Contoh lain bukan dari film tapi kisah
nyata. Seorang teman arisan bercerita bahwa ibunya sekarang sedang sakit dan
dia berencana besuk sesudah arisan. Teman saya ini lalu bercerita tentang sosok
ibunya yang bijaksana dan kekompakan saudara-saudaranya dalam merawat ibunya
(saya yang lagi menulis tema tentang ini sangat antusias mendengarkan
ceritanya).
Dia bersaudara sebelas orang dan hanya
satu yang laki-laki. Usia ibunya sekitar delapan puluh lima tahunan dan tidak
punya riwayat penyakit berat. Hanya kemarin ada keluhan sesak sehingga
diputuskan untuk MRS. Selama di rumah sakit, saudara-saudaranya bergiliran
menjaga, bahkan anak yang tertua yang suaminya baru saja meninggal memutuskan
untuk full menjaga ibunya di rumah sakit padahal rumahnya di jakarta. Melihat anak-anaknya
guyup menjaganya, sang ibu selalu mengucapkan terimaksih karena sudah
menyayanginya. Diakhir cerita teman saya menyatakan suka citanya karena kemarin
ibunya mengatakan bila sembuh nanti, ingin tinggal bersamanya.
Moral yang bisa diambil dari kisah ini
adalah: orangtua yang bijak akan mendapatkan cinta dari anak-anaknya tetapi
orangtua yang tidak bijakpun seharusnya tetap mendapat cinta dari anak-anaknya.
Disadari atau tidak, berbakti pada orangtua menyebabkan hidup kita penuh berkah
seperti yang dikatakan dalam salah-satu ungkapan atau hadist (?) (maaf saya lupa diriwayatkan oleh siapa sementara disearching di google tidak ketemu. Mungkin ada yang bisa membantu). Intinya, rumah yang didalamnya ada
orangtua maka rumah tersebut akan terlihat bersinar.
Bila orangtua sudah tinggal dirumah kita, bagaimana kita bersikap...?
Orang tua juga merekam dengan mata
hatinya tentang kondisi rumah masing-masing anaknya. Apakah nyaman atau tidak baginya
untuk menetap disana. Kenyamanan ini diukur dari sikap welcome seluruh anggota
keluarga dalam menerima beliau. Buatlah suasana bukan beliau yang butuh kita
tetapi kita yang butuh beliau. Tentu saja kita butuh beliau bukan untuk menjadi
penjaga rumah atau anak-anak tapi lebih kearah religius reason. Bayangkan
setiap hari kita dapat mencium tangannya dan mendapatkan doa-doa baik dari
beliau. Keberkahan dalam hidup akan kita dapatkan kalau kita berbuat baik pada
orangtua.
Alhamdulillah saya punya banyak teman
yang baik sekali memperlakukan orangtuanya.
Seorang teman rela tinggal berpisah
dengan suaminya di kota lain karena harus menjaga ayahnya yang tidak mau diajak
serta. Dia bilang kalau orangtua kita tinggal ibu masih bisa ditinggalkan
sendiri (maksudnya dengan pembantu) karena perempuan secara kodrat bisa merawat
dirinya sendiri tapi kalau orangtua kita tinggal ayah, maka harus ada anak yang
menjaganya karena laki-laki secara kodrat tidak bisa merawat dirinya sendiri.
Seorang teman yang lain, rela merawat
ibunya yang sakit sendirian tanpa bantuan saudara-saudaranya. Teman saya
ini tinggal bersama suami di sebuah daerah di Pangkalan Bun. Bagaimana kedua
teman saya ini bisa memperlakukan orangtuanya dengan baik tidak terlepas dari
dukungan suami-suami mereka. Karenanya sebelum mencari suami, baca dulu tulisan
saya tentang mencari laki-laki yang baik..:) Insyaallah bermanfaat.
Apa yang menyebabkan seorang anak
ingkar terhadap orangtuanya?
Ada sebuah hadist yang sangat populer, masuk
dengan tema tulisan ini. “Kemiskinan itu akan mendekatkan diri pada
kekufuran”. Jadi janganlah menjadi miskin. Miskin disini bisa berarti miskin
harta bisa berarti miskin jiwa. Tentang miskin harta, banyak cara
mencari uang yang halal, kuncinya adalah berdoa dan berusaha keras (mungkin
topik tentang ini bisa disearch dengan bantuan google).
Miskin jiwa, berhubungan dengan perlakuan sang anak pada orangtuanya. Anak yang kaya-rayapun terkadang terjebak melakukan pembiaran pada orangtuanya. Orangtua kita di masa tuanya lebih memerlukan ketenangan jiwa, terutama agar dapat beribadah dengan khusyuk dibanding memerlukan harta. Dengan menaggung semua biaya hidup orangtua tidak langsung mendapat predikat anak sholeh-shalihah jika tidak diikuti dengan akhlak yang baik.
Semoga kita termasuk dalam golongan anak-anak
yang berbakti dan tidak termasuk anak-anak yang lalai. Amiin YRA. Miskin jiwa, berhubungan dengan perlakuan sang anak pada orangtuanya. Anak yang kaya-rayapun terkadang terjebak melakukan pembiaran pada orangtuanya. Orangtua kita di masa tuanya lebih memerlukan ketenangan jiwa, terutama agar dapat beribadah dengan khusyuk dibanding memerlukan harta. Dengan menaggung semua biaya hidup orangtua tidak langsung mendapat predikat anak sholeh-shalihah jika tidak diikuti dengan akhlak yang baik.
Always Love your father cause you never get Another |
No comments:
Post a Comment