Ditengah lalu lalang kerumunan orang yang sedang menunggu antrian membeli tiket kereta, tampak seorang gadis berlari-lari kecil berusaha mengikuti ibunya yang berjalan cepat menuju mobil. Dengan memakai celana jeans dan sneaker, gerakan sigadis lebih lincah mendahului ibunya untuk menuju mobil diarea parkir.
Sesampai di mobil, siibu menghempaskan tubuhnya di kursi depan sambil menarik napas berusaha rileks. Sementara si gadis sudah duduk disampingnya memegang kemudi. Sebelum memutar kunci mobil, sigadis memegang tangan ibunya seraya berkata kalimat yang sudah diulang-ulangnya sedaritadi.
"Maaf Ma..."
Sesampai di mobil, siibu menghempaskan tubuhnya di kursi depan sambil menarik napas berusaha rileks. Sementara si gadis sudah duduk disampingnya memegang kemudi. Sebelum memutar kunci mobil, sigadis memegang tangan ibunya seraya berkata kalimat yang sudah diulang-ulangnya sedaritadi.
"Maaf Ma..."
Si ibu memandang anak gadisnya itu dengan tatapan tajam, sejurus kemudian keluarlah kalimat pamungkasnya.
"Sirin tidak pernah dengerin mama.Sudah berapa kali mama bilang, Mama gak suka dicuekin...!
Di Malang ini, Sirin tuan rumah, mama tamunya. Ini tamu gak disambut baik....bla...bla....Penekanan kalimat si ibu pada sikap si anak yang membuatnya bete.
"Maaf... Ma" ujar sang gadis, masih dengan kalimat pengulangan yang sama. Kali ini dengan wajah yang jauh tampak memelas.
Kupandang wajah anak gadisku ini, sorot matanya, hidungnya, mulutnya dan semua yang menyempurnakan wajahnya mengingatkanku pada sebentuk wajah kecil nan imut disaat usianya baru dua tahun.
Subhanaallah...
Mendadak kemarahan yang tadi membuncah jadi memudar, hilang... leyap, entah tersiram hawa dingin ac mobil atau pandangan mata anakku itu mengandung sihir melemahkan semua aliran horman adrenalin ditubuhku
Subhanaallah...
Mendadak kemarahan yang tadi membuncah jadi memudar, hilang... leyap, entah tersiram hawa dingin ac mobil atau pandangan mata anakku itu mengandung sihir melemahkan semua aliran horman adrenalin ditubuhku
Aku mencoba bertahan...
"Mama gak mau ngasih maaf..." ujarku dengan bahasa tubuh yang nanggung sambil kedua tanganku kulipat kebelakang.
Sigadis yang cerdas itu dengan mudahnya dapat membaca situasi ini. Dia mendaratkan ciuman ke wajahku dan menarik tanganku, diciumnya juga.
Apalah arti sebuah kemarahan dibanding godaan makhluk manis dalam mobil...?
Itulah sekelumit kisah aku dan anak gadisku kemarin sore, edisi jumat tg: 24/-8/2018
Setelah unjuk perasaan mereda, seperti biasa si gadis pandai sekali memanfaatkan situasi. Ganti dia yang balik unjuk perasaan.
"Mama kenapa sih gampang bete, gampang baper...?"
---------------------------------
Aku teringat perbincangan didalam bus antar ibu-ibu yang lagi berdarmawisata ke Malang. Kita cerita seru-seruan tentang masa kritis menjelang menopouse (peserta seluruhnya memang emak-emak menjelang paruh baya..😉)
Hampir semua mempunyai kisah seru disuatu hari akibat apa yang disebut sindrome pra menapouse ...
Dihari itu aku baru sadar, mungkin aku masuk dalam salah-satu yang terkena sindrome pre menopouse.
Bete, baper, alay, lebay satu paket ma kecemasan yang meningkat, mudah marah, gampang capek dll terutama yang berkaitan dengan emosi.
Sebelumnya, aku termasuk tipe emak-emak yang sadis (susah diajak nangis) terutama didepan anak. Sekarang sih masih sadis didepan anak-anak tapi dibelakang layar, gampang sekali tersentuh dan menangis tanpa sebab. Kalau masih muda dahulu, sindroma ini disebut baby blues (baca juga kisahku tentang ini). Seusiaku sekarang (48 thn) sindrome ini berevolusi dan mendapat nama baru yang bagi sebagian besar perempuan dirasa lebih menakutkan dari proses melahirkan yaitu MENAPOUSE 🙈
Apa saja pemicu badmood emak-emak premenopouse ini?
Gejala yang kurasakan: sakit kepala berlebih (terutama bila mens), gampang sakit maag, tidak tahan pedas dan yang paling mencolok adalah perubahan susana hati yang seperti naik rollercoaster (terutama saat means)
Pemicunya bisa berupa benda hidup atau mati, invisible atau visible, unknow atau know, tertulis atau tersirat...Nah khan.
Diantaranya tiga yang terbesar adalah:
1. Dicuekin
Seperti kasus diatas, rasa kangen si ibu yang bertumpuk pada sigadis bertepuk sebelah tangan. Diajak ngedate menelusuri kota malang selalunya ada alasan yang nampak masuk akal untuk menunda. Maunya si ibu disuruh nunggu bae di kos sementara si anak gadis berkegiatan gak selesai-selesai. Setelah lama menahan sabar, akhirnya gak sabar juga maka terjadilah drama di hari jumat kemarin.
2. Pertanyaan yang tak terjawab, kapan mantu?
Kalau para jomblo bete ditanya kapan nikah, begitu juga emak-emak juga bete lho kalau ditanya kapan mantu.
Nantinya pertanyaan ini akan disambungkan pada terdakwa satu, sianak gadis. Kalau anak gadisnya sudah punya calon, posisi aman. Kalau belum, siemak-emak ini ketiban peran jomblo juga, ini yang membuatnya mudah bete.
Ada beberapa kisah lucu para emak-emak yang sudah ngebet mantu, dalam usahanya mencari jodoh untuk anak gadisnya.
Ada yang berinisisatif, menjodohkan putrinya dengan anak temannya. Ternyata banyak lho ibu-ibu yang berinisiatif menjodohkan putrinya. Rata-rata mereka menganggap putrinya terlalu pasif, terlalu cuek, terlalu pemalu dan ter yang lainnya (nanti deh dibahas lebih lanjut)
Dalam salah satu reka adegan ulangan, seorang ibu memperagakan perbicangannya dengan seorang teman. Alkisah ibu sigadis mendekati temannya dengan niat menjodohkan anak-anak mereka. Terlibatlah mereka dalam percakapan seperti ini...
"Mb, si Adi sudah lulus ya, wah sudah mau mantu nih..."
"Oh anak masih baru lulus...Gak mau mantu dulu, biar dia kerja yang mapan dulu baru kawin..."
Dan ibu sigadispun tersapu bersih tanpa sempat interupsi. Hhh... Kitapun tertawa bareng apalagi melihat mimik wajah si ibu yang nampak sangat gimana-gimana gitu...🙈
3. Sindroma Sarang Kosong
Saat bertambah usia, kecemasan orangtua akan ditinggalkan anak-anaknya (untuk sekolah diluar kota atau menikah) semakin meningkat terutama orangtua yang punya anak perempuan sepertiku. Kalau saat baperku kambuh, aku bisa menangis sesunggukan memikirkan anak-anakku akan pergi mengikuti suaminya atau lebih fokus pada suaminya dan lalai akan kerinduan ibunya. Terkadang aku suka latihan soal cerita untuk mengetahui reaksi anak-anakku. Awalnya aku mengisahkan sebuah ilustrasi tentang rasa cinta orangtua yang lebih tinggi kastanya dibanding cinta anak pada orangtuanya. Ini karena bla...bla...
"Sirin atau Rana nanti kalau sudah jadi orangtua akan tahu rasanya bagaimana rasa sayang orangtua pada anaknya lebih besar dibanding rasa sayang anak pada orangtuanya. Makanya saat terbaik berbakti pada orangtua adalah sekarang ini, saat orangtua masih no satu tidak ada saingannya". Kataku sambil mencermati reaksi anak-anakku.
Sibungsu Rana yang masih kelas sebelas langsung menanggapai ceritaku dengan mengatakan,
"Mama lebay ah...gak usah takut Ma... Mama selalu tetep no satu koq... "
Aku hanya tertawa...
Anakku yang satu ini memang masih belum sampai pada pemahaman bila menikah kelak, anak perempuan harus mengutamakan suaminya dibanding orangtuanya.
Apabila ketaatakan kepada suami berseberangan dengan ketaatan kepada orang tua, maka bagi seorang wanita (istri) muslimah wajib mendahulukan ketaatan kepada suaminya. Imam Ahmad rahimahullah berkata tentang wanita yang memiliki suami dan seorang ibu yang sedang sakit: Ketaatan kepada suaminya lebih wajib atas dirinya daripada mengurusi ibunya, kecuali jika suaminya mengizinkannya." (Syarh Muntaha al-Iradat: 3/47)
Aku melirik mencoba melihat reaksi si sulung yang saling mengerlingkan mata dengan ayahnya.
"Baba..Mama lagi baper..."
Ayah dan sisulung memang sehati. Mereka selalu tahu kapan harus menjawab, kapan harus diam untuk menanggapi latihan soalku.
Menyimpan kekhawatiran atau ketakutan itu karena kita menyamakan hidup ini dengan rumus matematika. Tetapi lupa bahwa semua sudah ditakdirkan.Yang dibutuhkan bukan kemudahan menghadapi takdir tapi kekuatan dan kesabaran. Maka berdoalah untuk meminta kekuatan dan kesabaran. Dan berserahdirilah...
Disetiap sepertiga malam, kulawan kantukku untuk dapat menengadahkan tangan memohon jodoh terbaik untuk anak-anak perempuanku. Seorang laki-laki yang dapat membawanya ke surga dan menyempurnakannya menjadi anak sholeha bagi kedua orangtuanya. Hilang sebuah kekhawatiran...
See you inthe next post...
Bete, baper, alay, lebay satu paket ma kecemasan yang meningkat, mudah marah, gampang capek dll terutama yang berkaitan dengan emosi.
Sebelumnya, aku termasuk tipe emak-emak yang sadis (susah diajak nangis) terutama didepan anak. Sekarang sih masih sadis didepan anak-anak tapi dibelakang layar, gampang sekali tersentuh dan menangis tanpa sebab. Kalau masih muda dahulu, sindroma ini disebut baby blues (baca juga kisahku tentang ini). Seusiaku sekarang (48 thn) sindrome ini berevolusi dan mendapat nama baru yang bagi sebagian besar perempuan dirasa lebih menakutkan dari proses melahirkan yaitu MENAPOUSE 🙈
Apa saja pemicu badmood emak-emak premenopouse ini?
Gejala yang kurasakan: sakit kepala berlebih (terutama bila mens), gampang sakit maag, tidak tahan pedas dan yang paling mencolok adalah perubahan susana hati yang seperti naik rollercoaster (terutama saat means)
Pemicunya bisa berupa benda hidup atau mati, invisible atau visible, unknow atau know, tertulis atau tersirat...Nah khan.
Diantaranya tiga yang terbesar adalah:
1. Dicuekin
Seperti kasus diatas, rasa kangen si ibu yang bertumpuk pada sigadis bertepuk sebelah tangan. Diajak ngedate menelusuri kota malang selalunya ada alasan yang nampak masuk akal untuk menunda. Maunya si ibu disuruh nunggu bae di kos sementara si anak gadis berkegiatan gak selesai-selesai. Setelah lama menahan sabar, akhirnya gak sabar juga maka terjadilah drama di hari jumat kemarin.
2. Pertanyaan yang tak terjawab, kapan mantu?
Kalau para jomblo bete ditanya kapan nikah, begitu juga emak-emak juga bete lho kalau ditanya kapan mantu.
Nantinya pertanyaan ini akan disambungkan pada terdakwa satu, sianak gadis. Kalau anak gadisnya sudah punya calon, posisi aman. Kalau belum, siemak-emak ini ketiban peran jomblo juga, ini yang membuatnya mudah bete.
Ada beberapa kisah lucu para emak-emak yang sudah ngebet mantu, dalam usahanya mencari jodoh untuk anak gadisnya.
Ada yang berinisisatif, menjodohkan putrinya dengan anak temannya. Ternyata banyak lho ibu-ibu yang berinisiatif menjodohkan putrinya. Rata-rata mereka menganggap putrinya terlalu pasif, terlalu cuek, terlalu pemalu dan ter yang lainnya (nanti deh dibahas lebih lanjut)
Dalam salah satu reka adegan ulangan, seorang ibu memperagakan perbicangannya dengan seorang teman. Alkisah ibu sigadis mendekati temannya dengan niat menjodohkan anak-anak mereka. Terlibatlah mereka dalam percakapan seperti ini...
"Mb, si Adi sudah lulus ya, wah sudah mau mantu nih..."
"Oh anak masih baru lulus...Gak mau mantu dulu, biar dia kerja yang mapan dulu baru kawin..."
Dan ibu sigadispun tersapu bersih tanpa sempat interupsi. Hhh... Kitapun tertawa bareng apalagi melihat mimik wajah si ibu yang nampak sangat gimana-gimana gitu...🙈
3. Sindroma Sarang Kosong
Saat bertambah usia, kecemasan orangtua akan ditinggalkan anak-anaknya (untuk sekolah diluar kota atau menikah) semakin meningkat terutama orangtua yang punya anak perempuan sepertiku. Kalau saat baperku kambuh, aku bisa menangis sesunggukan memikirkan anak-anakku akan pergi mengikuti suaminya atau lebih fokus pada suaminya dan lalai akan kerinduan ibunya. Terkadang aku suka latihan soal cerita untuk mengetahui reaksi anak-anakku. Awalnya aku mengisahkan sebuah ilustrasi tentang rasa cinta orangtua yang lebih tinggi kastanya dibanding cinta anak pada orangtuanya. Ini karena bla...bla...
"Sirin atau Rana nanti kalau sudah jadi orangtua akan tahu rasanya bagaimana rasa sayang orangtua pada anaknya lebih besar dibanding rasa sayang anak pada orangtuanya. Makanya saat terbaik berbakti pada orangtua adalah sekarang ini, saat orangtua masih no satu tidak ada saingannya". Kataku sambil mencermati reaksi anak-anakku.
Sibungsu Rana yang masih kelas sebelas langsung menanggapai ceritaku dengan mengatakan,
"Mama lebay ah...gak usah takut Ma... Mama selalu tetep no satu koq... "
Aku hanya tertawa...
Anakku yang satu ini memang masih belum sampai pada pemahaman bila menikah kelak, anak perempuan harus mengutamakan suaminya dibanding orangtuanya.
Apabila ketaatakan kepada suami berseberangan dengan ketaatan kepada orang tua, maka bagi seorang wanita (istri) muslimah wajib mendahulukan ketaatan kepada suaminya. Imam Ahmad rahimahullah berkata tentang wanita yang memiliki suami dan seorang ibu yang sedang sakit: Ketaatan kepada suaminya lebih wajib atas dirinya daripada mengurusi ibunya, kecuali jika suaminya mengizinkannya." (Syarh Muntaha al-Iradat: 3/47)
Aku melirik mencoba melihat reaksi si sulung yang saling mengerlingkan mata dengan ayahnya.
"Baba..Mama lagi baper..."
Ayah dan sisulung memang sehati. Mereka selalu tahu kapan harus menjawab, kapan harus diam untuk menanggapi latihan soalku.
---------------------------------------------
Bila kumulai sibuk dengan latihan soal kecemasan, suami sering mengingatkan bahwa hidup itu bukan berjalan seperti rumus matematika tetapi berjalan sesuai rumusan takdir. Menyimpan kekhawatiran atau ketakutan itu karena kita menyamakan hidup ini dengan rumus matematika. Tetapi lupa bahwa semua sudah ditakdirkan.Yang dibutuhkan bukan kemudahan menghadapi takdir tapi kekuatan dan kesabaran. Maka berdoalah untuk meminta kekuatan dan kesabaran. Dan berserahdirilah...
Disetiap sepertiga malam, kulawan kantukku untuk dapat menengadahkan tangan memohon jodoh terbaik untuk anak-anak perempuanku. Seorang laki-laki yang dapat membawanya ke surga dan menyempurnakannya menjadi anak sholeha bagi kedua orangtuanya. Hilang sebuah kekhawatiran...
----------------------------
Singkatnya, sindrome pramenapouse atau pasca menapuse adalah bagian dari siklus kehidupan, tak dapat dihindari. Dukungan dari orang-orang terdekat sangat berarti. Sebuah kalimat sederhana dapat sangat bermakna. Pernah sesekali aku terpergok sedang berlinangan air mata. Entah kenapa aja tiba-tiba jadi kangen berat pada almarhum Abi atau teringat masa kecil bersama orang-orang yang kita cintai yang masih lengkap atau mendadak jadi sentimentil saat melihat prosesi akad nikah. Sebuah pelukan sisulung atau ciuman sibungsu atau sebuah kalimat bijak dari suami, cukup untuk meredam kegalauan di hati. Dan tentu saja, berserahdiri dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta adalah terapi yang amat manjur.
al-‘Arif
billah
Hasan al-Bashri pernah ditanya: Apa rahasia zuhudmu di dunia ini? Beliau
menjawab: Aku tahu rezekiku tidak akan diambil orang lain (tertukar), karena
itu hatiku selalu tenang. Aku tahu amalku tidak akan dikerjakan orang lain,
karena itulah aku sibuk beramal shalih. Aku tahu Allah Ta'ala selalu mengawasiku,
karena itulah aku malu jika Allah melihatku sedang aku dalam keadaan bermaksiat.
Dan aku tahu kematian itu sudah menungguku, karena itulah aku selalu menambah
bekal untuk hari pertemuanku dengan Allah.
See you inthe next post...