Siapakah Sahabat itu?
Sahabat dalam pengertian yang populer adalah teman disaat suka dan duka. Teman disaat suka mungkin banyaklah tapi teman dikala duka, adakah? Pengertian ini menjadi klise ketika hanya tertulis diatas kertas. Teman dikala duka, bermakna kita berempati terhadap kesulitan yang dihadapinya dan dengan semampu kita berusaha menolongnya. Semampu kita bermakna mengambang karena tidak ada batasan yang jelas kemampuan seseorang dalam menolong seseorang yang lain. Sebagaimana sulit membedakan keinginan dan kebutuhan, sulit juga untuk membedakan kemampuan dan ketidakmampuan dalam membantu seseorang. Kadang diantara kita tidak ingin terlibat terlalu dalam sebuah drama keluarga karena menyangkut ranah pribadi (meski sebetulnya lakon dalam drama tersebut adalah teman terbaik atau bahkan saudara kita sendiri). Makna yang tepat semampu kita adalah: batas yang dapat membawa kebaikan pada sahabat yang ditolong dan kita sebagai pihak yang berempati.
Manakah arti sahabat menurut kita?
Ini..(no:1)
Atau yang ini...(no:2)
Atau yang ini...(no:3)
Apakah kita punya sahabat?
Pertanyaan ini aku lontarkan pada dato di suatu kesempatan pas lagi nonton film drama bareng (kesempatan langka karena selera film yang berbeza. Aku, seperti kebanyakan selera ibu-ibu sejuta umat, lebih senang nonton drama sementara dato lebih senang film tembak-tembakan alias action, whew...).Sambil melontarkan pertanyaan, aku juga berpikir, aku punya-gak ya? Kalau merasa punya, siapa hayoo, sebutkan, satu....dua...tiga...???
Sambil melirik dato, telingaku bersiap-siap mendengarkan siapa nama teman yang dianggapnya sebagai sahabat. Satu...dua...tiga...??? Koq diam aj sih, apa gak denger pertanyaanku, maka kuulangi lagi kalimatku sambil semakin menajamkan pendengaranku. Finally, terdengar suaranya...
"Apa yang dimaksud dengan sahabat?" katanya.
Kembali lagi ke topik awal, iya-ya,apa yang dimaksud dengan sahabat??? Kita harus menyamakan persepsi dulu.
Kalau pengertian sahabat sekedar teman-teman minum kopi atau teman jalan bareng ngemall atau teman perkumpulan pengajian, rasanya kita sudah punya ya, bahkan beberapa. Tapi sekali lagi kalau pengertian sahabat seperti yang baru saja kita saksikan di film, dimana kita bisa menitipkan anak, menunggui teman di rumah sakit atau menampungnya di rumah, sepertinya peran ini disini(maksudnya di Indonesia) masih dimainkan oleh saudara atau orangtua. Di belahan dunia lain, peran ini tergantikan oleh seseorang yang dipanggil best friend. Apakah kita punya? atau pertanyaan lanjutan apakah kita bersedia jadi sahabat?
Arti sahabat bagi seseorang mengalami pertumbuhan seiring dengan pertambahan usia. Saat kecil, seorang sahabat adalah teman bermain terdekat, ketika remaja, sahabat adalah teman yang masuk dalam peer groupnya. Ketika kuliah, sahabat adalah bagian dari teman curhat dan kongkow. Saat kerja dan belum menikah, sahabat adalah teman seide dan seperjuangan dalam karier dan mendapatkan pasangan.
Saat berkeluarga, apa makna seorang sahabat?
Sulit untuk mendapatkan arti yang tepat, apa arti sahabat bagi para ibu atau bapak. Bagi para ibu, bukankah sudah cukup menjadikan suami sebagai teman curhat sekaligus dewa penolong dan anak-anak sebagai penghibur hati? Begitu juga bagi para suami? Cukuplah istri dan anak sebagai pendukung sukses story mereka.
Jadi apakah kita masih memerlukan seorang (atau beberapa) teman baik yang bisa disebut sahabat?
So Pastilah...
Sahabat itu seperti ban serep, tidak selalu terlihat tapi sewaktu kita butuhkan dia ada (ban serep selalu ada dibagian tersembunyi dalam bagasi dan bila kita butuh kita tahu harus menemukannya dimana). Sahabat itu seperti alarm, selalu mengingatkan. Sahabat itu seperti doa, memberi kebaikan.
Apakah kita punya teman-teman yang bisa berperan sebagai sahabat? Kulontarkan sekali lagi pertanyaan inti ke dato.
"Oh..kalau begitu, Insyaallah ada" kata-kata dato meluncur begitu saja.
Pertanyaan selanjutnya, Siapakah dia?
Ketika dato menyebut beberapa nama, diantaranya teman kerjanya, seide seperjuangan. Alhamdulillah, sebagai istri tentu kita senang mendengarnya. Tidak ada sesuatu yang lebih baik selain mendengar orang yang kita cintai berada ditempat aman bersama teman-teman terbaiknya, saling mendukung dan mengingatkan.
Dan ketika pertanyaannya dibalik, aku sudah siap dengan jawabannya.
"Alhamdulillah ada..." kataku mantab.
Diusia madya begini, kita tidak memerlukan seorang sahabat dengan kriteria seperti no: 3 atau no: 1 tapi mungkin yang lebih tepat adalah kriteria no: 2. Nah, kalau kita sudah punya sahabat, berikutnya, apakah kita bersedia menjadi sahabat bagi teman-teman kita?
YES I WILL or YES I DO...Bagaimana dengan anda...?
SEE YOU in the next post. Minggu depan dilanjut dengan topik baru ya, karena penulisnya mau jalan-jalan dulu...:)
Sahabat itu seperti ban serep, tidak selalu terlihat tapi sewaktu kita butuhkan dia ada (ban serep selalu ada dibagian tersembunyi dalam bagasi dan bila kita butuh kita tahu harus menemukannya dimana). Sahabat itu seperti alarm, selalu mengingatkan. Sahabat itu seperti doa, memberi kebaikan.
Apakah kita punya teman-teman yang bisa berperan sebagai sahabat? Kulontarkan sekali lagi pertanyaan inti ke dato.
"Oh..kalau begitu, Insyaallah ada" kata-kata dato meluncur begitu saja.
Pertanyaan selanjutnya, Siapakah dia?
Ketika dato menyebut beberapa nama, diantaranya teman kerjanya, seide seperjuangan. Alhamdulillah, sebagai istri tentu kita senang mendengarnya. Tidak ada sesuatu yang lebih baik selain mendengar orang yang kita cintai berada ditempat aman bersama teman-teman terbaiknya, saling mendukung dan mengingatkan.
Dan ketika pertanyaannya dibalik, aku sudah siap dengan jawabannya.
"Alhamdulillah ada..." kataku mantab.
Diusia madya begini, kita tidak memerlukan seorang sahabat dengan kriteria seperti no: 3 atau no: 1 tapi mungkin yang lebih tepat adalah kriteria no: 2. Nah, kalau kita sudah punya sahabat, berikutnya, apakah kita bersedia menjadi sahabat bagi teman-teman kita?
YES I WILL or YES I DO...Bagaimana dengan anda...?
SEE YOU in the next post. Minggu depan dilanjut dengan topik baru ya, karena penulisnya mau jalan-jalan dulu...:)