------------------------------------------------------------------------
Saya pernah, saya tidak pernah, saya selalu...itu varian jawabannya. Apakah jawaban diatas dapat mencerminkan akhlaq seorang suami pada istrinya?
Jawabannya bisa ya bisa tidak, khan beda-beda cara suami memuliakan istrinya. Yang jelas, akhlak suami pada istrinya adalah akhlak yang paling jujur, bebas riya' maupun pencitraan. Akhlaq seorang anak pada orangtuanya masih tidak bebas riya' (jikalau ortu masih hidup). Jika ortu sudah meninggal, akhlaq seorang anak memasuki fase baru. Menjadi anak yang sholeh dengan amalan-amalan bebas riya' hanya dia dan Allah yang tahu, lihat ini.
Saat awal-awal menikah, aku sempat terkaget-kaget ketika mendapat amplop dari suami. Bukan karena jumlahnya tapi karena bingung aja dapat mandat. Sampai suami PTT beberapa bulan kemudian, aku masih pake cara trial and error dalam tata kelolanya (maklum, satu-satunya pengalaman mengelola uang adalah uang kos dan hasilnya mengharukan...😅) Meski minim pengalaman tapi karena kita tinggalnya di desa terpencil, kondisi aman-aman saja. Satu-satunya pengeluaran terbesar kalau belanja baju anak saat melancong ke ibukota, Banjarmasin.
Biasanya rumah tangga baru, tata kelola keuangannya masih kek sulam alis alias tambal-sulam. Mau dikelola suami atau istri gak masalah karena belum ada yang bisa dibagi atau disisihkan. Seiring peningkatan pendapatan, mulailah diperlukan pembagian peran, siapakah yang mengelola keuangan? Berdua atau diserahkan sepihak pada pasangan yang dianggap mampu?
Kalau suami adalah imam sejajar dengan perdana mentri maka makmumnya adalah istri yang bisa disejajarkan dengan mentri. Karena perempuan berkemampuan multitasking, istri dapat merangkap beberapa jabatan sekaligus, misal mentri keuangan, mentri pendidikan, mentri perberdayaan dll. Kelebihan inilah yang mendasari golongan suami yang menganut paham anti ribet maka pengelolaan keuangan diserahkan pada istri. Dah banyak terbukti pengelolaan keuangan rumah tangga jadi lebih berkah kalau dipegang istri. Ya iyalah sifat ibu-ibu khan pada dasarnya sama, seneng dapat barang murah meriah, beli barang yang twoo in one, three in one atau paket promo, paket cash-back, paket tawar-menawar dll...😊
Bapak-bapak gak akan sanggup begitu. Pokoknya kalau judulnya belanja rumah-tangga serahkanlah pada ahlinya (baca: istri) pasti pas hematnya.
Bagaimana dengan saving dan investasi...?
Bila
sampai pada tahap ini berarti laju perekonomian keluarga mengalami
peningkatan, dengan kata lain: ada yang bisa disisihkan untuk saving dan
investasi. Untuk
saving, keknya sebagian besar istri punya insting menyimpan. Sebaliknya untuk investasi, para suami yang lebih mumpuni. Tapi bila
ada perkecualian, better didelegasikan ke pasangan.
Dari banyak versi pembagian penghasilan, kita mengikuti
pakem, 10:20:30:40. Dimana 10% untuk sedekah, 20% untuk saving, 30%
untuk investasi dan 40% untuk kebutuhan sehari-hari. Bagi aku dan suami,
pakem ini tidak baku besaran prosentasenya seringnya bergeser sesuai
situasi dan kondisi. Kalau lagi hunting properti, saving bisa kita
bongkar demi menambah besaran dp sekaligus mengurangi besaran cicilan
hutang di bank. Ini dulu ya...Sekarang dah tobat deh gak mau lagi
mengenal cicilan. Untuk saving, aku termasuk perkecualian, nyerah, suami yang pegang kendali.
Untuk investasi, bolehlah aku kasih masukan dan tata kelolanya...😏
Ada
teman yang sangat ketat mengikuti pakem dimana saving tidak bisa
diotak-atik bahkan bila ada properti yang dijual sangat murah sekalipun. Prinsip yang tampaknya tidak mengikuti kaidah bisnis, terlalu kaku dan kuno. Dimasa pandemi ini, suatu kondisi yang extraordinary ternyata seseorang dengan prinsip diatas yang paling beruntung...👌
Berkaitan dengan investasi, ada nasehat bijak yang berbunyi: "Jangan taruh telur dalam satu keranjang..." Maksudnya untuk menghindari kerugian yang lebih besar bila terjadi hal yang tidak diinginkan maka sebaiknya investasi itu dibagi-bagi peruntukannya, misal: asuransi (ada orang yang menganggap asuransi adalah sebuah investasi tapi ada juga sebaliknya, terserah pada keyakinan masing-masing), menyimpan emas (logam mulia ataupun perhiasan), property (misal kos-kosan), simpan mata uang asing terutama dollar (persiapan haji dan umroh) atau euro.
Dalam sebuah keluarga, masalah keuangan harus ada keterbukaan antara suami dan istri. Mungkin tidak harus detil tapi paling tidak, tak ada rahasia yang tak diketahui istri/suami. Berkaitan dengan teks hak-hak istri, uangmu adalah uangku dan uangku bukan uangmu, aku sependapat. Seorang suami wajib menafkahi keluarganya sementara seorang istri tidak wajib. Meski pakemnya begitu, bila dalam keluarga tercipta atmosphere keharmonisan, seorang istri akan dengan ikhlas memberikan sebagian atau bahkan seluruh uangnya untuk dapat membantu/mensuport suaminya jika diperlukan.
Bersambung...
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا
Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/4340-testimoni-istri-menunjukkan-akhlak-sebenarnya-dari-seorang-lelaki.html
Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/4340-testimoni-istri-menunjukkan-akhlak-sebenarnya-dari-seorang-lelaki.html
Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/4340-testimoni-istri-menunjukkan-akhlak-sebenarnya-dari-seorang-lelaki.html
Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/4340-testimoni-istri-menunjukkan-akhlak-sebenarnya-dari-seorang-lelaki.html
No comments:
Post a Comment