Sirin, si putri sulung hampir selalu tepat dalam mendiskripsikan style, selera, hoby dan ide-ide ibunya dengan baik :) Bila dia melihat sesuatu yang kira-kira masuk dalam keempat range diatas, dia tidak segan-segan mentransfer informasi itu walau terkadang dalam bentuk gambar as soon as possible (bila terlanjur membeli dia juga segera memberi nota cito untuk reimbes :)
Baru-baru ini dia mentransfer sebuah video tentang seorang bocah lucu dan menggemaskan bernama Kirana.
Setelah melihatnya, aku jadi keranjingan untuk membuka video-videonya yang lain dalam akun IG@retnohening. Selain hiburan juga banyak hikmah yang bisa diambil tentang kesabaran, kasih sayang, kegembiraan dll.
Terkadang bisa terkekeh-kekeh melihat kelucuan Kirana, bisa juga tertawa kecut kalau videonya mengingatkan sesuatu yang mirip (kelakuan anak-anak semasa kecil dulu) dengan efek yang beda (sikap ibu) atau terkadang bisa sedih juga kalau membaca ikhtisar singkat dari ibunya Kirana.
Koq aku dulu gak begitu yaaaa. Habis melahirkan badan melar, never comeback :( Gak pake baby sitter, semua dikerjakan sendiri, gimana punya waktu buat jalan-jalan? Full jadi ibu rumahan gimana bisa mengupdate peralatan makeup? Harga diapers saat itu mahal banget jadi dipakenya seminggu sekali kalau pas jalan-jalan yang lebih dari 100km ;)
Yang bikin nyesek, koq aku gak bisa sabaaarrrr yaaa. Kayaknya ibu-ibu sekarang pada sabar-sabar dan baek-baek sama anaknya.
Hmm...Kalau ada mesin waktu pengin balik bentar terus keluar lagi ;)
Kesabaran memang paling mudah ditulis, dibahas, diingat, dihayati, diajarkan tetapi paling susah dilakukan. Sabar itu didapatkan dari dua hal, genetis dan waktu. Jadi kalau gak turun-temurun berasal dari gen sabar ya harus berlomba dengan waktu. Karena sabar yang bukan genetis itu adalah hasil dari pembelajaran dan ini butuh waktu. Semakin bertambah umur biasanya juga orang akan menjadi lebih sabar. Dalam kamus psikologi, kesabaran itu menjadi salah-satu item emotional intelligence. Konon, orang yang mempunyai EQ tinggi lebih berpeluang sukses daripada orang yang ber-IQ tinggi. Sepertinya begitu. Orang pandai banyak sementara orang yang EQ tinggi seperti lampu antik ;)
Sirin kadang suka protes merajuk,"Mama koq lebih sabar sama Rana. Dulu kalau Sirin begitu mama pasti marah :( Btw: Sirin dan adiknya Rana beda usia delapan tahun.
Aku jadi teringat pada mendiang abi yang juga lebih sabar pada adikku dibanding aku dulu (beda usia kami sebelas tahun) Jadi jelas ya darimana kesabaran itu didapat ;)
Baru-baru ini dia mentransfer sebuah video tentang seorang bocah lucu dan menggemaskan bernama Kirana.
Setelah melihatnya, aku jadi keranjingan untuk membuka video-videonya yang lain dalam akun IG@retnohening. Selain hiburan juga banyak hikmah yang bisa diambil tentang kesabaran, kasih sayang, kegembiraan dll.
Terkadang bisa terkekeh-kekeh melihat kelucuan Kirana, bisa juga tertawa kecut kalau videonya mengingatkan sesuatu yang mirip (kelakuan anak-anak semasa kecil dulu) dengan efek yang beda (sikap ibu) atau terkadang bisa sedih juga kalau membaca ikhtisar singkat dari ibunya Kirana.
Kirana yang lucu dan menggemaskan
(masyaallah tabarakallah)
Ada sedikit rasa iri dan sesal menggelayut di dada. Iri karena sepertinya pasangan muda sekarang take it easy dalam mendidik anak, dalam artian sekarang banyak fasilitas yang memudahkan. Kalau berjalan di mall, bukan pemandangan langka jika seorang ibu muda dengan dandanan ala makeup artis, badan yang sudah membentuk lengkung sempurna dan senyum tersungging mendorong baby yang masih berumur mingguan dalam stroller sementara si ayah menggandeng kakaknya yang masih batita. Koq aku dulu gak begitu yaaaa. Habis melahirkan badan melar, never comeback :( Gak pake baby sitter, semua dikerjakan sendiri, gimana punya waktu buat jalan-jalan? Full jadi ibu rumahan gimana bisa mengupdate peralatan makeup? Harga diapers saat itu mahal banget jadi dipakenya seminggu sekali kalau pas jalan-jalan yang lebih dari 100km ;)
Yang bikin nyesek, koq aku gak bisa sabaaarrrr yaaa. Kayaknya ibu-ibu sekarang pada sabar-sabar dan baek-baek sama anaknya.
Hmm...Kalau ada mesin waktu pengin balik bentar terus keluar lagi ;)
Kesabaran memang paling mudah ditulis, dibahas, diingat, dihayati, diajarkan tetapi paling susah dilakukan. Sabar itu didapatkan dari dua hal, genetis dan waktu. Jadi kalau gak turun-temurun berasal dari gen sabar ya harus berlomba dengan waktu. Karena sabar yang bukan genetis itu adalah hasil dari pembelajaran dan ini butuh waktu. Semakin bertambah umur biasanya juga orang akan menjadi lebih sabar. Dalam kamus psikologi, kesabaran itu menjadi salah-satu item emotional intelligence. Konon, orang yang mempunyai EQ tinggi lebih berpeluang sukses daripada orang yang ber-IQ tinggi. Sepertinya begitu. Orang pandai banyak sementara orang yang EQ tinggi seperti lampu antik ;)
Sirin kadang suka protes merajuk,"Mama koq lebih sabar sama Rana. Dulu kalau Sirin begitu mama pasti marah :( Btw: Sirin dan adiknya Rana beda usia delapan tahun.
Aku jadi teringat pada mendiang abi yang juga lebih sabar pada adikku dibanding aku dulu (beda usia kami sebelas tahun) Jadi jelas ya darimana kesabaran itu didapat ;)
Setiap anak adalah uniq. Anak yang satu berbeda dengan anak
yang lain meski dilahirkan kembar identik sekalipun. Perlakuan yang sama akan
berakibat hasil yang berbeda apalagi perlakuan yang beda, pasti hasilnya juga
beda.
Si sulung Sirin, kita diskripsikan sebagai Ice cream (gampang tersentuh). Kalau
ngambek atau marah hanya dengan satu kerlingan saja atau sebuah colekan di pipi
langsung deh meleleh, seberapun marahnya. Ini sifat baiknya yang kita suka
bangeeetttt. Selain itu, mudah bergaul, temannya bertebaran dimana-mana, kadang bikin ibunya jeolous juga, sudah lama ditungu-tunggu kedatangannya (kuliah di luar kota) begitu datang, sudah kayak mentri, agendanya ketemu temen disana dan disini #populer. Kalau yang tidak suka cuman satu yang paling dominan, kita bilang gaya
gravitasi tinggi#gak nginjek bumi#boros banget :(
Ini contoh ringannya:
Ini contoh ringannya:
"Bagus Ma...!"
(hasil akhir purbasari no: 81:)
Kalau adiknya Rana, kita sebut kloning karena sifat dan wajahnya nya mirip ibunya (dulu sewaktu gadis) dan ayahnya bangett. Yang baik ditiru sih suka sekali (hoby nulis, hemat, alusan) tp kalau kurang pe-denya, moody (ibunya bisa mendadak migrain kalau ngadepin) dan yang juga gak kalah bikin pusing, temennya cuman itu-itu aja. Dari mulai TK sampai SMP, temannya bila dihitung hanya memerlukan satu tangan saja. Kalau si kakak kelebihan teman, kalau si adik justru minimum temannya. Ibunya stresslah apalagi kalau dikenalin ma anaknya temen yang sebaya, malah diem seribu basa#jadi patung (ini aku bangetttt:( #dulu :). (hasil akhir purbasari no: 81:)
Sahabat sejak esde
Persamaan keduanya yang positip, sama-sama kutu buku dan yang sering bikin ibunya bete, keduanya kembar identik tidak sabaran :( #genetis. Apalagi kalau lagi pengin sesuatu, maunya sih kalau bisa langsung dapet saat itu juga. Bedanya: si sulung unggul dalam rayuan pulau kelapa sementara si bungsu lebih kalem. Kalau dilihatnya wajahku berubah mimik langsung diralat dengan kata-kata, "Ya...ya gak usah Ma...".
"Maaf ya Ma..."
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Anak itu cerminan orangtuanya. Benarkah?
Dalam contoh kasus diatas ada benarnya (ini yang suka bikin nyesek :( Meski begitu arti peribahasa itu tidak mengikat alias tidak mutlak kebenarannya. Anak pertama adalah anak perjuangan, dimana orangtua masih dalam tahap pembelajaran yang rentan stress. Sebaliknya anak bungsu adalah anak kemerdekaan karena pada tahap ini biasanya orangtua sudah ada pada tahap matang dan mapan. Jadi jangan kaget kalau orangtua lebih sabar dan bijak bersikap dalam menangani anak bungsu. Semua orang tua menyintai anaknya dengan porsi yang sama, penampakannya saja seperti ada perbedaan terutama dalam kacamata anak. Bagaimana bisa seorang ibu divonis lebih menyintai seorang anaknya dibanding yang lain, bukankah mereka ada dalam rahim yang sama? Pemahaman ini yang berusaha aku transfer ke anak sulung kalau lagi berbincang-bincang santai. Maksud dan tujuannya sudah jelas, mencegah munculnya rasa iri antar kakak-beradik sambil berusaha membenahi pelan-pelan kesalahan penanganan dimasa lalu.
Rupanya hal ini sangat menyentuh bagi Sirin dan terbukti dia pintar sekali mengambil hikmahnya alias pandai memanfaatkan ibunya. Salah-satunya ya melalui request-request seperti contoh soal diatas.
Jadi tahu khan kenapa sisulung bisa boros banget??? Kalau kata ayahnya menyindir: karena support yang tidak kenal lelah oleh ibunda untuk ananda tersayang. Speechless deh...
---------------------
TOBE continue part:2
No comments:
Post a Comment