18 September 2018

Umi dan Abi


Setelah menjalani operasi ganti panggul, umi agak kesulitan dalam mobilitasnya. Kesulitan gerak bukan dikarenakan efek operasi tapi lebih karena trauma rasa sakit yang menyebabkan terlambatnya umi menjalani fisioterapi. Efek samping dari kesulitan gerak ini merubah ritual keseharian umi yang terbiasa didapur duapuluh empat jam (saking senangnya masak...😉) menjadi hanya terbatas dikamar.


Menoleh kebelakang ketika terdengar suara klik kamera 😉



Karenanya Umi senang sekali kalau diajak jalan-jalan. Kemana saja, biar hanya menjemput Rana sekolah, ke bank atau  belanja ke supermarket (sayang gak ada fotonya karena umi gak suka difoto 🙈). Selama di Surabaya Umi sudah ikut ke stasiun pasar Turi, ITC, pasar Atom, Grandcity, Plaza surabaya, LandMark, PTC dll...Terkadang kalau memungkinkan Umi turun pake kursi roda kalau lagi capek, Umi nunggu aj di mobil (yang jelas gak sendirian, ditemenin). Segitu aja Umi sudah senang...
Hal ini mengingatkaku pada almarhum Abi. Bedanya kalau Abi merequest tempat-tempat yang ingin dikunjungi, kalau Umi, ngikut aja tanpa request. Mungkin karena Abi suka sekali mengunjungi sesuatu yang baru terutama rumah makan (padahal seharusnya diet ketat). Kalau pas arisan, mencoba rumah makan baru dan ada menu yang enak, aku langsung teringat Abi...
Bagi Umi dan almarhum Abi bahagia itu tampak sederhana. Dimasa tuanya mereka hanya ingin ditemanin, diajak berbincang, diajak jalan-jalan, diajak silahturahmi, dinulyakan. Tidak dicuekin, tidak dibiarkan sendirian, tidak dikasihani, tidak dijadikan benda antik. 
Betapa beruntungnya kalau kita masih punya orangtua. Kunci surga terlihat lebih nyata. Kalau kangen kita tinggal peluk dan cium. Kalau salah-satu dari mereka sudah tiada baru kita sadar betapa sangat berharganya mereka. Semoga kita bisa menjadi anak shaleh/shalihah. Amin Ya Robbal Alamin...





No comments:

Post a Comment