14 February 2015

Perempuan Adalah Peradaban...

Rumput tetangga selalu tampak lebih hijau.Why? Because...Tetangganya selalu lebih rajin nyiram rumput daripada kita :) Hehe...tidak selalu ungkapan diatas merupakan penggalan dari sebuah kiasan tapi bisa juga arti yang sesungguhnya. Kasus yang sama, banyak orang juga mengasosiasikan kecantikan dengan kesuksesan dengan keberuntungan dengan kebahagian. Sebaliknya tidak cantik akan diasosiasikan dengan kesulitan dengan kegagalan dengan ketidakbahagian. Benarkah?
Sebelum menjawabnya ada juga satu ungkapan yang mengandung arti sesungguhnya tapi sering diapresiasi sebagai kiasan. Ungkapan itu: 
Perempuan Adalah Peradaban.
Re-post dari fb:Gayatri Wedotami Muthari
Perempuan adalah peradaban mengandung arti yang sesungguhnya. Karena perempuanlah yang mengenalkan, mengajarkan dan mewarnai kehidupan. Sudah sepantasnya perempuan dimuliakan (diambil dari moto villa dleyla, like it :). Tetaaaapiiii...Perempuan juga makhluk yang lemah (kalau yang ini bisa berarti sesungguhnya, bisa juga berarti kiasan).Sehingggaa....seperti hukum alam, yang lemah gampang sekali ditekan#ditindas#dilemahkan#dihilangkan#dikriminalisasi terhadap makhluk bernama perempuan.
Biar gampang, dikasih contoh kasus ya, diambil dari kisah-kisah keseharian.
Seorang teman lama yang sangat cantiik (inget asosiasinya:cantik#beruntung#sukses#bahagia) sebut saja Namia mendadak telpon (surprise karena pas aku keinget pas dia nelpon), mengabarkan bahwa dia merasa tertekan dengan suaminya. Dia bercerita panjang lebar tentang tabiat suaminya yang sekarang berubah setelah masuk aliran syiah (gak ngerti juga syiah aliran yang mana. Menurut mereka, syiah juga punya aliran-aliran ?!). Katanya: suaminya mengancam agar temanku itu mengikuti ajaran syiah sepertinya atau suaminya akan kawin lagi atau kalau tetap membangkang siap-siap diceraikan (duh, gelo masih ada orang seperti ini memperkeruh dunia, huh...)
Satu atau dua atau tiga...dor...!
on target
Pelaku: Inferior cowboy (mirip kali)
Ketika kubilang coba saja minta pertolongan ma ibunya atau mertuanya. Jawabnya lebih bikin gelo lagi, katanya: "Sama kak, suamiku itu anak kesayangan jadi mertua selalu ikut apa kata anaknya itu" "Bagaimana dengan ibu?" tanyaku berharap ada kalimat baik yang akan kudengar.
"Ibu tidak berdaya kak, karena harus merawat ayah yang sakit dan menyerahkan semua keputusan ditanganku. Tapi ibu sempat mengatakan tidak rela jika aku ikut masuk aliran syiah"
"Oh...!" aku inget ibunya, seorang wanita yang cuantiiik juga karena beliau adalah salah-seorang ibu kos sewaktu aku kuliah.
Lalu katanya, "Kak, apakah aku harus cerai?" dia bertanya dengan suara mengambang. Pertanyaan yang membuat aku gelagapan.
Ada yang bisa bantu menjawab? 
Kalau aku bukan kapasitasnya untuk menjawab. Beda dengan pernikahan yang harus melibatkan keluarga besar, perceraian se-Yogyanya harus diputuskan oleh dua orang yang bersangkutan (tentunya dengan segala konsekwensinya). Jangan melibatkan orang lain yang berada "diluar area" (sebagai bahan pertimbangan sih boleh-boleh saja but final decision must be made by her). Begitu juga apakah Syiah itu aliran sesat#kafir, itu juga bukan kapasitas kita untuk menjawab biarlah itu menjadi area Allah, Sang Penguasa ( menyontek Goto, jurnalis jepang. Menghakimi adalah wilayah Tuhan). Tetaapiii...boleh khan kalau  bilang  aku gak seide ma Syiah jadi mending jauh...jauh deh (segala sesuatu yang menyangkut aqidah, dia harus bertanggung-jawab penuh kepada Tuhannya dihari dimana seseorang nantinya hanya akan merisaukan dirinya sendiri. Dihari dimana ibu melupakan anaknya, istri melupakan suaminya, suami melupakan istrinya).
Bagaimana dengan Namia?
Disinilah peran perempuan sebagai pembentuk peradaban bermula. Bila Namia mengikuti ajakan suaminya, dia akan membentuk satu generasi baru yang beraliran sama.  Dan itu menguatkan arti kiasan dari kedudukan perempuan yang lemah. Apakah itu berarti sebaiknya dengan alasan untuk kebaikan dunia dan akhirat, Namia harusnya bercerai saja? Nih jawabannya sedikit berputar, kembali lagi seperti apa Namia sebagai "pembentuk peradaban" dipersiapkan bekalnya oleh keluarga sebelum dia membuka peradaban baru (menikah). Keluarga adalah pembentuk nilai-nilai yang pertama karenanya "bekal" keluarga sangatlah penting untuk menghadapi persoalan dilematis seperti ini. Jawaban penentu bagi Namia, adalah bekal yang sudah didapatnya dari keluarga. Apakah Namia akan membuka peradaban baru ataukah memutuskan balik ke perwalian keluarganya? Depend only on herself
Perempuan adalah makhluk yang kuat sekaligus lemah. Kuat dalam membentuk peradaban sementara lemah bukan karena secara hakekat mereka lemah tapi lebih karena cenderung dilemahkan dalam posisi. Mereka yang mempunyai waham, menganggap perempuan sebagai makhluk yang bisa dibentuk seperti Clay. Juga mereka yang perbendaharaan katanya sempit mengartikan persamaan ini:
Perempuan adalah lambang kesenangan,  memberikan kenikmatan.
Satay (nama plesetan, gak tegaa nyebut nama aslinya) adalah lambang kesesatan, memberikan kenikmatan.
Ketika perempuan memberikan kenikmatan maka dia adalah Satay, lambang kesesatan karenanya mereka harus ditindas#ditekan#dilemahkan#dihilangkan dari penglihatan. Kalau begitu bukankah mereka lahir dari Satay?!
So pasti, orang yang mengasosiasikan persamaan ini nilai bahasa indonesianya di raport membentuk huruf O#nol#merah#gak bisa lulus SD.
Women are Angel
Kembali ke Namia, posisinya sebagai istri dan ibu dilemahkan dengan ancaman cerai (mungkin suaminya merasa posisinya diatas angin makanya masuk angin, keblinger sampai mengancam dengan senapan angin, alih-alih  menjatuhkan thalaq). Intimidasi seperti ini banyak berlaku diseputar keseharian kita. Ada yang istri diancam cerai karena sang istri (yang sudah berjilbab syar'i) masih enggan ketika disuruh memakai cadar. Alangkah tidak eloknya, mengharap sebuah kebaikan dari sebentuk keburukan# ancaman. 
Inilah yang terjadi di dunia yang peradabannya dibentuk oleh perempuan tapi didominasi oleh laki-laki. Jangan serius ah...laki-laki disini adalah contoh laki-laki  yang keblinger koq. Kalau laki-laki dari galur murni#laki-laki sejati#laki-laki yang baik#masyaallah tabarakallah, INSYAALAH tidak akan berlaku dholim seperti itu. Laki-laki yang baik adalah laki-laki yang hormat#sayang#cinta# pada ibunya Cc istrinya Cc anak perempuannya Cc saudara perempuannya Cc teman perempuannya Cc semua makhluk berjenis kelamin perempuan sebagai pembentuk peradaban. Laki-laki yang baik akan menjadi rahmat, menebar kebaikan disetiap kesempatan tidak menebar teror #ancaman. Makanya bisa dipastikan ISIS-ISIS bukanlah gerombolan laki-laki yang baik...Cut...! Keluar topik, capek deh...
Kembali ke Namia, asosiasi kecantikan #sukses#keberuntungan# kebahagian tidak harus menjadi sebuah rumus. Setiap perempuan adalah cantik dan setiap perempuan mempunyai hak untuk sukses, mujur dan bahagia. Karena dualisme yang dimiliknya (kuat tapi lemah karena cenderung dilemahkan) setiap ibu harus memberdayakan anak perempuannya dan menitipkan buah hati mereka hanya pada laki-laki terpilih saja yaitu: laki-laki yang paling baik akhlaknya. Selamat memilih...Barakallah.



 See you in the next post...

No comments:

Post a Comment