24 February 2015

Keahlian Primer...

Setiap perempuan harus pintar masak atau harus bisa masak, mana yang benar ya? Sebelum menjawabnya, kita masukkan satu kalimat lagi. Memasak termasuk salah-satu keahlian primer seperti menyetir dan berenang yang bersifat universal. Seharusnya dimiliki oleh setiap orang dewasa. Masuk akal khan :)
Memasak itu juga seni :
retro style

modern style
Saat arisan dari rumah ke rumah biasanya kita menemukan  masakan lezat warisan keluarga. Dari hasil anamnesa, selalunya  dalang dibalik  resep warisan keluarga: receipe by Mom.
Memang jarang sih mendengar atau melihat bapak-bapak mewariskan resep masakan pada anak-anaknya. Ada beberapa perkecualian kolonel Sanders, pemilik jaringan makanan siap saji KFC. But sang kolonel juga mendapatkan resepnya dari sang nenek ;) Ohlala...
Kalau ada orang yang merasa suka dan berbakat memasak tapi sering diragukan kemampuannya, its Me. Disitu kadang saya merasa sedih ;)
Ketertarikanku dalam hal masak-memasak ini dimulai dari masa kecil sering melihat Mom memasak dan membuat kue. Selama beberapa tahun, di malam hari raya Mom membuat kue bertingkat tiga seorang diri tanpa bantuan. Pagi hari sebelum shalat Ied, kulihat kue tarcis (gak tahu ini dari bahasa belanda atau bahasa inggris ya) dengan anggunya menghias meja ruang tamu. Setiap tamu yang datang bersilaturrahmi idul fitri akan dipersilahkan mencicipi. 
Tarcis lebaran
Selain membuat kue tarcis bersusun tiga, Mom juga membuat aneka hidangan lebaran lengkap satu meja hanya dengan dibantu satu asisten rt yang setia. Tentang rasanya? Jangan ditanya semua memuji kue tarcis and masakan Mom. Darimana mom mendapat semua keahlian itu? Otodidak karena Mom tidak pernah mengambil kursus juga karena didikan abi ;) Setiap hari abi tidak pernah melewatkan mengajak teman/tamu ikut makan saat jam makan siang. Jadi bisa dibayangin gak (pejamkan mata, ambil napas;) betapa Mom sudah terbiasa dengan urusan masak-memasak ini. Kalau sedang makan di resto, hanya sekali merasakan Mom sudah bisa membuat masakan yang sama dengan rasa yang jauh lebih sempurna. Memang Mom luar biasa, masyaaallah tabarakallah. Mempunyai ibu yang jago masak seperti ini, sisi positipnya banyak tapi ada juga sisi negatipnya. Para ipar resah karena belum bisa menandingi masakan mertuanya. Hhh...
Kembali ke warisan gen memasak, banyak sekali yang meragukan kemampuanku memasak soalnya sanksi kuncinya minim, hanya dua. Yang pertama tentu saja suami tercinta dan yang kedua, aba (ayah mertua) alllahyarham.
Ceritanya, pada dahulu kala, saat masih menjadi calon istri, aku ingin membuat surprise di hari ultah dengan membuat tarcis. Semua resep sudah dibaca dari majalah femina (I grow up with this magazine). Konsultasi lewat Mom juga sudah dilakukan, finally... ketika dikeluarkan dari oven, cakenya bantat.!! 
I wish
Dasar pemula, memasak itu selain perlu pengetahuan juga perlu skill, uji coba berkali-kali.  Setelah jadi istri, masih penganten baru. kesalahan memasak masih saja terjadi. Ceritanya pengin pamer keahlian pas mertua datang. Maka dibuatlah sarapan yang paling mudah dan praktis, nasi goreng. Tinggal bikin bumbu nasi goreng, dicampur kecap ditumis, tambahkan nasi. Untuk toping,  telor mata sapi plus abon and irisan timun. Breakfast nasi goreng aku sajikan dengan garnish yang menarik. Dari penampakannya gak kalah ma masakan chef. Dari segi rasa..Ternyata, mertua and suami sih tidak berkomentar apa-apa hanya bahasa tubuh mertua memang  menyiratkan tekanan halus. Adik laki-lakiku yang nyinyir (pas kebetulan singgah) bilang kalau nasi gorengku berasa roti tawar...Glek, baru nyadar kalau belum dicicipin..!! Disitu kadang saya merasa sedih :( lagi...
Waktu berlalu, keahlian memasakku semakin terasah. Saat arisan dirumah, aku sukses menyajikan rawon lengkap dengan grade memuaskan, alhamdulillah. Ibu-ibu pada nanya apa resepnya. Suami juga paling suka rawon made in by me :) 
Bukti kemahiranku memasak juga sudah dirasakan aba. Ketika Aba sering datang ke surabaya tanpa membawa umi, aku sudah pede menyajikan aneka masakan olahanku. Supaya tidak terulang menunya, maka aku susun daftar menu selama keberadaan aba di rumah. No complain... Its mean good. Yeayyy...
Maklum mertua, orang daerah kalau ada yang tidak suka atau mengganjal di hati, susah disembunyikan.
It was along time ago...ketika anak-anak masih kecil. Setelah daya ingat anak-anak di masa terbaiknya, aku malah jarang sekali masak kecuali moment-moment khusus. Kenapa ya?  
Alasannya banyak sekaliiii. Yang pertama karena si Timah, asisten RT pinter masak juga, kedua gak demen ke pasar (berhubungan gak ya ;) ketiga: khawatir mendadak migrain ngeliat barang-barang kesayangan babak belur akibat salah pemakaian. Misal wajan teflon kesayangan sudah coreng-moreng, stelan cangkir ada yang gopel, blender rusak de-el-el. 
 Korban-korban kekerasan di dapur



Keempat punya mertua dan ibu yang jago masak jadi ngeri kalau ke dapur khawatir saingan ;) kelima: punya ritual khusus di dapur yang gak boleh diganggu gugat. Maka dari itu aku punya dapur bersih dengan peralatan masak yang gak boleh dijamah siapapun. Masalahnya adalah: suka kesel sendiri kalau sudah masak, gak ada yang makan. Lho koq? Iya soalnya dirumah penghuninya  minimalis. Hubby di Bjn, anak sulung kuliah di malang, tinggal anak bungsu aja yang ada di rumah plus si Timah sekeluarga. Si Rana makan siang di sekolah, makan pagi bawa bekal sereal. Makan malam jarang, kalau pengin, maunya susu saja atau nasi goreng. Terus masakan ike siapa dong yang makan? Nelangsa rasanya kalau sudah dibela-belain masak, dimakan-makan sendiri. Kadang suka kesel kalau begini, nurun deh gennya. Mom juga sama sering kesel kalau pas datang bawa makanan buanyak and...akunya diet. 
"Nanti Mama kalau datang lagi, gak bawa masakan deh...!" Padahal setiap datang gak pernah kosongan, selalu bawa makanan berseri-seri dan selalu harus habis...Like Mom like doughter :) 
Jadi bingung khan, masak untuk siapa?  Hehe..Nemu alasan seabreg untuk menghindari wajib militer kuliner ;) Kerena itu jejak-jejak keahlianku memasak tidak terlacak padahal sempat sekolah masak n waktu ujian membuat lasagna, nilaiku paling tinggi lho. Langsung saja aku capture ucapan selamat dari temen-temen ke semua orang yang suka ngeledekin ike kagak bisa masak. Tapi koq gaungnya sebentar terus masih muncul lagi keraguan ike kagak bisa masak :( Disitu kadang saya merasa sedih..lagi, part 3( whew...).
Memang sih memasak gak bisa dinilai pakai angka tapi harus sering dilakukan and dishare melalui acara icip-icip or anter-anter or undang-undang. Kalau cuman dapet nilai tertinggi aja mah, masih tetap diragukan. 
Ketika ike nanya ke hubby, kalau dijadiin saksi mau-gak untuk melawan arus pendapat yang meragukan kemampuanku memasak? Hubby dengan cepat mengangguk sambil melirik piring ditanganku. Langsung saja aku sajikan salmon panggang bumbu saus tiram dengan taburan wijen. Hmm harumnya sungguh menggoda...Hubby memakan dengan lahap, tandas seketika. Atau ketika si putri bungsu, Rana berucap: "Makasih Ma...Nasi gorengnya enak sekali. Besok bikin lagi ya..."
Disitu saya sering merasa bahagia :) 
Mau tahu resep unggulan ala Layla Library? Selalu tambahkan rebusan atau tumisan kepala udang. Jadi kalau beli udang, cuci bersih, sisihkan kepalanya, simpan dalam lemari es. Kalau mau masak nasi goreng atau sayur tumis. Keluarkan kepala udang dari lemari es dan langsung taruh di wajan panas. Setelah meleleh, tambahkan mentega n tumis, masukkan dalam masakan. Kalau tidak sempat membuat tumis kepala udang ini, gantikan dengan ebi bubuk, praktis khan n dijamin lezat rasanya. Tips ini khusus untuk masakan ikan n sayuran ya...kalau daging, belum pernah dicoba sih, khawatirnya ntar dagingnya berasa udang.
See you next post, happy cooking...:)

No comments:

Post a Comment