Turut
berduka atas meninggalnya Ade Sara Angelina Suroto, semoga mendapat
tempat terbaik disisiNya dan keluarganya diberi kekuatan, ketabahan dan kesabaran.
Amin. Salut untuk ibunda Ade Sara yang mau memaafkan pelaku (tidak semua orang bisa/mau berbuat serupa, ini menunjukkan kekuatan iman yang dimilikinya. Sekaligus permaafan ini pastinya bisa mengurangi "beban psikis" orangtua kedua pelaku yang seperti kata pepatah jawa, anak polah, bapak kepradah). Untuk ibunda Assyifa dan ibunda Hafid, turut berempati semoga
diberi kekuatan, ketabahan dan kesabaran. Amin YRA.
Tanpa bermaksud membela, sepertinya analisa tentang motif dibalik perbuatan keji Hafid dan Assyifa terhadap Ade Sara yang paling masuk akal (menurutku) adalah pengamatan dari: Reza Indragiri Amriel, psikolog forensik. Sdr Reza mengatakan bahwa perbuatan mereka (Hafid dan Syifa) tidak direncanakan dan merupakan penganiayaan yang berujung kematian. Semoga memang seperti itu.
Tanpa bermaksud membela, sepertinya analisa tentang motif dibalik perbuatan keji Hafid dan Assyifa terhadap Ade Sara yang paling masuk akal (menurutku) adalah pengamatan dari: Reza Indragiri Amriel, psikolog forensik. Sdr Reza mengatakan bahwa perbuatan mereka (Hafid dan Syifa) tidak direncanakan dan merupakan penganiayaan yang berujung kematian. Semoga memang seperti itu.
Ketika melihat dan mendengar berita tentang terbunuhnya Ade Sara oleh temannya sendiri, entah kenapa yang terlintas dalam pikiranku pertama kali adalah bagaimana perasaan ibunda mereka (Ade Sara, Hafid dan Syifa). Bagaimana hancurnya perasaan mereka mendapat musibah ini. Musibah memang datang sebagai takdir dalam kehidupan karenanya tidak bisa dipilih dan tak bisa dihindari. (coba kalau bisa milih, apa kira-kira kita sanggup memilih musibah yang mana duluan atau musibah yang seperti apa).Yang bisa dilakukan adalah: menyiapkan kekuatan untuk menghadapinya. Dan tidak semua orang (termasuk yang nulis) sanggup menghadapinya dengan ikhlas dan penuh kesabaran. Semua itu sangat tergantung dari tingkat keimanan kita. Semakin besar tingkat keimanan, semakin kita punya kekuatan besar untuk menghadapinya. Semoga kita dapat terus meningkatkan keimanan kita sampai pada tahapan ikhlas dan sabar. Amin.
Kembali ke topik terbunuhnya Ade Sara oleh kedua temannya, banyak sekali analisa-analisa yang dikemukakan oleh para pengamat (termasuk pembaca blog ini tentunya juga punya berbagai pendapat). Sebagai orang awam, aku tidak punya analisa ilmiah hanya punya perasaan simpati yang teramat dalam pada ibunda korban dan pelaku (mungkin karena sama-sama punya anak yang seusia) Perasaan simpati itu pula yang membawaku menulis topik ini untuk ibunda Ade Sara. Juga rasa simpati pada ibunda pelaku yang menghambatku untuk berpikiran bahwa pelaku melakukan perbuatan kejinya secara sadar dan terencana dan sebaliknya mendorongku untuk berpikiran bahwa mereka melakukannya uncontrolled and unplanned (seperti yang diutarakan secara ilmiah oleh: Reza Indragiri Amriel dalam satu sesi wawancara TVOne). Beda tipis antara awalan depan un dan incontrolled menyebabkan beda yang sangat signifikant dalam punishment yang akan mereka terima. Aku semakin sesak napas memikirkan bagaimana ibunda kedua pelaku dapat menghadapinya.
Bagaimana dengan ibunda Ade Sara sebagai pihak yang paling menderita dalam hal ini?
Tentu saja, ibunda Ade Sara adalah pihak yang paling berhak mendapatkan simpati dan empati. Kehilangan anak adalah musibah terberat bagi orangtua khususnya bagi ibunya yang sudah mengandung, melahirkan dan membesarkannya. Sebagai seorang ibu, hari-hariku selalu terisi dengan untaian doa untuk keberkahan anak-anak dan karunia umur panjang untuk dapat menemani mereka selama mungkin. Dan ketika buah hati itu direngut dengan kekejian, tak ada yang dapat menyembuhkan luka yang menggangga kecuali keimanan. Dan inilah kekuatan sejati yang dimiliki dan ditunjukkan oleh ibunda Ade Sara.
Apa yang bisa dipelajari dari sebuah musibah yang menimpa orang lain?
Adalah: sebuah pembelajaran banyak hal, tentang empati, simpati, kekuatan, ketabahan, kesabaran dan keihklasan.
Apa yang bisa dipelajari dari sebuah musibah yang menimpa kita?
Kemampuan mengukur diri sendiri.
Sebuah kalimat sebagai pesan dalam paragraf terakhir untuk mengingatkan kita semua, bahwa Monster bukan dilahirkan tetapi monster dibentuk oleh lingkungan. Dan bila seorang anak berbuat kesalahan atau keburukan, bukanlah salah bunda mengandung. Karena semua ibu hanya mengharapkan kebaikan untuk anak-anaknya. Marilah kita jaga anak-anak dengan doa-doa kita yang tidak berhijab. Semoga kita dan keluarga selalu dalam lindungan dan keberkahanNya. Amin YRA.
Kembali ke topik terbunuhnya Ade Sara oleh kedua temannya, banyak sekali analisa-analisa yang dikemukakan oleh para pengamat (termasuk pembaca blog ini tentunya juga punya berbagai pendapat). Sebagai orang awam, aku tidak punya analisa ilmiah hanya punya perasaan simpati yang teramat dalam pada ibunda korban dan pelaku (mungkin karena sama-sama punya anak yang seusia) Perasaan simpati itu pula yang membawaku menulis topik ini untuk ibunda Ade Sara. Juga rasa simpati pada ibunda pelaku yang menghambatku untuk berpikiran bahwa pelaku melakukan perbuatan kejinya secara sadar dan terencana dan sebaliknya mendorongku untuk berpikiran bahwa mereka melakukannya uncontrolled and unplanned (seperti yang diutarakan secara ilmiah oleh: Reza Indragiri Amriel dalam satu sesi wawancara TVOne). Beda tipis antara awalan depan un dan incontrolled menyebabkan beda yang sangat signifikant dalam punishment yang akan mereka terima. Aku semakin sesak napas memikirkan bagaimana ibunda kedua pelaku dapat menghadapinya.
Bagaimana dengan ibunda Ade Sara sebagai pihak yang paling menderita dalam hal ini?
Tentu saja, ibunda Ade Sara adalah pihak yang paling berhak mendapatkan simpati dan empati. Kehilangan anak adalah musibah terberat bagi orangtua khususnya bagi ibunya yang sudah mengandung, melahirkan dan membesarkannya. Sebagai seorang ibu, hari-hariku selalu terisi dengan untaian doa untuk keberkahan anak-anak dan karunia umur panjang untuk dapat menemani mereka selama mungkin. Dan ketika buah hati itu direngut dengan kekejian, tak ada yang dapat menyembuhkan luka yang menggangga kecuali keimanan. Dan inilah kekuatan sejati yang dimiliki dan ditunjukkan oleh ibunda Ade Sara.
Apa yang bisa dipelajari dari sebuah musibah yang menimpa orang lain?
Adalah: sebuah pembelajaran banyak hal, tentang empati, simpati, kekuatan, ketabahan, kesabaran dan keihklasan.
Apa yang bisa dipelajari dari sebuah musibah yang menimpa kita?
Kemampuan mengukur diri sendiri.
Ternyata ada juga yang sependapat. Kita ulurkan simpati kepada korban dan keluarganya. Juga doa agar kejadian semacam ini tidak terulang. Terimakasih, ya.
ReplyDeleteTernyata ada juga yang sependapat. Kita ulurkan simpati kepada korban dan keluarganya. Juga doa agar kejadian semacam ini tidak terulang. Terimakasih, ya.
ReplyDeleteSama-sama..:) Semoga kita dan keluarga selalu dalam lindunganNya. Amin Ya Robbal Alamin.
ReplyDelete