11 September 2013

Pengalaman Mammography (bag: 1)



Pengalaman pertama selalu mendebarkan, begitu juga dengan pengalamanku menjalani pemeriksaan mammography. Memasuki usia 40 tahun, seorang wanita harus menghadapi beberapa pemeriksaan lanjutan untuk mendeteksi adanya kelainan-kelaianan pada payudaranya. Karena itu, meski sebenarnya sangat takut, aku memaksakan diri untuk patuh pada aturan-aturan kesehatan yang sudah baku. Seperti: pemeriksaan papsmear, mammography, vaksin de-el-el.
Sebelum menjalani mamo, petugas klinik menerangkan beberapa aturan, diantaranya mammo akan dilakukan pada hari ketujuh sampai kesepuluh setelah bersih dari haid. Akupun mendaftarkan diri untuk bulan depan.

Saat hari H tiba, aku bersiap menjalani pemeriksaan mammo dengan datang lebih awal diruang tunggu. Untuk mengatasi rasa panik, biasanya aku mencoba mengobrol dengan ibu-ibu lain yang sedang menunggu giliran. Dari pesan yang kutangkap, mammo tidak menyakitkan hanya membuat rasa tidak nyaman. 
Oh... okelah kalau begitu, i can handle it.

Tibalah giliranku masuk kedalam ruang pemeriksaan. Ih...serem juga lihat alatnya. Akupun berganti baju dan bismillah...

Singkat cerita, aku berdoa supaya tidak perlu lagi mammo untuk tahun-tahun berikutnya. Kenapa?

Entah ada yang salah dengan perhitungan bersih haidku (waktu itu aku masih belum operasi pembersihan endometriosis jadi sering bermasalah dengan haid). Sepertinya aku salah menghitung hari bersih sesudah haid sehingga saat di mammo terasa sakit karena payudaranya sudah mulai keras. Juga di payudara kiri memang ditemukan beberapa kistik yang menambah rasa nyeri saat ditekan alat mammo. Hasil akhir, payudara kiri sedikit membengkak akibat tekanan saat mammo.

Kalau mammo yang pertama lebih pada kesadaran diri untuk hidup sehat, mammo yang kedua tahun 2011, dilakukan untuk memantau kistik di payudara. Karena pengalaman pertama yang traumatis, saat melakukan mammo yang kedua, aku disarankan minum obat anti sakit. Maka kuminum ponstan satu biji saat menunggu giliran. Dan alhamdulillah, mamo yang kedua, meski tetap nervous n panik, tapi yang kuingat, tidak sesakit seperti yang pertama. 

Pada pemeriksaan minggu lalu, dokter menyarankan mammo yang ketiga sebagai pemeriksaan rutin dua tahunan sekaligus untuk mengetahui perkembangan kistik-kistik di payudara kiri dan kanan yang menimbulkan rasa nyeri saat menjelang haid.

Memori tidak sesakit yang pertama rupanya masih tidak ampuh untuk menaklukan kecemasan  karena itu untuk mammo yang ketiga aku minta didampingi suami (meski hanya berada diruang tunggu saja paling sudah cukup memberi dukungan moril..:) plus minum satu kapsul ponstan. E...baru diminum dua menit sudah dipanggil masuk. Apa boleh buat...

Ditengah rasa panik yang tiba-tiba menyerang, aku mengatur napas dan berusaha mensugesti diri sendiri. Begini caranya:
  • Melafalkan doa berulang-ulang, doanya nabi Yunus ketika berada dalam perut ikan paus (LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN )
  • Meyakinkan diri bahwa rasa takut kita adalah wajar, pasti ada orang lain yang rasa takutnya sama bahkan lebih dari kita. Ini aku buktikan dengan mengajukan pertanyaan pada petugasnya, “Apa ada yang lebih takut dari saya sus...?” Dengan lihainya petugas itu menjawab, “Yang lebih takut dari ibu banyak...Jangan khawatir” Dalam hati , kalau yang lebih takut saja tetap mammo apalagi aku yang lebih berani, jadi tidak boleh mundur...
  • Meyakinkan diri bahwa mammo tidak sakit karena selama menunggu tadi tidak pernah terdengar ada suara yang berteriak kesakitan.
  • Meyakinkan diri bahwa sesakit-sakitnya mammo tidak menyebabkan kematian.
  • Meyakinkan diri bahwa kita lebih kuat atau paling tidak sama dengan teman-teman kita yang lain yang juga pernah mammo dan tidak mengeluh sakit berlebihan.
  • Meyakinkan diri harus dapat melewati fase ini dengan baik sebagai pembelajaran ke anak untuk dapat mengatasi rasa takutnya
  •   Meyakinkan diri untuk melakukan ini demi kebaikan, demi anak-anak dan keluarga sehingga bila terdeteksi kelainan de-el-el bisa diatasi sedini mungkin.
    Dan Bismillah...
    Alhamdulillah selesai juga prosesnya. Aku berusaha mengingat-ingat setiap prosesnya untuk dishare diblog ini karena semalam sebelum melakukan mammo, berusaha searching di net tentang pengalaman mammo tapi tidak ditemukan yang ditulis sebagai catatan, hanya sebagai ulasan saja.
    Yang paling kuingat adalah mammo tidak sesakit seperti yang selalu ada dibenakku selama ini, mungkin karena pengalaman pertama begitu membekas jadi rasa cemasnya berkepanjangan. Yang menyebabkan ada rasa sedikit sakit (masih kalah jauh dibanding rasa sakit melahirkan atau luka bekas operasi jadi dont worry...) adalah karena ada kistik yang berukuran agak besar di payudara sebelah kiri, terbukti saat mammo di payudara sebelah kanan, alhamdulillah lancar jaya.
    So, untuk para wanita berumur 40 tahun keatas semoga setelah membaca tulisan ini anda bisa merasa tenang melakukan pemeriksaan mammography.



No comments:

Post a Comment