"Apa yang anda pikirkan tentang Italy? Mencicipi masakan Italy seperti Julia Roberts dalam film Eat, Pray, Love...? Atau melongok pabrik Ferrari di Ducati...? Menikmati seni dan arsitekturnya...? Atau berbelanja barang-barang branded di Milan...? Tambahkan satu lagi dalam agenda, kunjungan ke Tuscany. Sebuah daerah wisata dengan pemandangan menawan dari kota-kota bersejarah diatas bukit. Ibukota Tuscany adalah Florence, tempat lahirnya kesenian Renaissance yang melahirkan berbagai patung dan lukisan seniman-seniman dunia. Florence adalah sebuah Masterpiece...
Aku meletakkan kacamata minusku ke atas meja sembari menyandarkan bahu, mengusir penat dan kejenuhan yang tiba-tiba melanda. Sebagai reporter yang tengah diundang oleh Air Frances, salah-satu maskapai penerbangan Perancis untuk meliput keelokkan wisata negara-negara Mediterran, ada tugas menanti untuk membuat laporan perjalanan selayang pandang. Dengan bantuan kamera andalan, Nikon D70, tak ada halangan bagiku untuk memindahkan eksotika Mediterran ke dalam foto-foto yang kubidik.
Kuraih BB diseberang meja, kulirik penuh harap message di bbm yang kukirim untuk Dani, Sudah terbaca tapi masih belum terbalas. Begitulah Dani..., dia selalu membuatku hampir menyerah.
Aku merenung....Hmm, apa yang diharapkan dari suatu hubungan...?
Kepastian...? Tepat sekali...! Seperti kepastian mata angin menunjukkan arah, tidak ada yang bisa diharapkan dari suatu hubungan yang tidak jelas. Bagaimana dengan Dani...? Pertanyaan yang lebih tepat kutujukan pada diriku sendiri ketimbang padanya.
Dani selalu mengelak jika kutanya tentang hubungan yang lebih serius. Dalihnya berputar antara ketidaksiapan, ketidakberdayaan, ibunya yang sudah memilihkan calon untuknya dan sederet dalih-dalih yang lain, de-el-el...Capeeek deh...
Aku menarik napas panjang....mencoba mencari pembenar dari seuntai kalimat bijak yang kuingat.
If u are stuck between twoo options...just flip a coin in the air...It works!!! Not because it solves the problem but while the coin in the air...u will know what ur heart is really hoping for...
Lanjut...Putus...Lanjut...Putus...Lanjut...
Begitu koin dilempar, aku tahu apa yang kuharapkan.
Kadang hal kecil dapat meneguhkan suatu keputusan besar...
-----------------------------------------------------------
Nice, Perancis, April 2010
Dari balkon hotel kusaksikan taburan bintang di langit Nice bersiap menghantar penghuninya lelap keperaduan. Bau dedaunan yang dihembuskan angin, mengusik rasa aneh yang tiba-tiba menyeruak. Aku jadi teringat Rafi, dimana dia sekarang...? Lama kami tak bersua. Terakhir aku melihatnya lebaran lalu, itu artinya sudah lebih dari enam bulan. Perasaan hangat membuncah didada.
Ah....! Aku terlalu malu berbasa-basi mengirimnya pesan... Akhirnya, kukirim sebait pesan untuk ibu dan sebuah salam, "Bu, sampaikan salamku untuk Rafi..."
Rumah kami bersebelahan. Kebiasaannya kalau dia pulang, Rafi pasti akan menemui ibu. Selalu begitu.
Akupun kembali berkutat didepan laptop, menulis laporan perjalanan seputar Nice yang akan dimuat secara berseri.
"Nice (baca: ni:s) terletak di Perancis Selatan, di tepian Laut Tengah, antara Marseille dan Genoa. Nice dijuluki sebagai La Belle atau The Beautiful Nice yang menunjuk pada keistimewaan kota ini sebagai pusat turis utama dan resort nomor satu di Riviera Prancis-Cote d'Azur.
Ada banyak pilihan wisata yang ditawarkan. Bagi yang suka mengunjungi museum, anda bisa mampir di Museum Matisse. Museum ini menyimpan lukisan, karya seni, foto maupun barang-barang yang digunakan oleh pelukis Henri Matisse semasa hidupnya. Ada juga Museum Arkeologi Nice atau Palais Lascaris, museum seni rakyat. Bagi yang suka mengunjungi istana, ada banyak istana yang membuat anda tak berhenti berdecak. Salah-satunya adalah istana Le Chateau. Anda dapat melihat panorama kota dan pesona pelabuhan dari atas ketinggiannya.
----------------------------------------------------
-----------------------------------------------------
Seville, Spain Mei 2010
Seorang perempuan berwajah cerah melambaikan tangan kearahku. Ketika aku berusaha mengabaikannya, dia mengulangi lambaian tangannya, kali ini tangannya ikut menunjuk.
Aku menoleh kebelakang untuk memastikan... Tak ada orang dibelakangku...
Dengan gamang aku menghampirinya. Dia menanyakan beberapa menu dalam daftar yang dipegangnya. Oh la-la...alis hitam lebat dan hidung mancungku mengecohnya, turis itu mengira aku adalah pemilik café Exotica Gastronomia de Morocco. Akupun menjelaskan kalau aku sama-sama turis sepertinya. Sejurus kemudian kami menjadi akrab. Dari dialah aku mendapat tambahan referensi tentang beberapa bangunan elok beraksitektur abad pertengahan yang ternyata hanya berjarak beberapa blok dari hotel tempatku menginap di Inglatera. Lumayan untuk tambahan cerita sebelum petualangan yang sebenarnya dimulai antara Granada dan Cordova.
---------------------------------------------------------------------------
Cordova, 7 Mei 2010
Sebuah peristiwa tepatnya sebuah kesalahan terjadi, saat kelelahan membelit dan kantuk menyergap di dalam bus yang melaju kencang dalam perjalanan kami dari Cordova menuju hotel. Sebuah hentakan keras melemparkan tubuhku dengan mudahnya keluar bus. Tidak ada kesakitan atau darah keluar dari tubuhku
--------------------------------------------------------------------------
Dalam gerakan lambat, aku menyaksikan apa yang terjadi ...
Orang-orang bermasker menempatkanku di sebuah ranjang yang terlihat mengerikan,terletak ditengah ruangan. Diatasnya ada beberapa lampu sorot, panel-panel yang saling terhubung satu-sama lain, peralatan serta mesin oksigen, tiang infus, peralatan bedah dan lain-lain yang tidak kumengerti kegunaannya.
Dan mereka mulai menandai kepalaku... Sepertinya mereka akan membedahnya, bagai menguliti sebuah kelapa...
----------------------------------------------------------------------------------
Hari ketujuh pasca pembedahan.
Ada yang mengganggu ketenanganku...saat dimana jutaan neuron di otakku saling mengirim dan menerima sinyal. Membawaku ke pusaran labirin,.. menarik waktu berputar ulang... Seperti kotak musik dengan Ballerina seorang gadis cantik yang menari ditengahnya, Ballerina yang menari-nari di kotak memoriku adalah seorang gadis kecil yang ringkih, penuh amarah dan ketakutan. De javu...Berkelabat dan berulang seperti slide sebuah film yang tak putus-putusnya...
De javu April, 1990
Ayah mengabarkan, Oma telah pergi, diambil Tuhan ke langit. Diambil Tuhan? Apakah artinya sama seperti ketika pensilku diambil Andi, temanku yang usil...? Kata itu membuatku tak nyaman. Seketika nafasku sesak seperti seekor burung yang sayapnya patah dan terengah-engah mencapai ranting pohon....
De javu Juni 1990
"Aku punya hadiah untukmu...", inilah kalimat Lusi yang menjadi awal terorku ditengah malam. Dihalaman belakang sekolah yang sepi, Lusi dibantu pengikut setianya memasukkan seekor monster kecil bersungut panjang. Seekor kecoak terperangkap dalam baju belakangku.
Teriakanku melengking membelah langit tapi tak satupun gaungnya terdengar keluar....Keringat dingin bercucuran, menganak sungai dalam seragam putih yang kupakai. Aku tidak tahu berapa lama aku terkapar sampai ada yang menolongku...
De javu Desember1990
Ayah memperkenalkan seorang perempuan yang tak disebutkan namanya. Aku hanya memanggilnya Tante, seperti ayah menyuruhku. Suatu hari seperti biasa, ayah membawaku berkunjung menemui tante. Yang tak biasa adalah, aku melihat tante itu menangis dalam pelukan ayah. Oh... ! Sekuat hati aku menahan amarah...Bagaimana mungkin ayah membiarkan seseorang memeluknya selain ibu? Kemarahanku hanya terlihat oleh ayah sebagai tangisan seorang anak kecil yang meraung-raung...
De javu Mei 1991
"Gadis kecil....apa yang kau lakukan....di sini...", suara ayah terdengar disela isak tangisku. Aku terkunci berjam-jam disebuah gudang gelap, tempat ibu menyimpan rempah-rempah dapur...Bau bawang menyengat menusuk hidung. Udara pengap...
------------------------------------------------------------
Namaku Amira, umur delapan tahun. Kami tinggal disebuah kota kecil di perbukitan.
Aku adalah pemimpi. Diantara tiga bersaudara, hanya aku yang punya pemikiran rumit tentang adanya dunia yang penuh warna di luar sana selain dunia kami yang dibatasi hamparan hijau kebun apel dan putihnya kabut di kaki bukit.
Ibu selalu menjadi penyemangatku. Katanya, kalau aku ingin bernasib baik seperti kedua saudara perempuanku yang lain, aku harus bisa meniru mereka.
"Kedua kakakmu rajin dan pintar, karena itu Mira, juga harus rajin dan pintar" tutur Ibu di suatu petang.
Hanya meniru...? Pikiran kecilku menari-nari, Mudah sekali... Kenapa tidak...?
Tapi....
Kedua kakak perempuanku itu memang rajin, pintar dan juga bernasib baik. Mereka bersanding dengan laki-laki terbaik di desa kami dari segi bibit, bobot dan bebet. Itulah impian terbesar mereka.Yang tidak diketahui Ibu dan kedua kakakku itu , impianku jauh lebih besar dari mereka bahkan melebihi isi kepalaku.
"Aku ingin keliling dunia...", seruku, suatu hari.
"Keliling dunia...? Mau kemana...?", Kak Lia dan kak Mia berbarengan bertanya dengan menahan senyum.
" Ketempat Alice..." jawabku spontan.
Alice...nama itu kukenal lewat salah-satu buku cerita pemberian Ibu yang dibelinya dari tukang loak di pasar. Buku cerita bergambar itu tersusun dari kalimat yang tidak sepenuhnya dimengerti pikiran kecilku, terutama dengan nama-nama tempat yang terasa asing. Yang terpenting bagiku, buku berjudul Alice in Wonderland itu merupakan muara dari samudra mimpi yang meletup-letup. Aku serasa menemukan jalan setapak menuju tangga impian yang geliatnya mampu membuatku tahan berjam-jam duduk tenang mendengarkan guru mengajar. Apa yang kuyakini, impian membuat segalanya terlihat lebih mudah.
Gulungan mimpi itu kusimpan dalam sebuah kotak musik berukir pemberian ibu yang selalu kubawa kemanapun pergi. Setiap kali aku membutuhkan kekuatan, kubuka kotaknya dan kusimak Sang Ballerina menari diiringi denting-denting nada yang teralun penuh makna. Dalam bayanganku, akulah Sang Ballerina. Seorang gadis tangguh yang piawai menari diatas satu kaki dan seorang gadis cilik dengan mimipi yang besar.
Hari ke empatbelas...
Aku merasa lebih baik sekarang.... Perasaan itu terbantahkan ketika kulihat masih banyak selang yang centang-perentang menempel disekujur tubuh.
Ah....Mengapa aku tampak menyedihkan seperti ini...? Kemana orang-orang yang kucintai...? Aku ingin pulang...
Sekuat tenaga aku berteriak ingin pulang tapi tak satupun dari orang-orang yang berlalu lalang disekitarku menghiraukan...
"Hey...! Coba lihat... Aku sudah sembuh...Lihat...! Aku bisa bergerak..." kedua tangan kugerak-gerakkan... Tetap saja, mereka hanya datang, mencatat dan berlalu.
Akupun mulai meningkatkan atraksiku, kupencet panel diatas kepalaku, kutarik selang oksigen, kucabut jarum yang menusuk lenganku...
Tiba-tiba bunyi melengking keluar dari sebuah monitor yang terhubung denganku ...Orang-orang yang berbaju putih-putih menyerbu masuk kekamar dengan membawa aneka peralatan.
"Stop... ! Jangan menyakitiku lagi... ...Berhenti...! Aku hanya ingin pulang..."seruku bertubi-tubi.
Sesaat aku merasakan tubuhku membelah...jiwakupun turut terbelah...
Seribu sayap menghantarku mengikuti cahaya, menembus ruang dan waktu, membawaku ketempat dimana kegalauan bersemanyam.
Berhenti pada sebaris tulisan nama yang mulai luntur: LUSSY Saraswati...
Ibu pernah mengatakan, "Jangan balas kejahatan dengan kejahatan, biarlah alam yang akan membalasnya..." Aku tidak pernah berniat membalasnya. Kupandangi pusara yang tampak kotor, kusam dan tak terawat...Entah bagaimana caranya dia pergi, terkesan tak ada seorangpun yang bersedia mengingatnya.
----------------------------------------------
Jiwa yang terbelah membawaku pada seseorang yang selalu mengisi pikiranku tapi tak pernah menyentuh hatiku.
Pendar kepedihan berserabut dimatanya. Dani... Menyintaimu adalah sebuah ke-absurd-an.
Seorang perempuan bisa dipaksa menikah dengan seseorang yang tak dicintainya tapi seorang laki-laki tidak akan bisa menikah dengan seseorang yang tak dicintainya. Mengapa kau memaksaku untuk percaya...? Sesorang tidak akan tahu arti seseorang baginya sampai dia kehilangan. Kesadaran yang datang terlambat...
--------------------------------------------------
Seribu sayap itu mengantarku melihat sosok yang begitu kukenal,.. Rafi! Aku mengenalnya sama seperti aku mengenali aroma apel yang terbawa angin dari perbukitan.
Rafi tengah khusyuk diatas sajadah...
Entah mengapa, perasaan aneh selalu menggelayut jika nama Rafi melintas.
----------------------------------------------------
Sejuta cahaya membawaku berdamai dengan hati yang menyimpan amarah.
"Ayah..." Aku memanggilnya "Aku melihatmu memeluk Tante itu..."
Aku memeluknya dan berbisik pelan ditelinganya..."Ayah, hari ini aku memaafkanmu...Biarlah ini menjadi rahasia kecil kita berdua..."
Aku melepaskan pelukanku dan mencium keningnya lembut...Walau dia tak dapat mendengarku, aku dapat melihat bias kelegaan diwajahnya. Dia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan seperti menghilangkan sebuah beban... Beban yang juga kusandang selama bertahun-tahun.
----------------------------------------------------
Seribu sayap, sejuta cahaya dan kerinduan, menuntun kepelukan seseorang yang teramat kukasihi. Ibu adalah orang yang kuduga paling bersedih dengan apa yang terjadi padaku bahkan setelah semuanya berlalu bertahun-tahun lamanya. Aku tak melepaskan pelukanku sampai...
Airmatanya kurasakan membanjiri hatiku...
--------------------------------------------------------
Balerina itu muncul lagi dalam kepalaku....Menari-nari diatas satu kakinya, meliuk-liukan tubuhnya bagai untaian tali. Sorot lampu berpendar mengikuti gerakannya....Berputar, melayang, berlari.... Alunan nadanya menyatukan hati dan jiwa yang terbelah.... Kulihat...Ballerina itu tak lagi sendiri.... Peri-peri kecil terbang mengitarinya.
Sang Ballerina, seorang gadis cantik dengan kedua tangannya terangkat keatas, badannya terdongak kedepan hingga berat tubuhnya tertumpu pada satu kaki, masih sama seperti saat ibu memberikan kotak musik itu padaku. Akulah Sang Ballerina....
Sebuah alat berbentuk kotak menekan kuat di dada... Lagi...dan lagi...Kejut listriknya bagai gelombang panas yang beriak di seluruh simpul-simpul syarafku, .............rasanya sekujur kulitku melepuh... Napasku tersengal-sengal...
Tubuhku bergetar.... Seseorang memegang tanganku. Kubuka mata yang terkatup rapat. Samar-samar kulihat beberapa orang berpakaian putih...Mereka saling menyapaku...
"Holla...Como esta usted...?"
"Speak english..?"
"Not to worry, you are ok.."
"Este es un verdadero milagro ... un milagro ..." seru salah seorang dari orang-orang berbaju putih.
"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS, Al-Munafiqun, 63:11)
---------------------------------------------------------------------------
NDE (Near Death Experiences) atau orang awam menyebutnya mati suri adalah suatu fenomena yang dapat terjadi saat manusia mengalami koma. Ada yang merupakan bentuk life review process (paparan ulang atas kehidupannya), ada juga yang mengalami kejadian out of body experience (pengalaman keluar dari tubuh). Tiap orang mengalami NDE yang berbeda satu-sama lain. Ada yang memiliki sensasi menyenangkan atau sebaliknya. Kini NDE sudah dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah melalui teori gelombang listrik.
Cerita dalam note ini hanyalah fiksi, jika ada kejadian, nama, tempat dan waktu yang sama, hanyalah sebuah kebetulan.
May Allah forgive us all and keep us in the grace of His Rahmah. Allahuma Ameen.
Note Story: Originally Written by Layla F Thalib
Inspired by: Sirin and Rana
Edited by : Ghana, Inayah and Rima
Published by: Facebook
Supported by: Faisal A Maudah
Kuraih BB diseberang meja, kulirik penuh harap message di bbm yang kukirim untuk Dani, Sudah terbaca tapi masih belum terbalas. Begitulah Dani..., dia selalu membuatku hampir menyerah.
Aku merenung....Hmm, apa yang diharapkan dari suatu hubungan...?
Kepastian...? Tepat sekali...! Seperti kepastian mata angin menunjukkan arah, tidak ada yang bisa diharapkan dari suatu hubungan yang tidak jelas. Bagaimana dengan Dani...? Pertanyaan yang lebih tepat kutujukan pada diriku sendiri ketimbang padanya.
Dani selalu mengelak jika kutanya tentang hubungan yang lebih serius. Dalihnya berputar antara ketidaksiapan, ketidakberdayaan, ibunya yang sudah memilihkan calon untuknya dan sederet dalih-dalih yang lain, de-el-el...Capeeek deh...
Aku menarik napas panjang....mencoba mencari pembenar dari seuntai kalimat bijak yang kuingat.
If u are stuck between twoo options...just flip a coin in the air...It works!!! Not because it solves the problem but while the coin in the air...u will know what ur heart is really hoping for...
Lanjut...Putus...Lanjut...Putus...Lanjut...
Begitu koin dilempar, aku tahu apa yang kuharapkan.
Kadang hal kecil dapat meneguhkan suatu keputusan besar...
-----------------------------------------------------------
Nice, Perancis, April 2010
Dari balkon hotel kusaksikan taburan bintang di langit Nice bersiap menghantar penghuninya lelap keperaduan. Bau dedaunan yang dihembuskan angin, mengusik rasa aneh yang tiba-tiba menyeruak. Aku jadi teringat Rafi, dimana dia sekarang...? Lama kami tak bersua. Terakhir aku melihatnya lebaran lalu, itu artinya sudah lebih dari enam bulan. Perasaan hangat membuncah didada.
Ah....! Aku terlalu malu berbasa-basi mengirimnya pesan... Akhirnya, kukirim sebait pesan untuk ibu dan sebuah salam, "Bu, sampaikan salamku untuk Rafi..."
Rumah kami bersebelahan. Kebiasaannya kalau dia pulang, Rafi pasti akan menemui ibu. Selalu begitu.
Akupun kembali berkutat didepan laptop, menulis laporan perjalanan seputar Nice yang akan dimuat secara berseri.
"Nice (baca: ni:s) terletak di Perancis Selatan, di tepian Laut Tengah, antara Marseille dan Genoa. Nice dijuluki sebagai La Belle atau The Beautiful Nice yang menunjuk pada keistimewaan kota ini sebagai pusat turis utama dan resort nomor satu di Riviera Prancis-Cote d'Azur.
Ada banyak pilihan wisata yang ditawarkan. Bagi yang suka mengunjungi museum, anda bisa mampir di Museum Matisse. Museum ini menyimpan lukisan, karya seni, foto maupun barang-barang yang digunakan oleh pelukis Henri Matisse semasa hidupnya. Ada juga Museum Arkeologi Nice atau Palais Lascaris, museum seni rakyat. Bagi yang suka mengunjungi istana, ada banyak istana yang membuat anda tak berhenti berdecak. Salah-satunya adalah istana Le Chateau. Anda dapat melihat panorama kota dan pesona pelabuhan dari atas ketinggiannya.
----------------------------------------------------
-----------------------------------------------------
Seville, Spain Mei 2010
Seorang perempuan berwajah cerah melambaikan tangan kearahku. Ketika aku berusaha mengabaikannya, dia mengulangi lambaian tangannya, kali ini tangannya ikut menunjuk.
Aku menoleh kebelakang untuk memastikan... Tak ada orang dibelakangku...
Dengan gamang aku menghampirinya. Dia menanyakan beberapa menu dalam daftar yang dipegangnya. Oh la-la...alis hitam lebat dan hidung mancungku mengecohnya, turis itu mengira aku adalah pemilik café Exotica Gastronomia de Morocco. Akupun menjelaskan kalau aku sama-sama turis sepertinya. Sejurus kemudian kami menjadi akrab. Dari dialah aku mendapat tambahan referensi tentang beberapa bangunan elok beraksitektur abad pertengahan yang ternyata hanya berjarak beberapa blok dari hotel tempatku menginap di Inglatera. Lumayan untuk tambahan cerita sebelum petualangan yang sebenarnya dimulai antara Granada dan Cordova.
---------------------------------------------------------------------------
Cordova, 7 Mei 2010
Sebuah peristiwa tepatnya sebuah kesalahan terjadi, saat kelelahan membelit dan kantuk menyergap di dalam bus yang melaju kencang dalam perjalanan kami dari Cordova menuju hotel. Sebuah hentakan keras melemparkan tubuhku dengan mudahnya keluar bus. Tidak ada kesakitan atau darah keluar dari tubuhku
--------------------------------------------------------------------------
Dalam gerakan lambat, aku menyaksikan apa yang terjadi ...
Orang-orang bermasker menempatkanku di sebuah ranjang yang terlihat mengerikan,terletak ditengah ruangan. Diatasnya ada beberapa lampu sorot, panel-panel yang saling terhubung satu-sama lain, peralatan serta mesin oksigen, tiang infus, peralatan bedah dan lain-lain yang tidak kumengerti kegunaannya.
Dan mereka mulai menandai kepalaku... Sepertinya mereka akan membedahnya, bagai menguliti sebuah kelapa...
----------------------------------------------------------------------------------
Hari ketujuh pasca pembedahan.
Ada yang mengganggu ketenanganku...saat dimana jutaan neuron di otakku saling mengirim dan menerima sinyal. Membawaku ke pusaran labirin,.. menarik waktu berputar ulang... Seperti kotak musik dengan Ballerina seorang gadis cantik yang menari ditengahnya, Ballerina yang menari-nari di kotak memoriku adalah seorang gadis kecil yang ringkih, penuh amarah dan ketakutan. De javu...Berkelabat dan berulang seperti slide sebuah film yang tak putus-putusnya...
De javu April, 1990
Ayah mengabarkan, Oma telah pergi, diambil Tuhan ke langit. Diambil Tuhan? Apakah artinya sama seperti ketika pensilku diambil Andi, temanku yang usil...? Kata itu membuatku tak nyaman. Seketika nafasku sesak seperti seekor burung yang sayapnya patah dan terengah-engah mencapai ranting pohon....
De javu Juni 1990
"Aku punya hadiah untukmu...", inilah kalimat Lusi yang menjadi awal terorku ditengah malam. Dihalaman belakang sekolah yang sepi, Lusi dibantu pengikut setianya memasukkan seekor monster kecil bersungut panjang. Seekor kecoak terperangkap dalam baju belakangku.
Teriakanku melengking membelah langit tapi tak satupun gaungnya terdengar keluar....Keringat dingin bercucuran, menganak sungai dalam seragam putih yang kupakai. Aku tidak tahu berapa lama aku terkapar sampai ada yang menolongku...
De javu Desember1990
Ayah memperkenalkan seorang perempuan yang tak disebutkan namanya. Aku hanya memanggilnya Tante, seperti ayah menyuruhku. Suatu hari seperti biasa, ayah membawaku berkunjung menemui tante. Yang tak biasa adalah, aku melihat tante itu menangis dalam pelukan ayah. Oh... ! Sekuat hati aku menahan amarah...Bagaimana mungkin ayah membiarkan seseorang memeluknya selain ibu? Kemarahanku hanya terlihat oleh ayah sebagai tangisan seorang anak kecil yang meraung-raung...
De javu Mei 1991
"Gadis kecil....apa yang kau lakukan....di sini...", suara ayah terdengar disela isak tangisku. Aku terkunci berjam-jam disebuah gudang gelap, tempat ibu menyimpan rempah-rempah dapur...Bau bawang menyengat menusuk hidung. Udara pengap...
------------------------------------------------------------
Namaku Amira, umur delapan tahun. Kami tinggal disebuah kota kecil di perbukitan.
Aku adalah pemimpi. Diantara tiga bersaudara, hanya aku yang punya pemikiran rumit tentang adanya dunia yang penuh warna di luar sana selain dunia kami yang dibatasi hamparan hijau kebun apel dan putihnya kabut di kaki bukit.
Ibu selalu menjadi penyemangatku. Katanya, kalau aku ingin bernasib baik seperti kedua saudara perempuanku yang lain, aku harus bisa meniru mereka.
"Kedua kakakmu rajin dan pintar, karena itu Mira, juga harus rajin dan pintar" tutur Ibu di suatu petang.
Hanya meniru...? Pikiran kecilku menari-nari, Mudah sekali... Kenapa tidak...?
Tapi....
Kedua kakak perempuanku itu memang rajin, pintar dan juga bernasib baik. Mereka bersanding dengan laki-laki terbaik di desa kami dari segi bibit, bobot dan bebet. Itulah impian terbesar mereka.Yang tidak diketahui Ibu dan kedua kakakku itu , impianku jauh lebih besar dari mereka bahkan melebihi isi kepalaku.
"Aku ingin keliling dunia...", seruku, suatu hari.
"Keliling dunia...? Mau kemana...?", Kak Lia dan kak Mia berbarengan bertanya dengan menahan senyum.
" Ketempat Alice..." jawabku spontan.
Alice...nama itu kukenal lewat salah-satu buku cerita pemberian Ibu yang dibelinya dari tukang loak di pasar. Buku cerita bergambar itu tersusun dari kalimat yang tidak sepenuhnya dimengerti pikiran kecilku, terutama dengan nama-nama tempat yang terasa asing. Yang terpenting bagiku, buku berjudul Alice in Wonderland itu merupakan muara dari samudra mimpi yang meletup-letup. Aku serasa menemukan jalan setapak menuju tangga impian yang geliatnya mampu membuatku tahan berjam-jam duduk tenang mendengarkan guru mengajar. Apa yang kuyakini, impian membuat segalanya terlihat lebih mudah.
Gulungan mimpi itu kusimpan dalam sebuah kotak musik berukir pemberian ibu yang selalu kubawa kemanapun pergi. Setiap kali aku membutuhkan kekuatan, kubuka kotaknya dan kusimak Sang Ballerina menari diiringi denting-denting nada yang teralun penuh makna. Dalam bayanganku, akulah Sang Ballerina. Seorang gadis tangguh yang piawai menari diatas satu kaki dan seorang gadis cilik dengan mimipi yang besar.
Hari ke empatbelas...
Aku merasa lebih baik sekarang.... Perasaan itu terbantahkan ketika kulihat masih banyak selang yang centang-perentang menempel disekujur tubuh.
Ah....Mengapa aku tampak menyedihkan seperti ini...? Kemana orang-orang yang kucintai...? Aku ingin pulang...
Sekuat tenaga aku berteriak ingin pulang tapi tak satupun dari orang-orang yang berlalu lalang disekitarku menghiraukan...
"Hey...! Coba lihat... Aku sudah sembuh...Lihat...! Aku bisa bergerak..." kedua tangan kugerak-gerakkan... Tetap saja, mereka hanya datang, mencatat dan berlalu.
Akupun mulai meningkatkan atraksiku, kupencet panel diatas kepalaku, kutarik selang oksigen, kucabut jarum yang menusuk lenganku...
Tiba-tiba bunyi melengking keluar dari sebuah monitor yang terhubung denganku ...Orang-orang yang berbaju putih-putih menyerbu masuk kekamar dengan membawa aneka peralatan.
"Stop... ! Jangan menyakitiku lagi... ...Berhenti...! Aku hanya ingin pulang..."seruku bertubi-tubi.
Sesaat aku merasakan tubuhku membelah...jiwakupun turut terbelah...
Seribu sayap menghantarku mengikuti cahaya, menembus ruang dan waktu, membawaku ketempat dimana kegalauan bersemanyam.
Berhenti pada sebaris tulisan nama yang mulai luntur: LUSSY Saraswati...
Ibu pernah mengatakan, "Jangan balas kejahatan dengan kejahatan, biarlah alam yang akan membalasnya..." Aku tidak pernah berniat membalasnya. Kupandangi pusara yang tampak kotor, kusam dan tak terawat...Entah bagaimana caranya dia pergi, terkesan tak ada seorangpun yang bersedia mengingatnya.
----------------------------------------------
Jiwa yang terbelah membawaku pada seseorang yang selalu mengisi pikiranku tapi tak pernah menyentuh hatiku.
Pendar kepedihan berserabut dimatanya. Dani... Menyintaimu adalah sebuah ke-absurd-an.
Seorang perempuan bisa dipaksa menikah dengan seseorang yang tak dicintainya tapi seorang laki-laki tidak akan bisa menikah dengan seseorang yang tak dicintainya. Mengapa kau memaksaku untuk percaya...? Sesorang tidak akan tahu arti seseorang baginya sampai dia kehilangan. Kesadaran yang datang terlambat...
--------------------------------------------------
Seribu sayap itu mengantarku melihat sosok yang begitu kukenal,.. Rafi! Aku mengenalnya sama seperti aku mengenali aroma apel yang terbawa angin dari perbukitan.
Rafi tengah khusyuk diatas sajadah...
Entah mengapa, perasaan aneh selalu menggelayut jika nama Rafi melintas.
----------------------------------------------------
Sejuta cahaya membawaku berdamai dengan hati yang menyimpan amarah.
"Ayah..." Aku memanggilnya "Aku melihatmu memeluk Tante itu..."
Aku memeluknya dan berbisik pelan ditelinganya..."Ayah, hari ini aku memaafkanmu...Biarlah ini menjadi rahasia kecil kita berdua..."
Aku melepaskan pelukanku dan mencium keningnya lembut...Walau dia tak dapat mendengarku, aku dapat melihat bias kelegaan diwajahnya. Dia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan seperti menghilangkan sebuah beban... Beban yang juga kusandang selama bertahun-tahun.
----------------------------------------------------
Seribu sayap, sejuta cahaya dan kerinduan, menuntun kepelukan seseorang yang teramat kukasihi. Ibu adalah orang yang kuduga paling bersedih dengan apa yang terjadi padaku bahkan setelah semuanya berlalu bertahun-tahun lamanya. Aku tak melepaskan pelukanku sampai...
Airmatanya kurasakan membanjiri hatiku...
--------------------------------------------------------
Balerina itu muncul lagi dalam kepalaku....Menari-nari diatas satu kakinya, meliuk-liukan tubuhnya bagai untaian tali. Sorot lampu berpendar mengikuti gerakannya....Berputar, melayang, berlari.... Alunan nadanya menyatukan hati dan jiwa yang terbelah.... Kulihat...Ballerina itu tak lagi sendiri.... Peri-peri kecil terbang mengitarinya.
Sang Ballerina, seorang gadis cantik dengan kedua tangannya terangkat keatas, badannya terdongak kedepan hingga berat tubuhnya tertumpu pada satu kaki, masih sama seperti saat ibu memberikan kotak musik itu padaku. Akulah Sang Ballerina....
Sebuah alat berbentuk kotak menekan kuat di dada... Lagi...dan lagi...Kejut listriknya bagai gelombang panas yang beriak di seluruh simpul-simpul syarafku, .............rasanya sekujur kulitku melepuh... Napasku tersengal-sengal...
Tubuhku bergetar.... Seseorang memegang tanganku. Kubuka mata yang terkatup rapat. Samar-samar kulihat beberapa orang berpakaian putih...Mereka saling menyapaku...
"Holla...Como esta usted...?"
"Speak english..?"
"Not to worry, you are ok.."
"Este es un verdadero milagro ... un milagro ..." seru salah seorang dari orang-orang berbaju putih.
"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS, Al-Munafiqun, 63:11)
---------------------------------------------------------------------------
NDE (Near Death Experiences) atau orang awam menyebutnya mati suri adalah suatu fenomena yang dapat terjadi saat manusia mengalami koma. Ada yang merupakan bentuk life review process (paparan ulang atas kehidupannya), ada juga yang mengalami kejadian out of body experience (pengalaman keluar dari tubuh). Tiap orang mengalami NDE yang berbeda satu-sama lain. Ada yang memiliki sensasi menyenangkan atau sebaliknya. Kini NDE sudah dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah melalui teori gelombang listrik.
Cerita dalam note ini hanyalah fiksi, jika ada kejadian, nama, tempat dan waktu yang sama, hanyalah sebuah kebetulan.
May Allah forgive us all and keep us in the grace of His Rahmah. Allahuma Ameen.
Note Story: Originally Written by Layla F Thalib
Inspired by: Sirin and Rana
Edited by : Ghana, Inayah and Rima
Published by: Facebook
Supported by: Faisal A Maudah
No comments:
Post a Comment