ÿ˜‰

Setelah tiap hari diajak diskusi tentang kain, tentang jahitan, tentang model, dari yang semula yang nolak, terus cuman dengerin aja sampai akhirnya ketika kuminta memilih merk untuk produk hijabku, mama langsung antusias memilihnya. 
Dan merknya adalah: 
                           

        
Merk ini sebagai simbol cinta seorang anak perempuan pada ayahnya. Dan Inshaallah restu mama adalah awal yang baik.
Q and A :
- Apakah sudah launching produknya?
Belum...
- Koq sudah promo?
- Belum beneran promo sih,  ala-ala soft launching, lebih ke share info saja
- Apa saja produknya...?
Inner, jilbab dan outer...
- Siapa target marketnya...?
Semua wanita, segala usia
- Apa kelebihan produk dengan merk Layla Fahir...?
Yang jelas beda sekali dengan desain-desain yang sudah ada, lebih mengutamakan kenyamanan but simple and elegant...Bener-bener semudah itu memakainya dan begitu melekat, aura keanggunannya langsung memancar ๐Ÿ‘Œ๐Ÿ˜Š
- Kapan direncanakan launchingnya..?
Diusahakan saat puasa sudah bisa dibeli secara online. 
Ditunggu ya pemirsa launcing produk-produk Layla Fahir, sebelum di launch ke pasar nanti akan diberikan tutorialnya baik di Ig maupun di bloq. Percaya deh, produknya layak ditunggu...
 
Semoga bisnis kecil ini bisa membawa berkah pada banyak orang...
See you in the next post... ๐Ÿ’“๐Ÿ’“๐Ÿ’“