Baru kali ini diajak suami jalan-jalan (aslinya ada pelatihan) ke LN, persiapanku tidak maksimal bahkan bisa dibilang saltum...! Bulan nov-des adalah bulan terbangku. Setiap wek-end selalu ada acara, terbanyak adalah kondangan pengantin diluar kota. Karenanya sewaktu ada acara di Aceh (padahal pengin tahu banget kota serambi mekkah ini seperti apa pasca tsunami ). Sayang disayang aku tidak bisa ikut selain kasihan sibungsu, Rana ini juga masih rewelll banget kalau ditinggal pergi (nanti akan dikisahkan lebih lanjut) Ditambah masalah pekerjaan masih menggantung. (hehe..kerja sikit-sikit untuk nambah uang saku ibu RT:)
Hubungan LDR (suami tugas di bojonegoro dan si ibu tinggal di sby) terkadang menyebabkan komunikasi tidak nyambung (apalagi kalau yang satu di LN ya :(
Karena akan bepergian, maka tugas kewajiban antrian px operasi diselesaikan dulu. Jadilah suami yang biasanya sehari bisa telp tiga-empatkali, kini jadi minus sekali aj itupun cuman perdetik. Akibatnya fatal, ya itu tadi saltum, terjebak udara dingin, minus 13ᐤC dinegeri orang.
Suhu extrem, pucat kedinginan...
Beku di Jacobshorn
Saltum, rangkap empat ;)
Sehari sebelum berangkat, suami minta ditemani beli peralatan perang melawan hawa dingin. Aku masih terkaget-kaget dengan harganya yang mencapai tujuh digit. Lalu biasalah emak-emak, sayang duit dan ketika ditanya suami, apakah persiapanku sudah lengkap, aku jawab aja sudah ada. Toh, aku juga sudah pernah kesana, pikirku (masih tenang...) Bahkan sewaktu suami menawarkan untuk menambah long-john, dengan bijaksana kutolak :(
Setelah berkeliling dari jam 13.00 sampai menjelang magrib, maka pulanglah kita menuju rumah. Ketika melakukan sentuhan terakhir, mendadak aku sadar, baju-baju yang tertata adalah baju jalan-jalan musim semi bukan baju musim dingin, apalagi menghadapi suhu minus derajad. Baju-bajuku pada melambai saat dilipat bukan menggumpal layaknya baju tebal musim dingin. Maka bertanyalah aku pada sang suami.
Jawabannya sungguh mengagetkan, katanya ketika aku ke Zurich itu bulan mei bukan desember, dimana suhu mencapai minus derajad. Aku lirik jam, sudah menunjukkan pukul 20.45. Panic Attack...
Lima belas menit kemudian, aku sudah digerai Max&Spencer. Karena tidak berhasil mendapatkan jaket sesuai selera, dengan cepat aku ke bagian pakaian dalam. Aku memilih long john, perkiraanku, hawa dingin bisa kulawan dengan memilih long john yang tepat. Dibantu pramuniaga, aku mendapatkan longjohn yang tidak tebal tetapi menurutnya bisa tahan sampai minus sepuluh. Sebenarnya aku masih sangsi tapi karena pramuniaga itu menyakinkan maka akupun memilihnya. Terbukti kelak, jangankan minus sepuluh, minus satu aja gak nahan :(
---------------
Setelah transit di Dubai beberapa jam, kami melanjutkan perjalanan menuju Zurich. Sesampainya di airport Zurich, aku masih merasa aman-aman saja. Dan ketika selesai urusan pengambilan bagasi dll, tibalah kami harus keluar area airport menuju penjemputan bus. Disinilah aku terkaget-kaget dengan udara dingin yang menembus longjohn dan jaket. Alamak...hidung dan tanganku serasa beku. Untuk mengambil syal didalem koper, rasanya sudah gak kuat. Untung ada teman yang meminjamkan satu syalnya, lumayan untuk menutup hidung yang sebagian mati rasa. Didalam bus, kondisi aman karena memakai pemanas. Eit...rombongan diajak berhenti berfoto-foto ria saat citytour. Jadilah foto-fotonya pucet kedinginan... :) Ini masih stadium satu, dinginnya mencapai minus 3, bagaimana kalau minus 13 ya :(
Malam itu kita menginap di hotel St Gotthard, Zurich.
Review Hotel St Gotthard, Zurich
Hotelnya tidak terlalu besar (masuk bintang 4) tapi kelebihannya adalah lokasi hotel ini paling siip, seperti Orchard di Singapore atau Bukit Bintang di Kuala Lumpur. Kamarnya bersih dan pakai pemanas, kamar mandinya juga bersih-sihhh (mungkin karena gak ada debu n lumut, inilah kelebihan tinggal di negara yang punya musim dingin)
Breakfastnya:lumayan enak dan bisa dimakan :) terutama olahan potatonya dan yogurtnya. Oh ya di Swiss ini semua yoghurtnya istimewa, rasanya enak sekali bahkan yang plainpun bisa dimakan (biasanya kalau plain, belum makan sudah enek duluan).
Keluar dari hotel, langsung disambut dengan shopping centre, Zara, HnM, LongChamp, ada juga toko parfum dan toko acecoris murah di dekat Globus Mall. Kalau di Globus, aku selalu sempatkan naik kebagian pernak-pernik home decor. Seneng aja nemu barang yang unik atau antik. Nyampe diatas, keliling... gak tahunya ketemu kotak kaca tempat perhiasan dari Solo, persis buatan pak Amin, langgananku yang juga jual lampu-lampu antik. Untung sudah borong dari pak Amin jadi tahu betul harga aslinya berapa.
Kesemsem sama lampu-lampu ini, kalau dirupiahkan sekitar 8 jutaan...Wah mahal bener ya, ntar pelan-pelan nyari disekitaran jalan surabaya, jakarta atau jalan padmosusastro, surabaya. Siapa tahu bisa dapat harga supermurah :)
Hari kedua, menuju Davos
Disinilah rasa dingin yang sesungguhnya berasa. Sebelum tiba di hotel Arabella, kita diajak singgah dulu di Jacobshorn, tempat peristirahatan yang dinginnya mencapai minus 13. Aku merasa bener-bener saltum, aduh kapok deh pergi dengan persiapan minimalis begini. Pemandangannya memang luar biasa indah padahal kalau dipikir semuanya diselimuti putih koq masih kelihatan indahnya ya.
Setiap negara punya kelebihan keindahan pemandangan alamnya sendiri-sendiri. Indonesia pemegang rekor, punya Sembalun di Lombok, punya batu-batu excotic di Belitung, punya Bali dan segala keindahan didalamnya, punya RajaAmpat de-el-el-el..
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan... ?
Btw: Sayang di Indonesia banyak pelakornya (pelaku korupsi plus pencuri laki orang yang ratingnya lagi naik viral) Dan disadari atau tidak, para pelakor itu termasuk golongan yang mendustakan nikmat Tuhan :(
Review Arabella Waldhus Hotel
Baru kali ini, pergi ke LN tapi lebih betah di hotel dibanding searching something diluar. Di Davos kita nginap di Arabella Waldhus Hotel.Sebetulnya sih hotelnya enak banget, bersih, kamar mandinya bersih-siiihh. Breakfastnya keren (ada banyak varian yang bisa dimakan juga yogurt yang rasanya istimewa banget), pegawainya ramah. Hanya saja limitasinya: lokasi yang agak menjorok kedalam, tidak bisa dicapai angkutan umum (bus). Jadi dari pemberhentian bus atau train menuju hotel harus berjalan kaki kurang lebih lima belas menit. Kalau tidak terpapar salju yang turun atau hujan, ya gpplah jalan lima belas menit sih sipil banget tapi ya itu tadi. Berjalan lima menit saja ditengah salju turun dan jalan yang licin sudah merupakan siksaan bagiku :(
Malam itu kita menginap di hotel St Gotthard, Zurich.
Review Hotel St Gotthard, Zurich
Hotelnya tidak terlalu besar (masuk bintang 4) tapi kelebihannya adalah lokasi hotel ini paling siip, seperti Orchard di Singapore atau Bukit Bintang di Kuala Lumpur. Kamarnya bersih dan pakai pemanas, kamar mandinya juga bersih-sihhh (mungkin karena gak ada debu n lumut, inilah kelebihan tinggal di negara yang punya musim dingin)
Breakfastnya:lumayan enak dan bisa dimakan :) terutama olahan potatonya dan yogurtnya. Oh ya di Swiss ini semua yoghurtnya istimewa, rasanya enak sekali bahkan yang plainpun bisa dimakan (biasanya kalau plain, belum makan sudah enek duluan).
Keluar dari hotel, langsung disambut dengan shopping centre, Zara, HnM, LongChamp, ada juga toko parfum dan toko acecoris murah di dekat Globus Mall. Kalau di Globus, aku selalu sempatkan naik kebagian pernak-pernik home decor. Seneng aja nemu barang yang unik atau antik. Nyampe diatas, keliling... gak tahunya ketemu kotak kaca tempat perhiasan dari Solo, persis buatan pak Amin, langgananku yang juga jual lampu-lampu antik. Untung sudah borong dari pak Amin jadi tahu betul harga aslinya berapa.
Kotak perhiasan kaca
Lampu Cantik
Kesemsem sama lampu-lampu ini, kalau dirupiahkan sekitar 8 jutaan...Wah mahal bener ya, ntar pelan-pelan nyari disekitaran jalan surabaya, jakarta atau jalan padmosusastro, surabaya. Siapa tahu bisa dapat harga supermurah :)
Hari kedua, menuju Davos
Disinilah rasa dingin yang sesungguhnya berasa. Sebelum tiba di hotel Arabella, kita diajak singgah dulu di Jacobshorn, tempat peristirahatan yang dinginnya mencapai minus 13. Aku merasa bener-bener saltum, aduh kapok deh pergi dengan persiapan minimalis begini. Pemandangannya memang luar biasa indah padahal kalau dipikir semuanya diselimuti putih koq masih kelihatan indahnya ya.
Setiap negara punya kelebihan keindahan pemandangan alamnya sendiri-sendiri. Indonesia pemegang rekor, punya Sembalun di Lombok, punya batu-batu excotic di Belitung, punya Bali dan segala keindahan didalamnya, punya RajaAmpat de-el-el-el..
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan... ?
Btw: Sayang di Indonesia banyak pelakornya (pelaku korupsi plus pencuri laki orang yang ratingnya lagi naik viral) Dan disadari atau tidak, para pelakor itu termasuk golongan yang mendustakan nikmat Tuhan :(
Review Arabella Waldhus Hotel
Hotel yang cantik
Sebenarnya disediakan shuttle car tapi terbatas dengan jadwal yang seringnya tidak pas dengan saat kita mau keluar. Kalau yang lokasinya enak, hotel Hilton. Letaknya persis dipinggir jalan jadi dekat ma bus station atau train station. Hanya saja tidak bisa ngereview lebih jauh soalnya kita tidak menginap disana :)
Hari kedua di Davos, kita seperti sosialita, ngerumpi di Migros. Hhh....bukan ngegosip orang ya tapi beginilah bila emak-emak ngerumpi, masalah anak, suami, pekerjaan dan politik. Kalau yang ini mah, gosip atau faktanya kagak ketahuan soalnya sumbernya banyak yang sama :)
Kalau bukan di Davos mana bisa kek begini. Selalunya pengin bergerak, mengikuti alur rute shopping. Tapi karena hari kedua salju turun jadilah kita ngendon di Migros dan toko-toko kecil sekitarnya.
Ada sedikit catatan, karena persiapanku menghadapi salju yang minim, suami mewanti-wanti untuk segera beli perlengkapan perang menghadapi hujan salju. Maka sekalianlah aku searching and belanja oleh-oleh di Migros, lumayan khan harganya murah meriah. Seneng banget bisa menghemat ;)
Ternyata, semua yang didapat di Migros tidak mempan menghadang suhu dingin menusuk tulang terutama bagian hidung yang seperti mati rasa. Rupanya berlaku, ada rupa ada harga juga di Davos ini :( Terpaksalah mulai melirik butik-butik disamping Migros yang pada pandangan pertama dihindari. Sejak awal suami sudah mengingatkan, beli yang bisa menahan dingin bukan yang murah, nanti bisa hipotermi, katanya. Aku yang yang masih mencoba bertahan menjawab, mending hipotermi deh daripada beli penutup hidung doang seharga sejutaan.
Hmm....pikiran pelit bertahan cuman lima detik langsung diralat, begitu keluar dari toko...
Push...salju dingin menerpa...Beku...! Gaklah, balik kucing masuk toko lagi. Merem deh ngambil penutup hidung yang harganya bikin aku nyesel (bayangin bisa dituker satu lampu di Informa. Dasar obsesif ma lampu..)
Push...salju dingin menerpa...Beku...! Gaklah, balik kucing masuk toko lagi. Merem deh ngambil penutup hidung yang harganya bikin aku nyesel (bayangin bisa dituker satu lampu di Informa. Dasar obsesif ma lampu..)
Maklum, ibu-ibu (apa cuman aku aja ya ;) Sering antara pikiran dan harapan gak sinkron. Disatu sisi, yang penting maunya dihemat tapi belanja yang gak penting sering lolos...(efek lengah ma diskon, promo dll)
Kita kalau bepergian dalam satu team. Ketua team kita yang paling canggih peralatan perangnya and paling maksimal pengalaman travellingnya, namanya dr Inggrid C Mahama Spog. Sedang aku mungkin yang paling gaptek ;) Suami sudah sering berkali-kali mengingatkan untuk belajar membaca peta baik di google maupun di brosur. Tapi akunya aja yang dasarnya males mikir selalu punya alasan untuk menghindar tugas pak dosen ;) Lagian ngapain susah-susah mikir khan kalau bepergian, gak pernah pergi sendiri :) Kalau sampai terpaksa pergi sendiri, aku lebih senang nanya orang, pake bahasa isyarat juga oke, nanya sampai sepuluh kali juga gpp daripada nyasar.
Pernah tuh pake google map, aku bilangnya ke sopir, Bank A letaknya didepan Toko B, ternyata setelah ditelusuri, Bank A tadi letaknya disampingnya toko B. Sungguh terlalu ya kemampuan dimensiku...:(
Hari ke 3 di Davos kita menjadwalkan mengunjungi fashion outlet di Landquartz.
Lumayanlah Fonya tidak terlalu branded, dalam artian, barang-barangnya masih bisa kebelilah. Gak tahu ya semakin umur menanjak koq gak lagi tergula-gula ma barang branded. Kata suami "Alhamdulillah sudah mendekati Zuhud..." (ceritanya nyindir nih..;)
Pernah tuh pake google map, aku bilangnya ke sopir, Bank A letaknya didepan Toko B, ternyata setelah ditelusuri, Bank A tadi letaknya disampingnya toko B. Sungguh terlalu ya kemampuan dimensiku...:(
Hari ke 3 di Davos kita menjadwalkan mengunjungi fashion outlet di Landquartz.
Lumayanlah Fonya tidak terlalu branded, dalam artian, barang-barangnya masih bisa kebelilah. Gak tahu ya semakin umur menanjak koq gak lagi tergula-gula ma barang branded. Kata suami "Alhamdulillah sudah mendekati Zuhud..." (ceritanya nyindir nih..;)
Otw Lanquart fashion Outlet
Hari keempat di davos, mengunjungi St Morirz
Disini tempatnya barang-barang branded...Jadilah kita cuman berpose-pose ria saja, gak belanja (soalnya belanjanya cuman souvenir aja ;)
Berpose di St Moritz, berasa jadi SYR ;)
Davos lake, danau yang cantiknya over load...:)
Kita mengunjungi Davos lake dua kali saking cantiknya pemandangan disana untuk foto-foto. Yang pertama berjalan mulus karena perginya bareng ketua team yang canggih. Periode yang kedua, dihari terakhir kita di Davos, ada kendala tehnis. Saking asyiknya berfoto-foto di hari terakhir kita di davos, sampe gak sadar kita sudah memutar jalan yang berlawanan arah dengan jalan kedatangan. Sudah kepalang tanggung akhirnya kita berniat mengitari seluruh danau dan naik bus diujung danau yang menjorok keatas. Ternyata...danaunya luas sekali sementara kita diburu waktu untuk segera kembali ke hotel, prepare nanti malam pulang ke Jakarta. Ohlala....
Setelah jalan yang tak mengenal lelah, keliling danau selama dua jam tibalah kita ditempat pemberhentian bus (padahal jalan lima belas menit aja aku sudah mengeluh apalagi dua jam...) Bebacaan sepanjang jalan terutama bacaan doa nabi Yunus ketika didalam perut ikan paus. Alhamdulillah berjalan lancar...
Nyampe diatas ditempat pemberhentian bus, kendala tehnologi terlihat. Kita tidak bisa membaca google map kapan bus akan tiba (ternyata bukan aku saja ya, kasus gaptek ini hampir merata melekat pada ibu-ibu RT ;)
Jadilah tunggu-menunggu bus yang tak muncul-muncul jua. Akhirnya diputuskan jalan kaki menuju pemberhentian bus berikutnya. E... Baru sepuluh menit jalan, ada bus yang lewat. Kalau di Indonesia khan tinggal melambaikan tangan, naiklah kita kedalam bus. Tapi disini ya gak bisa, terpaksa gigit jari meneruskan perjalanan ditengah hawa dingin yang semakin menusuk. Fokusku berjalan cepat, tidak jatuh dan nyampe hotel secepatnya. Alhamdulillah akhirnya kita berhasil mencapai bus stasion.
Finally, kita bisa nyampe hotel at last minute, siap berangkat ke Zurich menuju tanah airku.
Setelah jalan yang tak mengenal lelah, keliling danau selama dua jam tibalah kita ditempat pemberhentian bus (padahal jalan lima belas menit aja aku sudah mengeluh apalagi dua jam...) Bebacaan sepanjang jalan terutama bacaan doa nabi Yunus ketika didalam perut ikan paus. Alhamdulillah berjalan lancar...
Nyampe diatas ditempat pemberhentian bus, kendala tehnologi terlihat. Kita tidak bisa membaca google map kapan bus akan tiba (ternyata bukan aku saja ya, kasus gaptek ini hampir merata melekat pada ibu-ibu RT ;)
Jadilah tunggu-menunggu bus yang tak muncul-muncul jua. Akhirnya diputuskan jalan kaki menuju pemberhentian bus berikutnya. E... Baru sepuluh menit jalan, ada bus yang lewat. Kalau di Indonesia khan tinggal melambaikan tangan, naiklah kita kedalam bus. Tapi disini ya gak bisa, terpaksa gigit jari meneruskan perjalanan ditengah hawa dingin yang semakin menusuk. Fokusku berjalan cepat, tidak jatuh dan nyampe hotel secepatnya. Alhamdulillah akhirnya kita berhasil mencapai bus stasion.
Last day at Davos: The ATeam, siap menuju Zurich...
The last photo session, siap naik bus menuju Zurich...Bye...Bye..Davos
Tiba ditanah air jam: tanggal 09 desember jam 22.10 , chek in hotel, makan di bakmi GM dan siap beristirahat. Esok pagi lanjut penerbangan menuju Surabaya. Perjalanan yang paling menyenangkan adalah pulang ke rumah.
Baiti Jannati, Home Sweet Home...
See you in the next post...Baiti Jannati, Home Sweet Home...