Tarian BallerinaTuscany...April 2010
"Apa
yang anda pikirkan tentang Italy? Mencicipi masakan Italy seperti Julia
Roberts dalam film Eat, Pray, Love...? Atau melongok pabrik Ferrari di
Ducati...? Menikmati seni dan arsitekturnya...? Atau berbelanja
barang-barang branded di Milan...? Tambahkan satu lagi dalam agenda,
kunjungan ke Tuscany. Sebuah daerah wisata dengan pemandangan menawan
dari kota-kota bersejarah diatas bukit. Ibukota Tuscany adalah Florence,
tempat lahirnya kesenian Renaissance yang melahirkan berbagai patung
dan lukisan seniman-seniman dunia. Florence adalah sebuah Masterpiece...
-------------------------------------------------------
Aku
meletakkan kacamata minusku ke atas meja sembari menyandarkan bahu,
mengusir penat dan kejenuhan yang tiba-tiba melanda. Sebagai reporter
yang tengah diundang oleh Air Frances, salah-satu maskapai penerbangan
Perancis untuk meliput keelokkan wisata negara-negara Mediterran, ada
tugas menanti untuk membuat laporan perjalanan selayang pandang. Dengan
bantuan kamera andalan, Nikon D70, tak ada halangan bagiku
untuk memindahkan eksotika Mediterran ke dalam foto-foto yang kubidik.
Kuraih
BB diseberang meja, kulirik penuh harap message di bbm yang kukirim
untuk Dani, Sudah terbaca tapi masih belum terbalas. Begitulah Dani...,
dia selalu membuatku hampir menyerah.
Aku merenung....Hmm, apa yang diharapkan dari suatu hubungan...?
Kepastian...?
Tepat sekali...! Seperti kepastian mata angin menunjukkan arah, tidak
ada yang bisa diharapkan dari suatu hubungan yang tidak jelas. Bagaimana
dengan Dani...? Pertanyaan yang lebih tepat kutujukan pada diriku
sendiri ketimbang padanya.
Dani selalu mengelak jika kutanya
tentang hubungan yang lebih serius. Dalihnya berputar antara
ketidaksiapan, ketidakberdayaan, ibunya yang sudah memilihkan calon
untuknya dan sederet dalih-dalih yang lain, de-el-el...Capeeek deh...
Aku menarik napas panjang....mencoba mencari pembenar dari seuntai kalimat bijak yang kuingat.
If
u are stuck between twoo options...just flip a coin in the air...It
works!!! Not because it solves the problem but while the coin in the
air...u will know what ur heart is really hoping for...
Lanjut...Putus...Lanjut...Putus...Lanjut...
Begitu koin dilempar, aku tahu apa yang kuharapkan.
Kadang hal kecil dapat meneguhkan suatu keputusan besar...
-----------------------------------------------------------
Nice, Perancis, April 2010
Dari
balkon hotel kusaksikan taburan bintang di langit Nice bersiap
menghantar penghuninya lelap keperaduan. Bau dedaunan yang dihembuskan
angin, mengusik rasa aneh yang tiba-tiba menyeruak. Aku jadi teringat
Rafi, dimana dia sekarang...? Lama kami tak bersua. Terakhir aku
melihatnya lebaran lalu, itu artinya sudah lebih dari enam bulan.
Perasaan hangat membuncah didada.
Ah....! Aku terlalu malu
berbasa-basi mengirimnya pesan... Akhirnya, kukirim sebait pesan untuk
ibu dan sebuah salam, "Bu, sampaikan salamku untuk Rafi..."
Rumah kami bersebelahan. Kebiasaannya kalau dia pulang, Rafi pasti akan menemui ibu. Selalu begitu.
Akupun kembali berkutat didepan laptop, menulis laporan perjalanan seputar Nice yang akan dimuat secara berseri.
"Nice
(baca: ni:s) terletak di Perancis Selatan, di tepian Laut Tengah,
antara Marseille dan Genoa. Nice dijuluki sebagai La Belle atau The
Beautiful Nice yang menunjuk pada keistimewaan kota ini sebagai pusat
turis utama dan resort nomor satu di Riviera Prancis-Cote d'Azur.
Ada
banyak pilihan wisata yang ditawarkan. Bagi yang suka mengunjungi
museum, anda bisa mampir di Museum Matisse. Museum ini menyimpan
lukisan, karya seni, foto maupun barang-barang yang digunakan oleh
pelukis Henri Matisse semasa hidupnya. Ada juga Museum Arkeologi Nice
atau Palais Lascaris, museum seni rakyat. Bagi yang suka mengunjungi
istana, ada banyak istana yang membuat anda tak berhenti berdecak.
Salah-satunya adalah istana Le Chateau. Anda dapat melihat panorama kota
dan pesona pelabuhan dari atas ketinggiannya.
----------------------------------------------------
-----------------------------------------------------
Seville, Spain Mei 2010
Seorang
perempuan berwajah cerah melambaikan tangan kearahku. Ketika aku
berusaha mengabaikannya, dia mengulangi lambaian tangannya, kali ini
tangannya ikut menunjuk.
Aku menoleh kebelakang untuk memastikan... Tak ada orang dibelakangku...
Dengan
gamang aku menghampirinya. Dia menanyakan beberapa menu dalam daftar
yang dipegangnya. Oh la-la...alis hitam lebat dan hidung mancungku
mengecohnya, turis itu mengira aku adalah pemilik café Exotica Gastronomia de Morocco.
Akupun menjelaskan kalau aku sama-sama turis sepertinya. Sejurus
kemudian kami menjadi akrab. Dari dialah aku mendapat tambahan referensi
tentang beberapa bangunan elok beraksitektur abad pertengahan yang
ternyata hanya berjarak beberapa blok dari hotel tempatku menginap di
Inglatera. Lumayan untuk tambahan cerita sebelum petualangan yang
sebenarnya dimulai antara Granada dan Cordova.
---------------------------------------------------------------------------
Cordova, 7 Mei 2010
Sebuah
peristiwa tepatnya sebuah kesalahan terjadi, saat kelelahan membelit
dan kantuk menyergap di dalam bus yang melaju kencang dalam perjalanan
kami dari Cordova menuju hotel. Sebuah hentakan keras melemparkan
tubuhku dengan mudahnya keluar bus. Tidak ada kesakitan atau darah
keluar dari tubuhku
--------------------------------------------------------------------------
Dalam gerakan lambat, aku menyaksikan apa yang terjadi ...
Orang-orang
bermasker menempatkanku di sebuah ranjang yang terlihat
mengerikan,terletak ditengah ruangan. Diatasnya ada beberapa lampu
sorot, panel-panel yang saling terhubung satu-sama lain, peralatan serta
mesin oksigen, tiang infus, peralatan bedah dan lain-lain yang tidak
kumengerti kegunaannya.
Dan mereka mulai menandai kepalaku... Sepertinya mereka akan membedahnya, bagai menguliti sebuah kelapa...
----------------------------------------------------------------------------------
Hari ketujuh pasca pembedahan.
Ada
yang mengganggu ketenanganku...saat dimana jutaan neuron di otakku
saling mengirim dan menerima sinyal. Membawaku ke pusaran labirin,..
menarik waktu berputar ulang... Seperti kotak musik dengan Ballerina
seorang gadis cantik yang menari ditengahnya, Ballerina yang menari-nari
di kotak memoriku adalah seorang gadis kecil yang ringkih, penuh amarah
dan ketakutan. De javu...Berkelabat dan berulang seperti slide sebuah
film yang tak putus-putusnya...
De javu April, 1990
Ayah
mengabarkan, Oma telah pergi, diambil Tuhan ke langit. Diambil Tuhan?
Apakah artinya sama seperti ketika pensilku diambil Andi, temanku yang
usil...? Kata itu membuatku tak nyaman. Seketika nafasku sesak seperti
seekor burung yang sayapnya patah dan terengah-engah mencapai ranting
pohon....
De javu Juni 1990
"Aku punya hadiah
untukmu...", inilah kalimat Lusi yang menjadi awal terorku ditengah
malam. Dihalaman belakang sekolah yang sepi, Lusi dibantu pengikut
setianya memasukkan seekor monster kecil bersungut panjang. Seekor
kecoak terperangkap dalam baju belakangku.
Teriakanku melengking
membelah langit tapi tak satupun gaungnya terdengar keluar....Keringat
dingin bercucuran, menganak sungai dalam seragam putih yang kupakai. Aku
tidak tahu berapa lama aku terkapar sampai ada yang menolongku...
De javu Desember1990
Ayah
memperkenalkan seorang perempuan yang tak disebutkan namanya. Aku hanya
memanggilnya Tante, seperti ayah menyuruhku. Suatu hari seperti biasa,
ayah membawaku berkunjung menemui tante. Yang tak biasa adalah, aku
melihat tante itu menangis dalam pelukan ayah. Oh... ! Sekuat hati aku
menahan amarah...Bagaimana mungkin ayah membiarkan seseorang memeluknya
selain ibu? Kemarahanku hanya terlihat oleh ayah sebagai tangisan
seorang anak kecil yang meraung-raung...
De javu Mei 1991
"Gadis
kecil....apa yang kau lakukan....di sini...", suara ayah terdengar
disela isak tangisku. Aku terkunci berjam-jam disebuah gudang gelap,
tempat ibu menyimpan rempah-rempah dapur...Bau bawang menyengat menusuk
hidung. Udara pengap...
------------------------------------------------------------
Namaku Amira, umur delapan tahun. Kami tinggal disebuah kota kecil di perbukitan.
Aku
adalah pemimpi. Diantara tiga bersaudara, hanya aku yang punya
pemikiran rumit tentang adanya dunia yang penuh warna di luar sana
selain dunia kami yang dibatasi hamparan hijau kebun apel dan putihnya
kabut di kaki bukit.
Ibu selalu menjadi penyemangatku. Katanya,
kalau aku ingin bernasib baik seperti kedua saudara perempuanku yang
lain, aku harus bisa meniru mereka.
"Kedua kakakmu rajin dan pintar, karena itu Mira, juga harus rajin dan pintar" tutur Ibu di suatu petang.
Hanya meniru...? Pikiran kecilku menari-nari, Mudah sekali... Kenapa tidak...?
Tapi....
Kedua
kakak perempuanku itu memang rajin, pintar dan juga bernasib baik.
Mereka bersanding dengan laki-laki terbaik di desa kami dari segi
bibit, bobot dan bebet. Itulah impian terbesar mereka.Yang tidak
diketahui Ibu dan kedua kakakku itu , impianku jauh lebih besar dari
mereka bahkan melebihi isi kepalaku.
"Aku ingin keliling dunia...", seruku, suatu hari.
"Keliling dunia...? Mau kemana...?", Kak Lia dan kak Mia berbarengan bertanya dengan menahan senyum.
" Ketempat Alice..." jawabku spontan.
Alice...nama
itu kukenal lewat salah-satu buku cerita pemberian Ibu yang dibelinya
dari tukang loak di pasar. Buku cerita bergambar itu tersusun dari
kalimat yang tidak sepenuhnya dimengerti pikiran kecilku, terutama
dengan nama-nama tempat yang terasa asing. Yang terpenting bagiku, buku
berjudul Alice in Wonderland itu merupakan muara dari samudra mimpi yang
meletup-letup. Aku serasa menemukan jalan setapak menuju tangga impian
yang geliatnya mampu membuatku tahan berjam-jam duduk tenang
mendengarkan guru mengajar. Apa yang kuyakini, impian membuat segalanya terlihat lebih mudah.
Gulungan
mimpi itu kusimpan dalam sebuah kotak musik berukir pemberian ibu yang
selalu kubawa kemanapun pergi. Setiap kali aku membutuhkan kekuatan,
kubuka kotaknya dan kusimak Sang Ballerina menari diiringi
denting-denting nada yang teralun penuh makna. Dalam bayanganku, akulah
Sang Ballerina. Seorang gadis tangguh yang piawai menari diatas satu
kaki dan seorang gadis cilik dengan mimipi yang besar.
Hari ke empatbelas...
Aku
merasa lebih baik sekarang.... Perasaan itu terbantahkan ketika kulihat
masih banyak selang yang centang-perentang menempel disekujur tubuh.
Ah....Mengapa aku tampak menyedihkan seperti ini...? Kemana orang-orang yang kucintai...? Aku ingin pulang...
Sekuat tenaga aku berteriak ingin pulang tapi tak satupun dari orang-orang yang berlalu lalang disekitarku menghiraukan...
"Hey...!
Coba lihat... Aku sudah sembuh...Lihat...! Aku bisa bergerak..." kedua
tangan kugerak-gerakkan... Tetap saja, mereka hanya datang, mencatat
dan berlalu.
Akupun mulai meningkatkan atraksiku, kupencet panel
diatas kepalaku, kutarik selang oksigen, kucabut jarum yang menusuk
lenganku...
Tiba-tiba bunyi melengking keluar dari sebuah monitor
yang terhubung denganku ...Orang-orang yang berbaju putih-putih
menyerbu masuk kekamar dengan membawa aneka peralatan.
"Stop... ! Jangan menyakitiku lagi... ...Berhenti...! Aku hanya ingin pulang..."seruku bertubi-tubi.
Sesaat aku merasakan tubuhku membelah...jiwakupun turut terbelah...
Seribu sayap menghantarku mengikuti cahaya, menembus ruang dan waktu, membawaku ketempat dimana kegalauan bersemanyam.
Berhenti pada sebaris tulisan nama yang mulai luntur: LUSSY Saraswati...
Ibu
pernah mengatakan, "Jangan balas kejahatan dengan kejahatan, biarlah
alam yang akan membalasnya..." Aku tidak pernah berniat membalasnya.
Kupandangi pusara yang tampak kotor, kusam dan tak terawat...Entah
bagaimana caranya dia pergi, terkesan tak ada seorangpun yang bersedia
mengingatnya.
----------------------------------------------
Jiwa yang terbelah membawaku pada seseorang yang selalu mengisi pikiranku tapi tak pernah menyentuh hatiku.
Pendar kepedihan berserabut dimatanya. Dani... Menyintaimu adalah sebuah ke-absurd-an.
Seorang
perempuan bisa dipaksa menikah dengan seseorang yang tak dicintainya
tapi seorang laki-laki tidak akan bisa menikah dengan seseorang yang tak
dicintainya. Mengapa kau memaksaku untuk percaya...? Sesorang tidak
akan tahu arti seseorang baginya sampai dia kehilangan. Kesadaran yang
datang terlambat...
--------------------------------------------------
Seribu
sayap itu mengantarku melihat sosok yang begitu kukenal,.. Rafi! Aku
mengenalnya sama seperti aku mengenali aroma apel yang terbawa angin
dari perbukitan.
Rafi tengah khusyuk diatas sajadah...
Entah mengapa, perasaan aneh selalu menggelayut jika nama Rafi melintas.
----------------------------------------------------
Sejuta cahaya membawaku berdamai dengan hati yang menyimpan amarah.
"Ayah..." Aku memanggilnya "Aku melihatmu memeluk Tante itu..."
Aku
memeluknya dan berbisik pelan ditelinganya..."Ayah, hari ini aku
memaafkanmu...Biarlah ini menjadi rahasia kecil kita berdua..."
Aku
melepaskan pelukanku dan mencium keningnya lembut...Walau dia tak dapat
mendengarku, aku dapat melihat bias kelegaan diwajahnya. Dia menarik
napas dalam dan menghembuskannya perlahan seperti menghilangkan sebuah
beban... Beban yang juga kusandang selama bertahun-tahun.
----------------------------------------------------
Seribu
sayap, sejuta cahaya dan kerinduan, menuntun kepelukan seseorang yang
teramat kukasihi. Ibu adalah orang yang kuduga paling bersedih dengan
apa yang terjadi padaku bahkan setelah semuanya berlalu bertahun-tahun
lamanya. Aku tak melepaskan pelukanku sampai...
Airmatanya kurasakan membanjiri hatiku...
--------------------------------------------------------
Balerina
itu muncul lagi dalam kepalaku....Menari-nari diatas satu kakinya,
meliuk-liukan tubuhnya bagai untaian tali. Sorot lampu berpendar
mengikuti gerakannya....Berputar, melayang, berlari.... Alunan nadanya
menyatukan hati dan jiwa yang terbelah.... Kulihat...Ballerina itu tak
lagi sendiri.... Peri-peri kecil terbang mengitarinya.
Sang
Ballerina, seorang gadis cantik dengan kedua tangannya terangkat keatas,
badannya terdongak kedepan hingga berat tubuhnya tertumpu pada satu
kaki, masih sama seperti saat ibu memberikan kotak musik itu padaku.
Akulah Sang Ballerina....
Sebuah alat berbentuk kotak
menekan kuat di dada... Lagi...dan lagi...Kejut listriknya bagai
gelombang panas yang beriak di seluruh simpul-simpul syarafku,
.............rasanya sekujur kulitku melepuh... Napasku
tersengal-sengal...
Tubuhku bergetar.... Seseorang memegang
tanganku. Kubuka mata yang terkatup rapat. Samar-samar kulihat beberapa
orang berpakaian putih...Mereka saling menyapaku...
"Holla...Como esta usted...?"
"Speak english..?"
"Not to worry, you are ok.."
"Este es un verdadero milagro ... un milagro ..." seru salah seorang dari orang-orang berbaju putih.
"Dan
Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila
datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan" (QS, Al-Munafiqun, 63:11)
---------------------------------------------------------------------------
NDE
(Near Death Experiences) atau orang awam menyebutnya mati suri adalah
suatu fenomena yang dapat terjadi saat manusia mengalami koma. Ada yang
merupakan bentuk life review process (paparan ulang atas kehidupannya),
ada juga yang mengalami kejadian out of body experience (pengalaman
keluar dari tubuh). Tiap orang mengalami NDE yang berbeda satu-sama
lain. Ada yang memiliki sensasi menyenangkan atau sebaliknya. Kini NDE
sudah dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah melalui teori
gelombang listrik.
Cerita dalam note ini hanyalah fiksi, jika ada kejadian, nama, tempat dan waktu yang sama, hanyalah sebuah kebetulan.
May Allah forgive us all and keep us in the grace of His Rahmah. Allahuma Ameen.
Note Story: Originally Written by Layla F Thalib
Inspired by: Sirin and Rana
Edited by : Ghana, Inayah and Rima
Published by: Facebook
Supported by: Faisal A Maudah
Tarian Ballerina