Coba main tebak-tebakan yuk...Apa yang pasti dalam kehidupan ini? Mungkin jawabannya beragam tapi aku punya versi, ada dua yang pasti, pertama adalah: kematian yang kedua adalah cinta orangtua.
Masih keingat saat ikut salah-satu seminar motivasi, ada sebuah permainan psikis. Kita diibaratkan ada di dalam sebuah perahu yang hampir karam. Perahu ini hanya bisa menampung 4 orang (isi penumpang terdiri dari ortua, mertua, teman, anak-bapak,ibu, saudara) Siapakah yang akan kita selamatkan terlebih dahulu? Jawabannya pasti keluarga, kasihan deh yang namanya teman dibuang ke laut duluan...:( urutan selanjutnya saudara, mertua, ortua dan... Yang punya anak satu atau dua, masih bisa menahan napas karena dia cuman butuh 3-4 orang yang harus diselamatkan. Tapi ternyata permainan ini semakin seru karena pada akhirnya kita harus memilih satu orang survival. Siapakah pemenangnya?
Survey singkat yang berhasil terekam, jawaban peserta terbanyak adalah anak kemudian suami atau istri. Aku sih sedari awal tidak bisa menyelesaikan permainan ini (sadis banget ya disuruh milih yang mana yang harus diajak terjun kelaut). Mending memilih abstain tapi ternyata gak bisa, harus milih...(duh Gusti, mugi-mugi gak pernah terjadi pada kehidupan nyata. Ketika disuruh memilih anak mana yang dianggap bisa survive dan dipertahankan diatas perahu. Aku memilih pilihan ekstrem, suami yang aku pilih untuk survive.Why...?
Karena, aku melihat sosok hubby adalah orang yang bisa survive disegala situasi (masyaallah tabarakallah).
Karena, aku melihat sosok hubby adalah orang yang bisa survive disegala situasi (masyaallah tabarakallah).
Kalau aku (geleng-geleng kepala),gak sanggup rasanya ngebanyangin kesedihan anak (waktu itu yang sulung masih berusia 12 tahun dan yang bungsu usia 4 tahun). Mereka harus kehilangan kedua ortua dan saudaranya dan terpaksa harus survive seorang diri....??? Aduhhh...gak sanggup...gak sanggup deh (wheeeww) gak bisa bayangin anakku hidup sebatang kara (meski dijamin materi cukup tapi jiwanya kering-kerontang,kehilangan kasih-sayang orang-orang terdekat). Siang dan malam kuselalu berdoa semoga panjang umur dan bisa mendampingi anak-anak selama mungkin, Amin Ya Robbal Alamin.
Ternyata oh ternyata...yang seperti aku ada beberapa lho, tapi banyak juga yang beraliran rasional, benar-benar dapat berpikir logis ditengah situasi yang genting. Ada seorang teman yang memilih anak laki-laki pertamanya. Karena katanya, selain anak laki-lakinya lebih bisa survive dibanding anak perempuannya juga karena anak laki-lakinya dapat meneruskan garis keturunan keluarga. Wow...(takjub).
MySirin...
Cinta ortua pada anaknya terutama cinta seorang ibu adalah sebuah karuniaNya yang pasti. Bila ada seorang ibu yang menolak anaknya itu bukan fenomena alam biasanya, pasti ada sesuatu yang terlewatkan. Salah-satunya karena, si ibu kurang atau tidak membiarkan ikatan itu tumbuh seiring dengan tumbuhnya janin dalam rahimnya (mungkin karena ada sebab akibat yang lain).
Mengutip pernyataan mertua, seorang anak akan selalu ada dalam pemikiran ortunya biarpun mereka sudah berjenggot. Ternyata ibu mertua canggih juga ya karena pernyataannya dikutip oleh Google seperti di bawah ini...:)
I always told
you that you would be my baby even when your 80 yrs. old. I only got to
keep you for 32yrs. but you are still my baby boy and always will be.
Meski anaknya sudah menikah dan beranak cucu sekalipun, kalau si anak ada persoalan dalam keluarganya, orangtua juga pasti kepikiran. Dan masalah terbesar dalam keluarga selain persoalan ekonomi adalah: salah memilih pasangan (baca dulu ini sebelum menikah ya). Si sulung, Sirin suka protes kalau habis shalat, salah-satu doaku adalah ," Ya Allah, semoga anak-anakku menjadi anak baik dan mendapat jodoh orang baik-baik". Sirin langsung menimpali, "Mama masih jauh..." katanya dengan wajah bete (saat itu dia masih kelas 1 SMP) Hehe nak, nak...bahkan sebelum ananda lahir, doa mama juga sudah begitu. Sekarang dia sudah gak pernah protes lagi (mungkin sudah terbiasa, juga adiknya yang sudah mendengar doa tersebut lebih awal...:)
Karena sedang tidak membahas salah memilih pasangan, marilah kita kembali ke topik awal, cinta orangtua pada anaknya terutama cinta seorang ibu pada anak perempuannya.
Coba kita refresh pengalaman kita sendiri ketika menjadi ibu (melow dikit ya pagi-pagi). Masih inget gak saat-saat awal melihat test pack positip, morning sickness, flek-flek di bulan awal, gerakan bayi menjelang bulan keempat, tendangan kaki bayi menohok lambung, detik-detik melahirkan yang seperti dicabut nyawa, tangisan bayi pertama kita, pengalaman menyusui yang luar biasa, anak sakit tergopoh-gopoh ke dokter hanya dengan daster, mengantar anak masuk sekolah pertamanya de-el-el... Semua itu adalah mukjizat yang hanya diberikan pada seorang ibu. Karenanya ibu menempati ranking pertama sebagai makhluk mulia di muka bumi.
So...kalau kita seorang anak tunggulah saat menjadi seorang ibu untuk bisa memahami ibu kita. Kalau kita seorang ibu, tengoklah pengalaman terhadap anak, itulah yang terjadi pada ibu kita. Kalau ada perkecualian dengan sosok ibu, bersabarlah karena paling tidak selalu ada kebaikan darinya melalui doa-doanya yang tidak berhijab. Jangan dianggap remeh doa seorang ibu, kekuatannya sungguh luarbiasa, sesuai sabda Rosululloh:
"Ridho ALLAH tergantung kepada keridhoan orang tua dan murka ALLAH
tergantung kepada kemurkaan orang tua" (HR Bukhori, Ibnu Hibban,
Tirmidzi, Hakim).
Dengan tidak berpanjang lebar, bisa dikatakan, bukanlah anak yang baik jika anak tersebut sampai bersiteru dengan orangtuanya terutama ibunya tanpa perkecualian apapun. Dan seorang ibu yang baik selalu dimulai dengan menjadi anak yang baik. Jadi bila kita ingin menjadi ibu yang baik, mulailah menjadi anak yang baik bagi ibu kita. Jangan membebani ibu dengan pemikiran tentang kita dan biarlah hanya doa-doanya saja yang mengalir untuk kita. Semoga kita selalu dapat menjalankan peran sesuai tugas kita di muka bumi dan semoga anak-anak kita menjadi anak yang sholeh yang menjadi hiasan kita di dunia dan di akhirat kelak. Amin Ya Robbal alamin...
See you in the next post...
No comments:
Post a Comment