Beberapa waktu lalu seorang teman, mengajak menghadiri preview seminar tentang reksadana dan saham. Seminarnya cukup menarik, meski mata tinggal lima watt, daun telinga tetap berdiri tegak. Karena kesibukan keseharian, informasi yang sudah masuk belum sempat kutindak lanjuti.
Kemarin, aku sempatkan berkelana di net tentang cara terbaik mengelola uang dan menginvestasikannya. Ada banyak opsi, diantaranya: deposito, reksadana, asuransi, cicil emas, beli sukuk atau saham de-el-el. Semuanya menggiurkan sekaligus membingungkan terutama mengenai hukum syariahnya.
Kalau untuk urusan hitung-menghitung bisnis, ike memang termasuk galure turunan. Tidak berani bermain spekulasi and resiko tinggi, maunya berada di jalur aman.
celengan tradisional, membiasakan menabung
celengan karakter: menarik anak-anak menabung
Bicara mengenai kelola-mengelola keuangan sepertinya lebih aman diserahkan keahlianya. Setelah googling kesana-kemari, di net banyak ditemukan istilah perencana keuangan yang identik dengan agen asuransi padahal khan asuransi hanya salah-satu cara saja dalam mengelola keuangan. Anehnya meski termasuk asuransi minded (asuransi jiwa, pendidikan, travelling, penyakit kritis semua diikutin) sebenarnya aku kurang mudeng ma hitung-hitungan asuransi. Tahunya deal aja ntar kalau waktu claim baru deh ngeh. Untuk deposito kayaknya juga gak minat, ntar susah narik uangnya kalau pas butuh. Cicil emas? Gak juga karena biarpun kecil cuman 10 gram mending beli cash, ready stock. Reksadana or saham? Rasanya kurang sreg juga. Simpan dollar? Boleh juga dengan niat menabung untuk umroh atau haji. Sukuk? Boleh deh dicoba asal yang dari bank syariah.
Bijak mengelola keuangan didalamnya juga termasuk bijak mengelola hutang. Bila kita masih punya tanggungan hutang, bersegeralah untuk membayar kecuali untuk tanggungan hutang KPR ke bank. Bila ada tanggungan hutang di bank, kalau ada duit mending dilunasin atau uangnya diputar dulu untuk usaha yang lain? Kalau begini better konsultasikan dulu dengan pihak bank. Biasanya kalau sudah melewati batas waktu tertentu pihak bank akan mempersilahkan kita untuk melunasinya.
Bicara soal hutang-piutang. Aku termasuk tipe orang yang lebih suka berhutang (di bank) daripada membeli rumah secara cash. Kenapa? Ya karena minded ma asuransi tadi. Kalau pake KPR, lebih aman dong semuanya dihandle bank. Bila masih ada sisa uang dari dp rumah bisa dipake untuk pelan-pelan merenov rumahnya. Ini seperti buy one get one, asyik khan ;)
Meski suka dan sangat menganjurkan untuk berhutang dengan bank (hanya untuk urusan KPR), aku tidak menganjurkan untuk terlibat hutang piutang dengan teman, sahabat atau kerabat. Kenapa? Karena uang selain sebagai sumber kebaikan, uang juga akar dari segala keburukan dan hutang bukan seperti iklannya pegadaian, mengatasi masalah tanpa masalah.
Jadi harus bagaimana dong kalau lagi butuh duit?
Berhutang bukan mengatasi masalah, hanya mendelay masalah untuk beberapa waktu seperti delaynya lion air gitu, ntar juga akan tiba saatnya gunung esnya meletus dan meluber kemana-mana. Berhutang merupakan signal awal ada yang salah dengan cara kita mengelola keuangan. Ketika signal itu mulai berkedip, kita seharusnya sudah mulai awas untuk mengubah gaya hidup atau pengelolaan uang. Jangan melakukan tehnik berisiko tinggi dengan gali lubang tutup lubang, apalagi jika berhutang menggunakan kartu kredit, alamak dendanya...!
Bijak menggunakan kk
Pengalaman pribadi, pernah lalai membayar tagihan kartu kredit hanya beberapa hari saja. Dendanya baru ketahuan di cetak tagihan bulan berikutnya. Nominalnya hampir menyamai jumlah tagihan, langsung saja aku minta gunting tuh kk, diamputasi deh penyakitnya daripada menjalar. Seorang teman yang punya disiplin tinggi, dia bisa memanfaatkan empat kk yang dia punya dengan sangat baik. Hasilnya memang menggiurkan, setiap bulan si teman tadi dapat poin reward yang lumayan besar, bila diendapkan dia bisa dapat voucher belanja dengan nilai yang lumayan. Karena menyadari kekurangannku yang sering teledor, aku membatasi tagihan kk dengan nilai sepertiganya. Kalau sudah mencapai limit sepertiga...Prittt...Stop..!!!
Kembali ke soal hutang personal, sampai sejauh mana kita boleh berhutang? Juga sampai sejauh mana kita bisa memberi hutang?
Bersyukurlah kalau kita bisa memberi hutang sama seperti kita harus bersyukur kalau dapat membesuk teman atau kerabat yang sakit. Meski diperbolehkan berhutang atau memberi hutang, ada aturan yang harus dipatuhi diantara keduanya.
Dengan siapa kita diperbolehkan berhutang? Jawabannya adalah dengan orang yang tidak akan menghakimi kita. Siapa itu? Orangtua, anak atau saudara kandung. Bagaimana dengan teman atau sahabat? Sebaiknya dihindari dengan sekuat hati untuk berhutang pada teman atau bahkan sahabat terbaik kita. Mengapa? Hutang adalah sebuah pendelay-an atau emergency exit, jangan dijadikan sebagai sesuatu yang mudah atau sebuah kebiasaan. Didunia ini tidak ada jaminan yang ada hanyalah
kesempatan. Jadi jangan gunakan kartu truf kita (berhutang)
sembarangan, kesempatannya hanya sekali. Lebih baik lagi kalau kita
tidak pernah menggunakannya. Sering kali maksud baik memberi hutang
akhirnya berakhir dengan jelek karena orang yang berhutang tidak siap
mengikuti aturan.
Ada cerita lucu tentang seorang teman yang berniat pinjam uang Rp 1 juta dengan dalih harus lewat m-banking supaya mudah mengirim bukti transfernya. Karena dia tidak punya fasilitas tersebut, maka dia berinisiatif pinjam temannya yang punya. Kebetulan teman yang punya fasilitas m banking, saldonya tidak mencukupi jadi secara berantai diapun berinisiatif meminjamkan dari temannya yang lain. Finally, uang rp: 1 juta didapat justru bukan dari transferan m-banking tapi tranfer melalui ATM. Kemudian si bandar arisan diinfokan bahwa uang arisan sudah ditransfer melalui ATM. Apa jawaban si bandar? Ya nanti hari senin baru bisa dicek, transferannya sudah masuk atau belum...Alamak, ternyata uang Rp: 1 juta bisa membuktikan banyak hal. Paling tidak ada tiga orang yang ketahuan, saldo ATMnya tidak nyampai Rp: 1 juta. Hehehe...untung aku tidak termasuk yang ditelpon juga. Ntar bertambah satu yang ketahuan saldonya tidak nyampe rp: 1 juta...(whew...)
Seorang teman memberi tip, bila ada teman atau kerabat yang akan berhutang, lebih baik kita bersedekah saja dengan memberikan sepertiganya. Daripada sakit hati dihutangi penuh tapi tidak terbayar nanti malah hilang pahala baiknya. Bener juga ya...
Aturan terpenting dalam hutang piutang adalah itikad baik. Pemberi hutang adalah orang yang berniat baik ikut membantu meringankan masalah (bukan mengatasi masalah lho...Karena mengatasi atau menghandle masalah adalah tanggung-jawab individu itu sendiri). Penerima hutang juga seharusnya orang yang beritikad baik untuk bersegera membayar hutangnya sesuai dengan waktu yang dijanjikan. Jangan pernah mendelay untuk membayar hutang dengan alasan apapun karena hutang-piutang adalah masalah kepercayaan. Sekali saja janji dilangkahi, luruhlah seluruh kepercayaan yang sudah terbina.
Keutamaan sikap tolong-menolong:
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Barangsiapa yang melepaskan seorang mukmin daripada satu kesusahan
daripada kesusahan-kesusahan dunia, nescaya Allah akan melepaskannya
daripada satu kesusahan daripada kesusahan-kesusahan Qiamat.
Barangsiapa
yang mempermudahkan bagi orang susah, nescaya Allah akan mempermudahkan
baginya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutup ke’aiban
seorang muslim, nescaya Allah akan menutup ke’aibannya di dunia dan
akhirat. Allah sentiasa bersedia menolong hambaNya selagi mana dia suka
menolong saudaranya (HR. Muslim)
Selagi di usia produktif, pandai-pandailah berinvestasi sesuai hati nuraini (kalau nurani ntar dikira caleg hanura:) sehingga di masa tua kita nanti tak lagi disibukkan dengan urusan duniawi saja. Bukankah setiap orang mendambakan masa tua yang bahagia, tidak kekurangan didunia dan banyak bekal untuk akhirat. Semoga kita termasuk orang-orang yang terjaga. Barakallah...
See you...:)
No comments:
Post a Comment