Pashmina Vintg (Ig:laylafahir.id)
Ini beberapa tampilan dari pashmina Vintg, Its Simple and Elegant...๐
Saat ini, seluruh umat di muka bumi mengalami kejenuhan yang tidak terukur sebagai akibat menjadi tahanan rumah selama hampir setahun. Ada banyak keluhan tersirat, tersurat, tersayat yang bagi kebanyakan orang, pandemi ini adalah sebuah musibah. Dan bagi sebagian yang lain, pandemi ini diubahnya menjadi sebuah kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.
Bagiku, pandemi ini seperti uji nyali. Sebagai istri dari seorang dokter dan ibu dari seorang dokter yang tiap hari riwuh dengan fakta dan data tentang covid dan semestanya, aku mencoba mencari dimensi lain untuk tetap dapat berpikir normal ditengah ketidaknormalan yang mengepung akal sehat. Tiap hari aku berpikir keras untuk melakukan sesuatu yang beda namun terjangkau dan terpenting bisa kunikmati. Paling tidak bisa mengalihkan pikiran beku dan hati yang berdebar-debar tiap kali menunggu hasil swab. Entah berapa kali suami diswab untuk memastikan bahwa suhu badannya tetap dikisaran 36,5 C atau bila ada peningkatan menjadi 37,5 itu bukan karena disebabkan ketimpa dosa dari virus yang dihujat semua umat. Doa-doa yang dipanjatkan adalah kekuatan, mencoba berserah diri pada Dzat yang Maha Agung, Allah subแธฅฤnahu wataสฟala.
Kalau hal baru itu seperti sebuah ramuan, aku mencoba mempertemukan unsur-unsurnya. Dan aku baru memulainya, belajar bisnis hijab...!
Bisnis bukan hal baru bagiku, dimulai saat kelas lima SD, aku menyewakan buku-buku cerita koleksiku keteman-teman, waktu itu dibayarnya pake karet tutup botol fanta, sprite atau seven-up. Sempat juga diupgrade pake uang receh, Rp 10,- untuk buku yang tipis, yang sedang rp: 15,- dan yang tebal rp 20,- Kala itu dapat duit segitu sudah senang banget...
Saat ikut suami PTT ke Wasah, Hulu Sungai Selatan. Aku buka butik di rumah, jual baju-baju yang dikirim mama dari Surabaya. Balik dari PTT, aku coba-coba buka bisnis baju bayi, gagal, alias rugi. Belum sempat diwujudkan sudah keburu diajak pindah ke Surabaya padahal sudah terlanjur beli kain popok berrol-rol. Akhirnya kain popok dihibahkan ke ipar dan kesemua saudara yang lagi punya bayi. Di Surabaya mencoba buka bisnis accessories pouch, sempat dititipkan ke supermarket Sinar (saat belum terbakar). Lumayan terdistribusi sampai stock habis. Lupa...stock habis itu karena terjual atau karena dibagi-bagikan...๐ Yang jelas tidak berlanjut...
Sampai akhirnya berkenalan dengan bisnis homestay dan villa. Aku merasa disinilah passionku, dibidang property. Aku benar-benar menikmati peranku sebagai perancang tunggal semua ruang dalam homestay atau villa. Saking sukanya sama urusan decor-mendecor rumah, aku rela mengabaikan kesenanganku yang lain berkaitan dengan fashion, seperti belanja baju, tas, sepatu dan sejenisnya. Saat tengah menikmati hangatnya bisnis ini, datanglah tamu tak diundang, pandemi Covid-19 menghempaskan semua tatanan dunia, termasuk bisnis kecilku.
Ditengah kepungan pandemi, aku menemukan beberapa ide bisnis yang sepertinya masih masuk dengan passionku dibidang decor-mendecor atau memasak. Tapi untuk bergerak di bisnis kuliner, selalunya aku maju-mundur. Meski sudah dibekali dengan kursus memasak setahun di Monas Culinary Surabaya, aku masih merasa kurang pede. Bukan tak pede dengan masakanku tapi tak pede kalau bukan aku sendiri yang memasak. Pengin punya bisnis yang bisa ditinggal-tinggal. Setelah melalui pengamatan dan perenungan mantaplah aku mencoba bisnis hijab.
------------------------------------------------------------------------
Saya pernah, saya tidak pernah, saya selalu...itu varian jawabannya. Apakah jawaban diatas dapat mencerminkan akhlaq seorang suami pada istrinya?
Jawabannya bisa ya bisa tidak, khan beda-beda cara suami memuliakan istrinya. Yang jelas, akhlak suami pada istrinya adalah akhlak yang paling jujur, bebas riya' maupun pencitraan. Akhlaq seorang anak pada orangtuanya masih tidak bebas riya' (jikalau ortu masih hidup). Jika ortu sudah meninggal, akhlaq seorang anak memasuki fase baru. Menjadi anak yang sholeh dengan amalan-amalan bebas riya' hanya dia dan Allah yang tahu, lihat ini.
Saat awal-awal menikah, aku sempat terkaget-kaget ketika mendapat amplop dari suami. Bukan karena jumlahnya tapi karena bingung aja dapat mandat. Sampai suami PTT beberapa bulan kemudian, aku masih pake cara trial and error dalam tata kelolanya (maklum, satu-satunya pengalaman mengelola uang adalah uang kos dan hasilnya mengharukan...๐
) Meski minim pengalaman tapi karena kita tinggalnya di desa terpencil, kondisi aman-aman saja. Satu-satunya pengeluaran terbesar kalau belanja baju anak saat melancong ke ibukota, Banjarmasin.
Biasanya rumah tangga baru, tata kelola keuangannya masih kek sulam alis alias tambal-sulam. Mau dikelola suami atau istri gak masalah karena belum ada yang bisa dibagi atau disisihkan. Seiring peningkatan pendapatan, mulailah diperlukan pembagian peran, siapakah yang mengelola keuangan? Berdua atau diserahkan sepihak pada pasangan yang dianggap mampu?
Kalau suami adalah imam sejajar dengan perdana mentri maka makmumnya adalah istri yang bisa disejajarkan dengan mentri. Karena perempuan berkemampuan multitasking, istri dapat merangkap beberapa jabatan sekaligus, misal mentri keuangan, mentri pendidikan, mentri perberdayaan dll. Kelebihan inilah yang mendasari golongan suami yang menganut paham anti ribet maka pengelolaan keuangan diserahkan pada istri. Dah banyak terbukti pengelolaan keuangan rumah tangga jadi lebih berkah kalau dipegang istri. Ya iyalah sifat ibu-ibu khan pada dasarnya sama, seneng dapat barang murah meriah, beli barang yang twoo in one, three in one atau paket promo, paket cash-back, paket tawar-menawar dll...๐
Bapak-bapak gak akan sanggup begitu. Pokoknya kalau judulnya belanja rumah-tangga serahkanlah pada ahlinya (baca: istri) pasti pas hematnya.
Bagaimana dengan saving dan investasi...?
Bila
sampai pada tahap ini berarti laju perekonomian keluarga mengalami
peningkatan, dengan kata lain: ada yang bisa disisihkan untuk saving dan
investasi. Untuk
saving, keknya sebagian besar istri punya insting menyimpan. Sebaliknya untuk investasi, para suami yang lebih mumpuni. Tapi bila
ada perkecualian, better didelegasikan ke pasangan.
Dari banyak versi pembagian penghasilan, kita mengikuti
pakem, 10:20:30:40. Dimana 10% untuk sedekah, 20% untuk saving, 30%
untuk investasi dan 40% untuk kebutuhan sehari-hari. Bagi aku dan suami,
pakem ini tidak baku besaran prosentasenya seringnya bergeser sesuai
situasi dan kondisi. Kalau lagi hunting properti, saving bisa kita
bongkar demi menambah besaran dp sekaligus mengurangi besaran cicilan
hutang di bank. Ini dulu ya...Sekarang dah tobat deh gak mau lagi
mengenal cicilan. Untuk saving, aku termasuk perkecualian, nyerah, suami yang pegang kendali.
Untuk investasi, bolehlah aku kasih masukan dan tata kelolanya...๐
Ada
teman yang sangat ketat mengikuti pakem dimana saving tidak bisa
diotak-atik bahkan bila ada properti yang dijual sangat murah sekalipun. Prinsip yang tampaknya tidak mengikuti kaidah bisnis, terlalu kaku dan kuno. Dimasa pandemi ini, suatu kondisi yang extraordinary ternyata seseorang dengan prinsip diatas yang paling beruntung...๐
Berkaitan dengan investasi, ada nasehat bijak yang berbunyi: "Jangan taruh telur dalam satu keranjang..." Maksudnya untuk menghindari kerugian yang lebih besar bila terjadi hal yang tidak diinginkan maka sebaiknya investasi itu dibagi-bagi peruntukannya, misal: asuransi (ada orang yang menganggap asuransi adalah sebuah investasi tapi ada juga sebaliknya, terserah pada keyakinan masing-masing), menyimpan emas (logam mulia ataupun perhiasan), property (misal kos-kosan), simpan mata uang asing terutama dollar (persiapan haji dan umroh) atau euro.
Dalam sebuah keluarga, masalah keuangan harus ada keterbukaan antara suami dan istri. Mungkin tidak harus detil tapi paling tidak, tak ada rahasia yang tak diketahui istri/suami. Berkaitan dengan teks hak-hak istri, uangmu adalah uangku dan uangku bukan uangmu, aku sependapat. Seorang suami wajib menafkahi keluarganya sementara seorang istri tidak wajib. Meski pakemnya begitu, bila dalam keluarga tercipta atmosphere keharmonisan, seorang istri akan dengan ikhlas memberikan sebagian atau bahkan seluruh uangnya untuk dapat membantu/mensuport suaminya jika diperlukan.
Bersambung...
ุฃَْูู َُู ุงْูู ُุคْู َِِْููู ุฅِْูู َุงًูุง ุฃَุญْุณَُُููู ْ ุฎًُُููุง َูุฎَِูุงุฑُُูู ْ ุฎَِูุงุฑُُูู ْ ِِููุณَุงุฆِِูู ْ ุฎًُُููุง
Seorang ayah berlutut dihadapan gadis kecil yang tengah terisak di kursi. Sang ayah membisikkan sesuatu yang ajaib langsung meredakan isakan si gadis. Di kala lain, sang gadis kecil membisikkan sesuatu dan sang ayahnpun terangguk.
-------------------------
Seseorang membawa rekaman perjalanan hidupnya sepanjang keberadaannya. Rekaman yang paling powerfull adalah contoh nyata dalam keseharian. Begitupula dalam berumah tangga, aku membawa semua contoh itu dan menyimpannya dalam kotak memori dikepalaku. Ketika menikah aku masih berumur 23 tahun, usia yang sekarang dianggap kedinian untuk menikah. Secara psikologi dua puluh tiga tahun masuk dalam range dewasa awal, meski begitu penampakanku yang mungil dan culun cukup membuat tukang rias (sekarang lebih hits dengan sebutan Mua) dan bridal boutique menyangkaku baru lulus SMA.
"Nih...kecil-kecil koq sudah nikah, dijodohin ya..."
He..he...Iya sih betul tapi sudah cukup umur koq... Hanya secara psikologis, persiapan mental menuju pernikahan memang hanya setara sekolah lanjutan atas jadi bisa dibilang underachiever gitu...๐
Ketika akan menikah atau saat menikah, tidak ada wejangan khusus dari ortu. Abi dan mama adalah tipe ortu klasik yang menganut paham, menikahlah sebagaimana orang-orang terdahulu (baca: sepupuku) menikah. Pernikahanku seperti pernikahan umumnya akan berjalan searah jarum jam. Diawali dengan perjodohan, baca fatehah, lamaran dan diakhiri dengan pernikahan. Kehidupan setelah menikah itu seperti apa, tugas tanggung-jawabnya seperti apa tak pernah ada yang mengulas. Aku hanya menerima wejangan sepotong-sepotong dan remeh-temeh misal tentang kopi. Beberapa amati dan halati (tante) mewanti-wanti untuk membuatkan kopi suami dengan tangan sendiri, pamali pembantu yang membuat. Ada juga wejangan lain yang intinya, suami adalah prioritas nomer satu.
Subhanallah, aku yang tidak terbiasa minum teh atau kopi (apalagi membuatnya) bertemu dengan seseorang yang kusebut suami yang juga tidak terbiasa dengan teh atau kopi. Gugurlah klausul number one. Alhamdulillah, pak suami ini ternyata penganut persamaan gender, artinya kemana-mana bersama-sama, ke pasarpun kita bersama...๐ Lha gimana, seumur-umur gak pernah ke pasar, mau kepasar sendirian takut jadilah minta ditemani.
Waktu empat belas tahun tak terasa lama karena kita tetap sering bertemu paling tidak seminggu dua kali, apalagi kalau ada seminar atau pelatihan aku selalu turut serta serasa gak LDR deh. Apalagi banyak temen sepertiku juga, berpisah rumah dengan suami dengan pelbagai alasan. Aku masih merasa LDR baik-baik saja sampai...
The virus taught me...
Saat virus covid-19 bergentanyangan di udara, saatWFH berlaku, saat melockdownkan diri dari kegiatan tak mendesak dan tak penting ada banyak waktu dirumah untuk saling bertinteraksi, suami-istri, kakak-adik, ayah-anak-ibu-anak, ayah-ibu dan anak-anak. Ternyata nikmat ya berkumpul sebagai satu keluarga yang utuh. Nikmat ya bisa melihat suami setiap harinya. Nikmat ya melakukan hal kecil bersama-sama, ayah-ibu-anak. Nikmat ya memberi kesempatan anak ngobrol sepuasnya dengan ayahnya, bisa besok bisa besoknya lagi, bisa kapan saja (saat LDR khan terbatas, wakty efektif untuk anak-anak paling cuman minggu saja).Ternyata nikmat ya melihat anak-anak bercengkerama dengan ayahnya. Nikmat ya melihat ayah mengajarkan sesuatu pada anak-anak perempuannya. Ternyata banyak kenikmatan lain yang aku baru menyadarinya kembali. Sebelumnya aku khan pernah merasakan kehangatan keluarga yang utuh sampai LDR membuat kita lengah...๐ญ
I have to say No for LDR
Ada suatu kondisi dimana LDR tak bisa dihindari, misal: saat salah-satu pasangan terikat kedinasan atau kontrak yang mengharuskan menetap di daerah tersebut atau saat pasangan dipindahtugaskan kerja ke daerah baru atau saat salah-satu pasangan menempuh pendidikan di luar kota atau luar negeri atau ada sebab lain yang lebih personal. Untuk alasan-alasan shahih seperti diatas, LDR sah-sah saja hanya ada catatan: waktunya dibatasi, tiga atau empat tahun sudah cukup, kalau lebih mohon ditinjau kembali....sayaaaang bangeeeet waktu-waktu yang terlewat.
Sebelumnya aku tidak menyadari ada sesuatu yang terlewat sampai sesuatu yang lain menyapaku lewat kehangatan sebuah keluarga yang utuh. Narasi diawal tulisan menggambarkan interaksi seorang gadis kecil dengan ayahnya. Menggambarkan seorang gadis yang sedih karena akan ditinggal pergi oleh ayahnya keluar kota. Dan setelah dibujuk akan dibawain oleh-oleh makanan atau mainan kesukaannya maka si gadis kecil menjadi riang kembali. Keadaan berulang, si gadis tak sedih lagi ditinggal karena dia sudah punya permintaan yang dia tahu akan dikabulkan oleh ayahnya. Paragarap berikutnya itulah yang terjadi padaku dan suami."Mama boleh gak Rana kuliah diluar Surabaya? Tak sampai sedetik akupun menggeleng tanda tak setuju.
"Di UGM masa sih gak boleh?" Aku menatapnya sejurus. Aku tahu gadis remaja didepanku ini berusaha membangkitkan sensasi masa lalu yang diingatnya melalui cerita-ceritaku dikala senggang.
Aku tetap menggeleng. Dan diapun berhenti berkata-kata. Hanya untuk sementara...!
Setelah hari Rabu itu, yang akupun tak ingat lagi tanggal berapa, si bungsu tak henti menggodaku dengan obsesinya pada tiga huruf yang pernah juga menghiasi isi kepalaku. UGM memang kampus impian.
Subhanaallah...Dejavu. Tuhan tolong aku...Katakan padanya...๐๐ญ
"Bi, bolehkah Ila kuliah di Yogya.." Abi menggeleng. "Di UGM...?" Kedua kalinya abi menggeleng. Aku masih memaksa, aku bilang jurusan yang kupilih hanya ada di UGM. Abi tetap menggeleng dan keluarlah kalimat pamungkasnya "Pilih jurusan apa saja asal di Surabaya atau di Malang. Abi tidak akan membiarkan anak perempuan jauh dari Abi" Dan akupun meleleh...
Kalimat sakti itupun kupake ke anak bungsu. "Mama tidak bisa jauh dari Rana..." Ntar kalau dibilang Rana gak bisa jauh dari mama malah dia pengin ngebuktikan kalau dia bisa, ambyar khan. E...gak mempan. Rana lebih pintar, dia malah yang bilang mama harus siap melepasnya.
Dalam membantu si bungsu sukses menjadi pejuang UTBK, kita saling bahu-membahu mengatur strategi. Pilihan sekolah swasta kita tutup. Kita fokus ke PTN (surabaya dan malang) dengan beberapa pilihan jurusan dan pilihan jalur masuk (mandiri dan internasional). Si bungsu beda dengan kakaknya yang lebih mandiri dan pedhe dalam memilih jurusan. Rana sering terjebak bimbang dalam memilih jurusan. Galau memilih FK, Psikologi, Farmasi atau FKG. Meski memiliki sifat yang beda, Rana ngefans ke kakaknya, finally dia memilih jurusan yang sama. Sebelumnya kita juga ikutkan tes bakat-minat dan konsultasi ke psikolog untuk mengatasi hambatan belajar. Rana ini orangnya perfect, organized dan detil. Ini bisa jadi kekuatannya tapi juga bisa jadi penghambat karena dia mendorong dirinya terlalu keras. Ditambah sifatnya yang moody, kombinasi yang pas untuk membuat was-was.
Sambil menunggu pengumuman, waktu antaranya digunakan untuk persiapan tes jalur mandiri dan internasional. Nah disinilah takdir berjalan...Kalau si sulung kepandaian merayu bikin hati meleleh, kalau si bungsu sifat penurutnya itu yang bikin hati lumer. Saat si bungsu request,
"Mama boleh gak Rana daftar UGM...Gak pake test lagi, dilihat dari nilai UTBK saja..." Mata beningnya bekerjab-kerjab penuh harap. Satu kali...dua kali...sepuluh kali dilontarkan, kitapun mulai melemah dan inilah prosesnya. "Cuman daftar aja ya..." Aku mewanti-wanti untuk tidak berharap lebih.
Saat UTBK, Rana memilih Unair dan UNS sebagai pilihan kedua. Penginnya Unair dan UB biar sama-sama di jawatimur tetapi dengan pertimbangan FK Unair tidak bisa disandingkan dengan FKUB (entah benar entah hoax tapi ini yang diyakini selama bertahun-tahun) akhirnya kita memilih FKUnair dan FK UNS. Nanti UB dikejar melalui jalur mandiri. Alhamdulillah Rana diterima di pilihan kedua, di UNS Solo. Gpplah Solo khan deket ada tol, cuman 2,5 jam dari Surabaya. Rana juga tampak sumringah masuk dalam group Wa, maba FK UNS.
Pas weekend, kita meluncur ke Solo untuk tilik kampus dan hunting kos-kosan. Dalam memilih kos-kosan, aku mengandalkan rekomendasi teman dan dapat di Wisma Handayani. Ibu kosnya baik banget jadi sreg nitip anak disana. Disaat sudah memantapkan hati menuju Solo, takdir tengah berproses mendekati Rana. Saat itu kita lagi makan sahur, tetiba Rana dengan teriakan girangnya berkata kalau dia diterima di UGM. Subhanallah... Aku yang terkaget-keget kena serangan maag, mual dan muntah- muntah di sepertiga malam...๐ข
Panic Attack, aku seperti linglung. Bersikap menolak, gak tega, akhirnya abstain untuk menghormati perjuangan anakku. Untunglah si Ayah tanggap situasi dan memberi ucapan selamat pada si bungsu. Rana dapat menangkap keberatanku tapi kali ini lain dia menunjukkan teritorinya, kekeuh memilih UGM.
Singkat cerita...Rana tak bisa pindah ke lain hati, bahkan ketika dinyatakan diterima di UBpun Rana bergeming. UGM benar-benar sudah memikat mata dan hatinya. Aku mengandalkan power antar saudara. Ternyata si kakak yang juga merangkap si pembisik, kena sindroma solidaritas antar saudara kandung. Sang kakak malah menyakinkan kita kalau Rana lebih baik kuliah di UGM, kalau kuliah di Malang ntar mama n Rana masih saling merecoki n Rana gak belajar menjadi dewasa. Duh...mau dibantah tapi keknya bener juga...๐
Setelah mewawancarai hampir separuh penduduk bumi, meminta pertimbangan mama, umi, sedulur, sahabat, teman dll. kita mencoba legowo dengan pilihan si bungsu. Meski untuk itu aku harus menahan airmata, berdamai dengan deburan dada yang tak beraturan, insomnia dan serangan maag berhari-hari setiap mengingat putri kecilku itu akan jauh dari sisiku. Untuk menenangkan hatiku, si ayah memintaku merubah rasa khawatir itu dengan mendoakan yang terbaik untuk Rana. Sementara si sulung mengajukan usul yang kontradiktif.
"Ma, ntar Sirin ambil Spnya di UGM aja jadi bisa sekalian jagain Rana..." Hah...langsung jatuh mosi tidak percaya...๐
Satu-satunya pemberat bagi Rana adalah teman-temannya yang tergabung dalam maba FK UNS. Aku ikutan baper juga...terharu ketika teman-temannya mengucapkan selamat.
Setelah sempat tertunda, berangkatlah kita ke Yogya...hunting kos-kosan dan tilik kampus.
UGM dan Yogya
Seorang gadis kecil memandang sekeliling dengan pandangan penuh haru. Itu adalah hari terakhirnya di sekolah, sesudahnya dia akan meneruskan ke jenjang sekolah lebih tinggi yang hanya berjarak beberapa meter saja dari rumahnya.
Dan setelah tiga tahun, kembali si gadis remaja menatap nanar sekolahnya karena dia harus melanjutkan ke jenjang atas. Kali ini sekolahnya yang baru berhadap-hadapan dengan rumahnya. Dan berpuluh-puluh tahun kemudian, si gadis tanggung telah menjadi ibu dua orang anak, melanjutkan hidupnya di kota yang berbeda. Tahun-tahun yang terlewati, kehidupan baru yang lebih menantang tak membuat perbedaan pada memori yang tersimpan tidak saja di kepala tapi juga di hati. Setiap ingatan itu menyeruak, perasaan membuncah dan aku harus menahan bulir-bulir hangat yang siap menetes. Lewat depan sekolah anak, lihat rumah atau toko jadul, bahkan mengingat hari kemarinpun bisa membuat hatiku terharu-biru.
"Mama gak bisa move on...."Mama baperan" begitu selalu dan selalu begitu komentar kedua anakku setiap mereka memergoki ibunya lagi termangu-mangu memandang sesuatu atau teringat sesuatu.
Begitupun kemarin saat guru les yang sudah bertahun-tahun mengajar si sulung dan si bungsu, datang bersilahturahmi (tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan) duh rasanya pengin nangis.
"Pak Edwin sering-sering datang ya nengok Sirin n Rana..." kataku senang menyambut kedatangannya. Saking senangnya bisa melihat pak Edwin lagi sampai-sampai bilang ke suami pengin cepet-cepet punya cucu supaya bisa dileskan sama pak Edwin (suami: emang cucunya bisa langsung SD gitu...)๐
Seperti ada yang hilang, biasanya tiap pak Edwin datang ikut mikir nyediaian kuenya atau makannya atau nanya-nanya perkembangan belajar anak-anak. Bukan saja pada guru les anak, saat si sulung mau pamit balik boyongan ke surabaya pada penjaga kos, koq keknya aku yang lebih terharu. Saking cocoknya aku ma penjaga kos si sulung sampai-sampai aku memaksa si bungsu untuk kuliah di malang saja. (tentunya plus faktor-faktor pengaman yang lain, diantaranya jarak yang lebih dekat, banyak saudara di malang dibanding di Yogya yang nihil).
Kebetulan (alhamdulillah...) Rana diterima di dua PTN, Malang dan Yogya jadi bisa milih. Setelah melalui pertimbangan panjang-lebar dan alot, dibumbui linangan airmata segala, akhirnya ngalah deh, demi impian anak yang sudah kesengsem sama UGM dan Yogya. Gak habis mikir, nih anak belum pernah pisahan ma ibunya koq bisa-bisanya milih kuliah di luar kota, gak ada tolnya pula...๐ (next story). Duh...Apa ini yang disebut baperan?
Si sulung Sirin, sudah kembali ke rumah setelah menyelesaikan Isipnya di Rs di Malang. Si bungsu Rana memang kuliah di UGM tapi sementara juga masih dirumah karena belajarnya daring. Suami juga sudah gak LDRan karena sudah pindah kerja ke Rs di Surabaya (next story). Apa ini yang disebut sindroma sarang kosong?
Sebetulnya semua ada dan masih dirumah. Sementara sindroma sarang kosong adalah: Istilah yang biasa digunakan pada orangtua yang memiliki rasa gelisah dan
kehilangan karena anak-anaknya menempuh pendidikan atau menikah.
Mungkin ya...Mungkin juga tidak.
Ternyata gen tidak bisa move on atau baperan ini menurun alamiah ke anak bungsu. Kalau sih sulung mah persis ayahnya, cool and calm.
Tetiba si bungsu masuk kamar dengan mata berkaca-kaca, membawa baju yang tak pernah terpakai, gegera corona tak ada lagi acara perpisahan kelas/sekolah yang bahkan sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya. Kalau yang ini, bukan cuman anaknya, emaknya juga jadi ketularan baper...
Atau:
"Mama...Rana kangen ma sekolah..."
"Rana kangen ma temen-temen..."
"Ma...Gimana pak yang jualan depan sekolah.."
Kebetulan sehari sesudahnya aku baca di koran, ada anak SD yang nangis pengin jenguk sekolahnya dan dibawa oleh ortunya malam-malam ke sekolah. Walau cuman dipagernya saja gak bisa masuk, rindu anak itupun sudah terobati. Koq mirip ya ...๐
Pernah sehari (baca: satu hari) setelah tiba dirumah dari acara homestay EF di London, si bungsu nangis sesunggukan bermenit-menit...sampai si ibu bingung. Waktu ditanya kenapa..?
Katanya, "Rana kangen London..."
Lho koq sama ma ibunya saat baru sehari dateng dari haji/umroh sudah berurai airmata pengin balik lagi dan lagi....๐ข
Keknya untuk emak-emak, tiga rangkai kata ini bisa sangat berhubungan, sarang kosong, baperan dan gak bisa move on. But untuk anak muda baperan dan gak bisa move on mempunyai arti khusus berkaitan dengan urusan hati.
Aku sebagaimana kebanyakan ibu-ibu yang lain sangat kepo ma urusan anak-anak. Alhamdulillah...kita dan anak-anak saling follow di ig, fb dll. Meski terkadang aku suka nyinyir kalau ada postingan (terutama) foto anak-anak yang kurasa kurang elok. Baru semenit post di ig, aku sudah langsung dm untuk dihapus. Supaya tidak menimbulkan perdebatan, aku sering menambahkan kata-kata horor, "Cepet dihapus sebelum baba lihat". Kata-kata ini manjur banget, gak pake a...i...u.e..o...langsung postingannya dihapus. Sebelumnya, kalau ditulis begini, "Cepat dihapus mama gak suka..." Tuh postingan masih sempet bertengger beberapa jam sampai satu hari. Begitu dikaitkan dengan si ayah, langsung deh hilang dari pandangan. Powerfull ya sosok ayah dimata anak gadisnya. Monggo bisa dicoba๐
Setelah dihapus, muncullah catatan kaki yang intinya mempertanyakan kenapa mama n baba terlalu masuk "ranah pribadi". Rupanya anak-anak juga malu sama temen-temen di Ig kalau ada postingan yang direvisi. Kalau bagian jelas-menjelaskan begini, aku memberi kesempatan seluas-luasnya pada Yang Dipertuan Agung untuk memberi pencerahan pada putri-putrinya. Alhamdulillah mereka akhirnya mengerti, kalau memposting foto yang antara iya dan tidak, dikirim ke emaknya dulu. Nanya boleh-gak diposting?
Kalau curhatan berupa tulisan, boleh-gak? Hmm...keknya gak bakalan curhat deh soalnya si ibu fans berat media sosial anak-anaknya (baca: dalam pengawasan...๐) Untungnya juga si sulung termasuk tipe berdarah dingin, susah sekali mo curhat dan si bungsu termasuk tipe statis di media sosial.
Terlepas dari undang-undang domestik, kalau baca curhatan di media sosial terkadang aku ikutan baper juga Ada yang bikin sedih, bisa ngakak atau bisa gemes/marah. Anak-anak sekarang memang kreatif mengungkapkan perasaannya. Reaksi tergemes kalau baca curhatan kekasih yang tak kunjung melamar atau yang tak setia.
Untuk kekasih yang tak setia, hanya ada satu nasehat terbaik yang bisa kuanjurkan adalah lepaskan dengan dp nol persen, alias tanpa syarat. Gak usahlah dicari alasan dibalik batu atau berusaha bijak dengan memahami kekhilafannya atau memberi kesempatan kedua dll. Tidak setia pada hakekatnya suatu perilaku merendahkan diri sendiri yang tersusun, terencana dan terstruktur. Termasuk dalam kategori perbuatan yang paling tidak menyenangkan dalam sebuah hubungan. Sebelum menikah, satu-satunya yang terdampak dalam sebuah perselingkuhan adalah ananda, tidak ada pemberat lain seperti anak. Jangan pikirkan orangtua karena yang ada dalam otak orangtua jika dibelah hanya ada satu kalimat yang terukir disana, kebahagian anak-anaknya. So pertimbangan melepaskan lebih mudah daripada mempertahankan. Galau sebentar aja boleh selanjutnya move on lah...Akan ada suatu masa, bahkan ananda tak pernah lagi mengingatnya.
After married, nasehat ekstrem ini harus dilihat dari berbagai sudut pandang, ada banyak hal yang harus dipertimbangkan. Kalau untuk kekasih ada lyrik, "Kejarlah selingkuhanmu..." kalau untuk suami/istri, ada beberapa dalih kuat yang bisa meredam niat extrem untuk melepaskan pasangannya. Masalahnya lebih rumit, harus dilihat case by case dan solusinya juga personal tidak bisa digeneralisasi. Dan untuk keputusan final perlu waktu untuk meneduhkan hati yang porak-poranda akibat badai yang tak terundang.
Ali bin Abi Thalib berkata “Jangan membuat keputusan ketika sedang marah, jangan membuat janji sewaktu sedang gembira".
Dalam sebuah rumah tangga selayaknya ada sebuah lemari besar dengan banyak laci. Disisi kiri lemari, dalam tiap lacinya tersimpan kartu "Maaf" dan disisi kanan dalam lacinya tersimpan kartu "Maafkan". Kartu-kartu itu saling bergantian muncul, durasinya bisa perhari, perjam atau bahkan permenit. Awal terbentuknya dari penyeseuaian diri yang masih prematur selanjutnya berproses untuk sebuah kesalahan dan bahkan bisa bersandar pada sebuah kekhilafan. Maaf dan Maafkan adalah perwujudan dari karakter pasangan. Masing-masing dapat dimainkan sesuai peran dan porsi yang disepakati. Bila melewati batas, sabar adalah kata kuncinya dan pelengkapnya adalah tawakal. Bagi orang yang sabar dan tawakal, kata khawatir dan takut sudah terhapus dari direktorinya.
Seberapa siapkah ananda menjadi orang yang sabar dan bertawakal?
Tidak ada pembenaran untuk sebuah penghianatan...Berhati-hati lebih baik. Salah-satu upaya yang bisa dilakukan adalah seleksi calon secara ketat, yang utama adalah soal agamanya. Selingkuh itu masuk dalam ranah zina. Diasumsikan sosok laki-laki yang alim tidak akan berdekat-dekat dengan ranah ini. Syukur banget kalau nilainya ++, asal jangan minus ya. Kalau yang lain-lain baik banget tapi sholatnya kek kain perca, tambal-sulam, gimana? Aku sering jumpa pertanyaan seperti ini. Dari urutan ahlaq, shalat itu nomer satu. Jangan mau dilamar ah...sampe sholatnya bener.
Bagaimana dengan kekasih yang tak kunjung melamar...?
Thrick or Threat. Beri aku mahar atau kulepaskan kau.
Post "Halalin dulu" berseliweran di media sosial. Kalau sudah berani memanggil sayang, halalin dulu. Kalau sudah berani bilang rindu, halalin dulu dong. Slogan ini ditujukan untuk membatasi ruang/space saling mengenal antar pasangan dan mendorong mereka menuju jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Kalau kelamaan gak dihalalin akhirnya terbitlah kata mantan, keburu diambil orang...๐ญ
Sebenarnya semua orang sudah sangat tahu, durasi penjajakan (baca: pacaran) yang lama tidak menjamin akan berakhir di pelaminan. Mengapa...? Apa durasi yang lama menjamin penyesuaian yang lebih baik? Tidak juga. Menjamin kesamaan visi, misi? Tidak juga. Menjamin kelanggengan hubungan? Tidak juga. Tidak ada jaminan dari orang lain karena sebenarnya yang menjamin adalah diri sendiri, dari niat. Kalau niatnya membina hubungan untuk menikah beda penampakan dengan membina hubungan untuk bersenang-senang. Kalau yang pertama status jelas, perlakuan terarah, koridornya terang dan restupun sudah ditangan. Kalau yang kedua, bagi pihak cewek: status meragukan, membuat galau dan rawan perundungan. Sementara bagi pihak laki-laki nothing to lose.
Wanita tidak bisa mengubah pria hanya karena mereka menyintai pria tersebut. Pria akan berubah dengan sendirinya jika ia benar-benar menyintai wanitanya. -Steve Harvey-
Kalau sudah digunakan berbagai pendekatan masih tak ada tanda-tanda membawa mahar...So wake up ananda, mesti jeli dan cermat dalam memilih pasangan. Lebih baik bersabar dan memperbaiki diri untuk mendapatkan jodoh yang sekufu daripada cepat dapat pasangan tapi status digantung. Move on dan jangan baperan ntar jadi emak-emak...๐
Ada satu video yang bagus sekali isinya, lihat ini
Semoga bermanfaat. See You in the next post
Tuscany...April 2010
"Apa yang anda pikirkan tentang Italy? Mencicipi masakan Italy seperti Julia Roberts dalam film Eat, Pray, Love...? Atau melongok pabrik Ferrari di Ducati...? Menikmati seni dan arsitekturnya...? Atau berbelanja barang-barang branded di Milan...? Tambahkan satu lagi dalam agenda, kunjungan ke Tuscany. Sebuah daerah wisata dengan pemandangan menawan dari kota-kota bersejarah diatas bukit. Ibukota Tuscany adalah Florence, tempat lahirnya kesenian Renaissance yang melahirkan berbagai patung dan lukisan seniman-seniman dunia. Florence adalah sebuah Masterpiece...
-------------------------------------------------------
Aku meletakkan kacamata minusku ke atas meja sembari menyandarkan bahu, mengusir penat dan kejenuhan yang tiba-tiba melanda. Sebagai reporter yang tengah diundang oleh Air Frances, salah-satu maskapai penerbangan Perancis untuk meliput keelokkan wisata negara-negara Mediterran, ada tugas menanti untuk membuat laporan perjalanan selayang pandang. Dengan bantuan kamera andalan, Nikon D70, tak ada halangan bagiku untuk memindahkan eksotika Mediterran ke dalam foto-foto yang kubidik.
Kuraih BB diseberang meja, kulirik penuh harap message di bbm yang kukirim untuk Dani, Sudah terbaca tapi masih belum terbalas. Begitulah Dani..., dia selalu membuatku hampir menyerah.
Aku merenung....Hmm, apa yang diharapkan dari suatu hubungan...?
Kepastian...? Tepat sekali...! Seperti kepastian mata angin menunjukkan arah, tidak ada yang bisa diharapkan dari suatu hubungan yang tidak jelas. Bagaimana dengan Dani...? Pertanyaan yang lebih tepat kutujukan pada diriku sendiri ketimbang padanya.
Dani selalu mengelak jika kutanya tentang hubungan yang lebih serius. Dalihnya berputar antara ketidaksiapan, ketidakberdayaan, ibunya yang sudah memilihkan calon untuknya dan sederet dalih-dalih yang lain, de-el-el...Capeeek deh...
Aku menarik napas panjang....mencoba mencari pembenar dari seuntai kalimat bijak yang kuingat.
If u are stuck between twoo options...just flip a coin in the air...It works!!! Not because it solves the problem but while the coin in the air...u will know what ur heart is really hoping for...
Lanjut...Putus...Lanjut...Putus...Lanjut...
Begitu koin dilempar, aku tahu apa yang kuharapkan.
Kadang hal kecil dapat meneguhkan suatu keputusan besar...
-----------------------------------------------------------
Nice, Perancis, April 2010
Dari balkon hotel kusaksikan taburan bintang di langit Nice bersiap menghantar penghuninya lelap keperaduan. Bau dedaunan yang dihembuskan angin, mengusik rasa aneh yang tiba-tiba menyeruak. Aku jadi teringat Rafi, dimana dia sekarang...? Lama kami tak bersua. Terakhir aku melihatnya lebaran lalu, itu artinya sudah lebih dari enam bulan. Perasaan hangat membuncah didada.
Ah....! Aku terlalu malu berbasa-basi mengirimnya pesan... Akhirnya, kukirim sebait pesan untuk ibu dan sebuah salam, "Bu, sampaikan salamku untuk Rafi..."
Rumah kami bersebelahan. Kebiasaannya kalau dia pulang, Rafi pasti akan menemui ibu. Selalu begitu.
Akupun kembali berkutat didepan laptop, menulis laporan perjalanan seputar Nice yang akan dimuat secara berseri.
"Nice (baca: ni:s) terletak di Perancis Selatan, di tepian Laut Tengah, antara Marseille dan Genoa. Nice dijuluki sebagai La Belle atau The Beautiful Nice yang menunjuk pada keistimewaan kota ini sebagai pusat turis utama dan resort nomor satu di Riviera Prancis-Cote d'Azur.
Ada banyak pilihan wisata yang ditawarkan. Bagi yang suka mengunjungi museum, anda bisa mampir di Museum Matisse. Museum ini menyimpan lukisan, karya seni, foto maupun barang-barang yang digunakan oleh pelukis Henri Matisse semasa hidupnya. Ada juga Museum Arkeologi Nice atau Palais Lascaris, museum seni rakyat. Bagi yang suka mengunjungi istana, ada banyak istana yang membuat anda tak berhenti berdecak. Salah-satunya adalah istana Le Chateau. Anda dapat melihat panorama kota dan pesona pelabuhan dari atas ketinggiannya.
----------------------------------------------------
-----------------------------------------------------
Seville, Spain Mei 2010
Seorang perempuan berwajah cerah melambaikan tangan kearahku. Ketika aku berusaha mengabaikannya, dia mengulangi lambaian tangannya, kali ini tangannya ikut menunjuk.
Aku menoleh kebelakang untuk memastikan... Tak ada orang dibelakangku...
Dengan gamang aku menghampirinya. Dia menanyakan beberapa menu dalam daftar yang dipegangnya. Oh la-la...alis hitam lebat dan hidung mancungku mengecohnya, turis itu mengira aku adalah pemilik cafรฉ Exotica Gastronomia de Morocco. Akupun menjelaskan kalau aku sama-sama turis sepertinya. Sejurus kemudian kami menjadi akrab. Dari dialah aku mendapat tambahan referensi tentang beberapa bangunan elok beraksitektur abad pertengahan yang ternyata hanya berjarak beberapa blok dari hotel tempatku menginap di Inglatera. Lumayan untuk tambahan cerita sebelum petualangan yang sebenarnya dimulai antara Granada dan Cordova.
---------------------------------------------------------------------------
Cordova, 7 Mei 2010
Sebuah peristiwa tepatnya sebuah kesalahan terjadi, saat kelelahan membelit dan kantuk menyergap di dalam bus yang melaju kencang dalam perjalanan kami dari Cordova menuju hotel. Sebuah hentakan keras melemparkan tubuhku dengan mudahnya keluar bus. Tidak ada kesakitan atau darah keluar dari tubuhku
--------------------------------------------------------------------------
Dalam gerakan lambat, aku menyaksikan apa yang terjadi ...
Orang-orang bermasker menempatkanku di sebuah ranjang yang terlihat mengerikan,terletak ditengah ruangan. Diatasnya ada beberapa lampu sorot, panel-panel yang saling terhubung satu-sama lain, peralatan serta mesin oksigen, tiang infus, peralatan bedah dan lain-lain yang tidak kumengerti kegunaannya.
Dan mereka mulai menandai kepalaku... Sepertinya mereka akan membedahnya, bagai menguliti sebuah kelapa...
----------------------------------------------------------------------------------
Hari ketujuh pasca pembedahan.
Ada yang mengganggu ketenanganku...saat dimana jutaan neuron di otakku saling mengirim dan menerima sinyal. Membawaku ke pusaran labirin,.. menarik waktu berputar ulang... Seperti kotak musik dengan Ballerina seorang gadis cantik yang menari ditengahnya, Ballerina yang menari-nari di kotak memoriku adalah seorang gadis kecil yang ringkih, penuh amarah dan ketakutan. De javu...Berkelabat dan berulang seperti slide sebuah film yang tak putus-putusnya...
De javu April, 1990
Ayah mengabarkan, Oma telah pergi, diambil Tuhan ke langit. Diambil Tuhan? Apakah artinya sama seperti ketika pensilku diambil Andi, temanku yang usil...? Kata itu membuatku tak nyaman. Seketika nafasku sesak seperti seekor burung yang sayapnya patah dan terengah-engah mencapai ranting pohon....
De javu Juni 1990
"Aku punya hadiah untukmu...", inilah kalimat Lusi yang menjadi awal terorku ditengah malam. Dihalaman belakang sekolah yang sepi, Lusi dibantu pengikut setianya memasukkan seekor monster kecil bersungut panjang. Seekor kecoak terperangkap dalam baju belakangku.
Teriakanku melengking membelah langit tapi tak satupun gaungnya terdengar keluar....Keringat dingin bercucuran, menganak sungai dalam seragam putih yang kupakai. Aku tidak tahu berapa lama aku terkapar sampai ada yang menolongku...
De javu Desember1990
Ayah memperkenalkan seorang perempuan yang tak disebutkan namanya. Aku hanya memanggilnya Tante, seperti ayah menyuruhku. Suatu hari seperti biasa, ayah membawaku berkunjung menemui tante. Yang tak biasa adalah, aku melihat tante itu menangis dalam pelukan ayah. Oh... ! Sekuat hati aku menahan amarah...Bagaimana mungkin ayah membiarkan seseorang memeluknya selain ibu? Kemarahanku hanya terlihat oleh ayah sebagai tangisan seorang anak kecil yang meraung-raung...
De javu Mei 1991
"Gadis kecil....apa yang kau lakukan....di sini...", suara ayah terdengar disela isak tangisku. Aku terkunci berjam-jam disebuah gudang gelap, tempat ibu menyimpan rempah-rempah dapur...Bau bawang menyengat menusuk hidung. Udara pengap...
------------------------------------------------------------
Namaku Amira, umur delapan tahun. Kami tinggal disebuah kota kecil di perbukitan.
Aku adalah pemimpi. Diantara tiga bersaudara, hanya aku yang punya pemikiran rumit tentang adanya dunia yang penuh warna di luar sana selain dunia kami yang dibatasi hamparan hijau kebun apel dan putihnya kabut di kaki bukit.
Ibu selalu menjadi penyemangatku. Katanya, kalau aku ingin bernasib baik seperti kedua saudara perempuanku yang lain, aku harus bisa meniru mereka.
"Kedua kakakmu rajin dan pintar, karena itu Mira, juga harus rajin dan pintar" tutur Ibu di suatu petang.
Hanya meniru...? Pikiran kecilku menari-nari, Mudah sekali... Kenapa tidak...?
Tapi....
Kedua kakak perempuanku itu memang rajin, pintar dan juga bernasib baik. Mereka bersanding dengan laki-laki terbaik di desa kami dari segi bibit, bobot dan bebet. Itulah impian terbesar mereka.Yang tidak diketahui Ibu dan kedua kakakku itu , impianku jauh lebih besar dari mereka bahkan melebihi isi kepalaku.
"Aku ingin keliling dunia...", seruku, suatu hari.
"Keliling dunia...? Mau kemana...?", Kak Lia dan kak Mia berbarengan bertanya dengan menahan senyum.
" Ketempat Alice..." jawabku spontan.
Alice...nama itu kukenal lewat salah-satu buku cerita pemberian Ibu yang dibelinya dari tukang loak di pasar. Buku cerita bergambar itu tersusun dari kalimat yang tidak sepenuhnya dimengerti pikiran kecilku, terutama dengan nama-nama tempat yang terasa asing. Yang terpenting bagiku, buku berjudul Alice in Wonderland itu merupakan muara dari samudra mimpi yang meletup-letup. Aku serasa menemukan jalan setapak menuju tangga impian yang geliatnya mampu membuatku tahan berjam-jam duduk tenang mendengarkan guru mengajar. Apa yang kuyakini, impian membuat segalanya terlihat lebih mudah.
Gulungan mimpi itu kusimpan dalam sebuah kotak musik berukir pemberian ibu yang selalu kubawa kemanapun pergi. Setiap kali aku membutuhkan kekuatan, kubuka kotaknya dan kusimak Sang Ballerina menari diiringi denting-denting nada yang teralun penuh makna. Dalam bayanganku, akulah Sang Ballerina. Seorang gadis tangguh yang piawai menari diatas satu kaki dan seorang gadis cilik dengan mimipi yang besar.
Hari ke empatbelas...
Aku merasa lebih baik sekarang.... Perasaan itu terbantahkan ketika kulihat masih banyak selang yang centang-perentang menempel disekujur tubuh.
Ah....Mengapa aku tampak menyedihkan seperti ini...? Kemana orang-orang yang kucintai...? Aku ingin pulang...
Sekuat tenaga aku berteriak ingin pulang tapi tak satupun dari orang-orang yang berlalu lalang disekitarku menghiraukan...
"Hey...! Coba lihat... Aku sudah sembuh...Lihat...! Aku bisa bergerak..." kedua tangan kugerak-gerakkan... Tetap saja, mereka hanya datang, mencatat dan berlalu.
Akupun mulai meningkatkan atraksiku, kupencet panel diatas kepalaku, kutarik selang oksigen, kucabut jarum yang menusuk lenganku...
Tiba-tiba bunyi melengking keluar dari sebuah monitor yang terhubung denganku ...Orang-orang yang berbaju putih-putih menyerbu masuk kekamar dengan membawa aneka peralatan.
"Stop... ! Jangan menyakitiku lagi... ...Berhenti...! Aku hanya ingin pulang..."seruku bertubi-tubi.
Sesaat aku merasakan tubuhku membelah...jiwakupun turut terbelah...
Seribu sayap menghantarku mengikuti cahaya, menembus ruang dan waktu, membawaku ketempat dimana kegalauan bersemanyam.
Berhenti pada sebaris tulisan nama yang mulai luntur: LUSSY Saraswati...
Ibu pernah mengatakan, "Jangan balas kejahatan dengan kejahatan, biarlah alam yang akan membalasnya..." Aku tidak pernah berniat membalasnya. Kupandangi pusara yang tampak kotor, kusam dan tak terawat...Entah bagaimana caranya dia pergi, terkesan tak ada seorangpun yang bersedia mengingatnya.
----------------------------------------------
Jiwa yang terbelah membawaku pada seseorang yang selalu mengisi pikiranku tapi tak pernah menyentuh hatiku.
Pendar kepedihan berserabut dimatanya. Dani... Menyintaimu adalah sebuah ke-absurd-an.
Seorang perempuan bisa dipaksa menikah dengan seseorang yang tak dicintainya tapi seorang laki-laki tidak akan bisa menikah dengan seseorang yang tak dicintainya. Mengapa kau memaksaku untuk percaya...? Sesorang tidak akan tahu arti seseorang baginya sampai dia kehilangan. Kesadaran yang datang terlambat...
--------------------------------------------------
Seribu sayap itu mengantarku melihat sosok yang begitu kukenal,.. Rafi! Aku mengenalnya sama seperti aku mengenali aroma apel yang terbawa angin dari perbukitan.
Rafi tengah khusyuk diatas sajadah...
Entah mengapa, perasaan aneh selalu menggelayut jika nama Rafi melintas.
----------------------------------------------------
Sejuta cahaya membawaku berdamai dengan hati yang menyimpan amarah.
"Ayah..." Aku memanggilnya "Aku melihatmu memeluk Tante itu..."
Aku memeluknya dan berbisik pelan ditelinganya..."Ayah, hari ini aku memaafkanmu...Biarlah ini menjadi rahasia kecil kita berdua..."
Aku melepaskan pelukanku dan mencium keningnya lembut...Walau dia tak dapat mendengarku, aku dapat melihat bias kelegaan diwajahnya. Dia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan seperti menghilangkan sebuah beban... Beban yang juga kusandang selama bertahun-tahun.
----------------------------------------------------
Seribu sayap, sejuta cahaya dan kerinduan, menuntun kepelukan seseorang yang teramat kukasihi. Ibu adalah orang yang kuduga paling bersedih dengan apa yang terjadi padaku bahkan setelah semuanya berlalu bertahun-tahun lamanya. Aku tak melepaskan pelukanku sampai...
Airmatanya kurasakan membanjiri hatiku...
--------------------------------------------------------
Balerina itu muncul lagi dalam kepalaku....Menari-nari diatas satu kakinya, meliuk-liukan tubuhnya bagai untaian tali. Sorot lampu berpendar mengikuti gerakannya....Berputar, melayang, berlari.... Alunan nadanya menyatukan hati dan jiwa yang terbelah.... Kulihat...Ballerina itu tak lagi sendiri.... Peri-peri kecil terbang mengitarinya.
Sang Ballerina, seorang gadis cantik dengan kedua tangannya terangkat keatas, badannya terdongak kedepan hingga berat tubuhnya tertumpu pada satu kaki, masih sama seperti saat ibu memberikan kotak musik itu padaku. Akulah Sang Ballerina....
Sebuah alat berbentuk kotak menekan kuat di dada... Lagi...dan lagi...Kejut listriknya bagai gelombang panas yang beriak di seluruh simpul-simpul syarafku, .............rasanya sekujur kulitku melepuh... Napasku tersengal-sengal...
Tubuhku bergetar.... Seseorang memegang tanganku. Kubuka mata yang terkatup rapat. Samar-samar kulihat beberapa orang berpakaian putih...Mereka saling menyapaku...
"Holla...Como esta usted...?"
"Speak english..?"
"Not to worry, you are ok.."
"Este es un verdadero milagro ... un milagro ..." seru salah seorang dari orang-orang berbaju putih.
"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS, Al-Munafiqun, 63:11)
---------------------------------------------------------------------------
NDE (Near Death Experiences) atau orang awam menyebutnya mati suri adalah suatu fenomena yang dapat terjadi saat manusia mengalami koma. Ada yang merupakan bentuk life review process (paparan ulang atas kehidupannya), ada juga yang mengalami kejadian out of body experience (pengalaman keluar dari tubuh). Tiap orang mengalami NDE yang berbeda satu-sama lain. Ada yang memiliki sensasi menyenangkan atau sebaliknya. Kini NDE sudah dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah melalui teori gelombang listrik.
Cerita dalam note ini hanyalah fiksi, jika ada kejadian, nama, tempat dan waktu yang sama, hanyalah sebuah kebetulan.
May Allah forgive us all and keep us in the grace of His Rahmah. Allahuma Ameen.
Note Story: Originally Written by Layla F Thalib
Inspired by: Sirin and Rana
Edited by : Ghana, Inayah and Rima
Published by: Facebook
Supported by: Faisal A Maudah