03 May 2020

Review - review...

Stay at home... 
Kali ini aku gunakan untuk mereview kembali tulisan-tulisanku di blog. Terkadang senyum-senyum  gak nyangka aku bisa nulis begitu, terkadang juga jadi malu sendiri karena ada beberapa tulisanku yang terkesan lebay dan salah kostum. Maklum rentang waktu juga berpengaruh terhadap update ilmunya.  
Lumayan juga ya aku sudah menulis untuk blog ini sekitaran 146 kisah/cerita/cerpen/ dll...Kalau dibanding penulis-penulis prof ini sih gak ada apa-apanya. Mungkin mereka bisa bikin tulisan sehari sampai berlembar-lembar tema gitu. Ya untuk seorang amatir, not badlah mengisi waktu luang dengan merekam apa yang terjadi disekitarnya dalam sebuah tulisan.
Pengin sih sebenarnya mau bikin buku dari beberapa tulisanku tapi gak tahu harus mulai darimana. Ada yang bisa bantu...?
Setelah dilihat-lihat dan dievaluasi, kutemukan beberapa tulisan terfavouriteku dengan viewer dan respon terbanyak, diantaranya berjudul:
1.Perkawinan arab style
2.Perjodohan dalam budaya Arab
3.Jalan-jalan ke kota seribu batik
4.Pilih sekolah negeri/swasta
5.Barang branded Vs barang dupe.
6.Memilih laki-laki yang baik
---------------------------
Kalau aku amati, topik yang kearab-araban (menyangkut budaya), topik jalan-jalan (review-review tempat atau hotel), atau topik yang membuat pilihan ( pilih a atau b) sepertinya memenuhi hajat hidup banyak orang. Sementara yang adem ayem tulisan ringan dengan tema: tips. Mungkin karena diluaran tulisan dengan tema sejenis sudah meluber.
Tema-tema tulisanku, idenya banyak diilhami oleh kedua anak perempuanku. Mereka adalah sumber inspirasiku. Samalah kek penulis lainnya, biasanya ide berawal dari apa yang terjadi disekitarnya. Meski mereka terkadang protes dijadikan bahan tulisan tapi karena si ibu punya hak veto dan hak voting akhirnya mereka pasrah. 
Lucu sih, karena  tahu dijadikan bahan mentah, sepertinya mereka tidak berminat membaca blogku. Setelah ada temannya yang berkomentar, barulah kedua anak perempuanku itu, bertanya: "Mama, nulis apa ..? Ini ada temanku chat katanya bla...bla..."
Kalau sudah ketahuan menggunakan nara sumber tanpa ijin, maka terpaksalah kupresentasikan ide tulisannya panjang-lebar. Maklum khawatir digugat karena si ibu gak punya hak cipta...๐Ÿ˜
Berkaitan dengan hak cipta ini, ada beberapa penulis blog lain yang mengambil gambar atau mencatut tulisanku tanpa ijin, paling tidak diinfo lewat emaillah. 
Awalnya aku juga gak tahu  sampai ada teman yang menginfokan, gambar-gambar dari blogku diambil terutama tulisan yang bertema budaya arab. Ya sudahlah...mudah-mudahan kedepannya tidak ada lagi.
-----------------------
Ada beberapa komen yang langsung masuk ke Wa. Ada juga yang sekalian konsultasi masalah yang tengah dihadapinya. Ternyata...meski yang nulis profilenya emak-emak, yang konsul banyak anak mudanya lho...Happy banget dipercaya. Dan untuk menjaga amanah, aku tidak akan menampilkan chat mereka ataupun menyebut inisialnya. Nantinya aku cuman akan mengomentari secara umum saja.
-------------------------
Pertanyaan yang masuk, banyak menanyakan tentang apakah hubungan beda budaya (arab-jawa) mempunyai masa depan? 
Aku jawab ya semampuku. 
Sebetulnya jawaban atas pertanyaan ini simple saja, coba cari tahu dong dan yang paling kompeten menjawab adalah masing-masing invidu yang terlibat. Ada beberapa hal yang membuat sebuah hubungan tidak bermasa depan.
Menurutku penyebab yang paling utamanya adalah kurang komitmen, yang didiskripsikan sebagai hubungan yang timpang. Salah-satu contohnya, yang cowok pengin serius yang cewek masih nyantai, ya hubungan yang terjalin, geje, gak jelas banget alias tidak bermasa depan (bisa juga sebaliknya). Atau ceweknya yang cinta mati sementara cowoknya adem-ayem ya gak bermasa depan juga. Jadi bukan dari perbedaan sukunya tapi lebih kearah komitmen masing-masing personnya.

Ada juga yang menanyakan, apakah harus sabar menjalin hubungan dengan cowok arab?
Hmm...Sabar itu sifatnya general. Dalam menjalin hubungan memang kudu sabar karena setiap orang adalah unik. Pola pikirnya bisa beda, budaya dalam keluarga bisa beda, kepribadiannya beda, status-sosialpun  bisa beda. Sabar adalah modal dasar keberhasilan menjalin hubungan. Kalau cowoknya bertabiat keras, ya ceweknya yang kudu sabar ngedem-ngademin, kalau ceweknya gak sabaran ya cowoknya yang kudu sabar ngadepin.  Jadi bukan karena cowoknya arab, terus harus sabar. 
Beruntunglah kalau punya cowok yang sabar dan berbahagialah kalau jadi orang sabar.
Ada juga yang nanya, kenapa cowok/cewek arab cemburuan...?
Ya karena mungkin dari budaya. Dalam budaya arab, akses komunikasi antara laki-laki dan perempuan  terbatas even itu masih saudara/sepupuan. Paling kita cuman akrab saat kecil setelah dewasa mah kalau orangtua dan anak saling cocok, bisa dinikahkan ma sepupu sendiri lho... :)
Terbiasa dengan akses terbatas dan merasa nyaman-nyaman saja, mungkin perlu waktu untuk penyesuaian diri  dengan hal baru.
Untuk budaya arab dan sekelumit kisahnya, silahkan baca  lebih jelas lagi disini ya.

-----------------------------------

Ada pertanyaan horor yang jawabannya bikin migrain, gini bunyinya: Bagaimana jika suami masih terbayang dan menyintai kekasihnya? (kasus1)
Pertanyaan ini setipe dengan: Bagaimana jika suami selingkuh...? (kasus2)
Sebangun juga dengan pertanyaan: Bagaimana jika suami menikah lagi...?(kasus3)
Ayoo ada yang bisa jawab gak..? 
Seandainya bisa: Bila anda mempunyai salah-satu masalah diatas silahkan menghubungi crisis centre...๐Ÿ‘€
Mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti ini bikin beban mental. Kenapa? Ya karena aku harus mencoba bijak padahal aslinya aku bukan termasuk golongan orang yang penyabar. Mana bisa menjadi bijak tanpa sabar...? 
Tapi...
Aku masih ingat apa yang diucapkan seorang dosen saat kuliah, psikologi itu untuk anda bukan untuk saya. Yang diartikan: ilmu psikologi itu untuk orang lain (anda), kita (psikolog) tidak bisa menerapkan untuk diri sendirinya. Kalau dianalogikan seperti tukang cukur, dia bisa mencukur kepala orang lain tapi  dia tidak bisa mencukur rambutnya sendiri. Dalam sebuah konseling seorang psikolog dapat memberikan advice, tetapi belum tentu dia melakukannya jika dia mengalami hal yang sama.
Nah... Jadi lebih mudah khan kalau ada panduannya.

Pertanyaaan diatas tingkat kesulitannya jauh lebih tinggi dibanding dengan pertanyaan jika kata suami diganti dengan kekasih/pacar/tunangan.  
Kalau tunangan, lebih simple. Contoh, ada seorang yang curhat, tunangan anaknya sudah berlaku tidak sopan padanya (berkata-kata kasar, berteriak, mengumpat ya sejenis itulah) Kemudian si calon mantu meminta maaf dan berniat memperbaiki hubungan. Anaknya sudah memaafkan tapi hati dua orangtuanya masih ada yang ganjel. Mereka meminta pendapat, bagaimana?
Aku sih bisa aja ngasih saran yang mengarahkan, jangan deh gak usah dilanjut mending pilih menantu yang sabar-sabar aja. Tapi kalau statusnya sudah suami, masak disaranin cerai...
Aduh pamali, gak berani...
Dan biasanya yang curhat suaminya begini-begitu (seperti kasus diatas) sebenarnya mereka tidak benar-benar mengharap solusi dari kita tapi mereka hanya ingin didengarkan saja (karena sebetulnya mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan). Kadang aku suka nanya balik untuk menegaskan saja bahwa dugaanku benar. 
"Kalau maunya ibu gimana? Lanjut atau ...." gak perlu kusebutkan.
Dan biasanya mereka akan menjawab lanjut dan diikuti kata tapi...
Ya sudah aku dengerin aja. Tak lupa aku juga menyarankan untuk mengikuti kajian-kajian supaya bisa lebih tenang dan sabar.
Menurutku (yang masih amatir bin junior ini) jika suami bermasalah (selain kdrt) sebaiknya tidak langsung menyerah. Bertahan saja...Minta kekuatan dengan doa sambil berupaya menariknya kejalan yang benar. Lakukan semaksimal mungkin dan biarkan takdir yang menunjukkan jalannya. Ntar khan jadi ringan, apapun keputusan yang diambil.
Kalau masalahnya seserius kek diatas, mungkin baiknya minta bantuan profesional ya. Supaya lebih terstruktur konselingnya, bisa dihadiri berdua, dan lebih tepat sasaran kalau berhubungan dengan perilaku/kebiasaan yang harus diubah. 

Oh ya, kalau sudah menikah jangan gampang-gampang curhat ya.
Ini juga yang selalu aku dengungkan ke dua anak perempuanku tersayang. Aku selalu mengatakan jika nanti punya masalah dalam rumah tangga, jangan pernah menunjukkan atau memberitahukan siapapun (terlebih aku, ibunya). Coba selesaikan saja sendiri, jangan gampang-gampang curhat. Atau kalau  stuck, ceritakan saja ke ayah. Ayahnya jauh lebih bijaksana dibanding ibunya. Ntar masalahnya selesai, si ibu masih gregetan sama menantunya. 
Aku memang masuk golongan emak-emak yang sulit move on...๐Ÿ˜Ÿ 

Kemarin dapat kiriman  wa dari seorang teman, bagus banget isinya. Berisi kisah agak panjang tentang tugas primer seorang suami sebagai tameng dosa-dosa istrinya dari api neraka. Tugas sekundernya adalah mencari nafkah bagi keluarga. Selama ini yang kita tahu terbalik. Menarik bukan...?
---------------------------
Awal dari masalah rumah tangga itu salah-satunya bersumber dari  kesalahan memilih pasangan hidup. Coba baca ini.
Kenapa memilih laki-laki yang baik...? 
Bukan memilih  perempuan yang baik...? Bukankah perempuan itu kelak akan melahirkan generasi penerus..?
Iya sih generasi penerus memang akan lahir dari seorang perempuan (ibu). Ibu juga sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Tetapi...
Laki-laki yang baik hanya tertarik dengan perempuan yang baik saja. 
Laki-laki yang tidak baik juga hanya tertarik dengan perempuan yang baik saja untuk dijadikan istri...๐Ÿ‘€ 
Sementara itu...
Perempuan yang baik juga akan tertarik pada laki-laki yang baik. 
Dan ini pembedanya,  perempuan yang baik bisa juga melabuhkan pilihannya pada bad boy.
Kalau dihubungkan dengan laki-laki itu adalah pemimpin dalam rumah tangga maka yang mengemudikan rumah tangga itu para bapak (suami). Disinilah kekuatan seorang pemimpin. Kalau pemimpinnya bener, rumahtangganya (orang yang dipimpin, istri dan anak) inshaallah juga bener. Kalau pemimpinnya gak bener, ya rumahtangganya bakalan ikutan oleng. Entah itu olengnya menyerupai hempasan angin puting beliung (karena istrinya masih kuat) atau luluh lantak akibat badai yang terlalu besar (istri n anak ikut tersapu arus)
Nah dari ilustrasi diatas, nasehat untuk ananda yang tengah menjalin hubungan spesial dengan seseorang,  tetap gunakan akal sehat ya. 
Untuk tambahan referensi coba baca ini  
Okey, see you in the next post



No comments:

Post a Comment